Axis live
Kreatifitas adalah jalan menuju kesuksesan.
Axis live
Selasa, 25 Februari 2020
Kamis, 30 Januari 2020
Rabu, 21 Agustus 2019
Jumat, 14 Juni 2019
Kamis, 07 Maret 2019
Syari’ah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifah.
A. PENGERTIAN SYARI’AH
Secara bahasa, syari’ah berarti jalan, peraturan, undang-undang tentang suatu perbuatan. Ia berasal dari bahasa Arab “syara’atun wa syariiatun – syara’a” yang artinya: menggariskan suatu aturan atau pedoman. Disamping itu, syariah secara leksikal berarti jalan menuju perhimpunan air untuk minum manusia, dan juga untuk binatang-binatang piaraan.
Secara istilah, syariah (syariiatun) adalah undang-undang yang dibuat oleh Tuhan Alloh SWT yang tegak di atas dasar iman dan islam, berupa seperangkat hukum tentang perbuatan zhahir/formal manusia yang diatur berdasarkan wahyu al-Qur’an dan hadits atau as-sunnah.[1]
Syari’ah juga diartikan undang-undang atau garis-garis yang telah ditentukan termasuk didalamnya hukum-hukum halal dan haram, yang diperintah dan dilarang, sunnah, makruh, serta mubah.[2]
Syariat Islam secara garis besar mencakup tiga hal:
1. Petunjuk dan bimbingan untuk mengenal Allah SWT dan alam gaib yang tak terjangkau oleh indera manusia (Ahkam syar'iyyah I'tiqodiyyah) yang menjadi pokok bahasan ilmu tauhid.
2. Petunjuk untuk mengembangkan potensi kebaikan yang ada dalam diri manusia agar menjadi makhluk terhormat yang sesungguhnya (Ahkam syar'iyyah khuluqiyyah) yang menjadi bidang bahasan ilmu tasawuf (ahlak).
3. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tata cara beribadah kepada Allah SWT atau hubungan manusia dengan Allah, serta ketentuan yang mengatur pergaulan/hubungan antara manusia dengan sesamanya dan dengan lingkungannya.
Syariat memiliki sifat-sifat, antara lain:
1. Umum, maksudnya syariat Islam berlaku bagi segenap umat Islam di seluruh penjuru dunia, tanpa memandang tempat, ras, dan warna kulit. Berbeda dengan hukum perbuatan manusia yang memberlakukannya terbatas pada suatu tempat karena perbuatannya berdasarkan faktor kondisional dan memihak pada kepentingan penciptanya.
2. Universal, maksudnya syariat Islam mencakup segala aspek kehidupan umat manusia. Ditegaskan oleh Allah SWT. "Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam Kitab (Al-Qur'an)." (QS. 6/An-An'am: 38). Maksudnya di dalam Al-Qur'an itu telah ada pokok-pokok agama, norma-norma, hukum-hukum, hikmah-hikmah, dan tuntunan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat.
1. Orang yang bepergian (Musafir) mendapat keringanan boleh mengqoshor (memendekkan sholat yang empat rokaat menjadi dua rokaat), dan boleh tidak berpuasa dengan catatan harus menggantinya pada hari yang lain.
2. Orang yang sedang sakit tidak diharuskan bersuci dengan wudhu, melainkan dengan tayammum yakni menggunakan debu. Dalam menunaikan sholat pun jika tidak sanggup berdiri, boleh dengan duduk, atau bahkan boleh sambil merebahkan diri.
3. Percikan najis dari genangan air di jalanan, apabila mengena pakaian, dimaafkan karena itu sulit di hindarkan.
4. Dalam keadaan terpaksa, tidak ada secuil pun makanan untuk mengganjal perut, makanan yang telah diharamkan seperti bangkai, boleh dimakan asalkan tidak berlebihan.
5. Seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat. Islam tidak memerintahkan umatnya untuk mencari kesenangan dunia semata, sebaliknya juga tidak memerintahkan pemeluknya mencari kebahagiaan akhirat belaka. Akan tetapi Islam mengajarkan kepada pemeluknya agarmencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak.[3]
B. PENGERTIAN THARIQAH
Secara bahasa, thariqah berasal dari kata bahasa Arab “tariiqatun” yang derivasinya adalah tariiqun-yatriqun-tariq yang berarti melewati suatu jalan.
Dalam istilah sufistik, thariqah-yang selanjutnya ditulis dengan tarekat-sebagaimana dijelaskan oleh Abu Bakar Aceh yang dikutip Mustafa Zahri adalah jalan atau petunjuk melakukan ibadah tertentu sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.[4]
Dalam melaksanakan syariat tersebut, harus berdasarkan tata cara yang telah digariskan dalam agama dan dilakukan karena penghambaandiri kepada Allah, kecintaan pada Allah, dan ingin berjumpa pada-Nya. Perjalanan menuju pada Allah itulah yang mereka maksud dengan thariqat. Perjalanan ini sudah bersifat batiniah, yaitu amalan lahir yang disertai amalan batin.
Menurut kaum Sufi, kehidupan di alam ini penuh dengan rahasia. Rahasia itu tertutup oleh dinding-dinding. Di antara dinding-dinding itu ialah hawa nafsu, keinginan, dan kemewahan hidup duniawi. Rahasia itu mungkin terbuka dan dinding (hijab) itu mungkin tersingkap dan kita dapat melihat atau merasa atau berhubungan langsung asal kita mau menempuh jalannya. Jalan itulah yang dinamakan Thariqat. Sesuai dengan firman Alloh SWT :
“Dan bahwasanya : Jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu atau agama islam, benar-benar kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).” (QS.Al-Jinn (72):16).
Menempuh Thariqat untuk membuka rahasia dan menyingkap dinding tersebut kaum sufi mengadakan kegiatan batin melalui Riyadhoh atau latihan dan mujahadah atau perjuangan yang cukup panjang. Jelaslah bahwa thariqat adalah suatu sistem atau metode untuk mengenal dan merasakan adanya Tuhan, yaitu seorang dapat melihat Tuhannya dengan mata batinnya. Dalam menempuh jalan bertemu dengan Allah, seseorang harus memperbanyak dzikir kepadaNya. Disamping melakukan latihan dan perjuangan yang memerlukan ketekunan, kesungguhan serta kesabaran.[5]
C. PENGERTIAN HAQIQAH
Hakikat (Haqiqat) adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar-benar ada. Kata ini berasal dari kata pokok hak (al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan) atau benar (kebenaran).
Secara etimologi haqiqah berarti inti sesuatu, puncak atau sumber asal dari sesuatu. Dalam dunia sufi, haqiqah diartikan sebagai aspek lain dari syari’ah yang bersifat lahiriah, yaitu aspek batiniah. Dengan demikian haqiqah dapat diartikan sebagai rahasia yang paling dalam dari segala amal, dan inti dari syari’ah.
Dalam bahasa hakikat yaitu arti yang sebenarnya atau intisari atau isi akhiran. Sedangkan hakikat islam ialah bebas dan bersih dari penyakit lahir dan bathin yang menimbulkan perasaan nyaman, damai dan tentram serta menjadikan kita patuh dan taat pada segala apa yang diperintahkan oleh-Nya juga menjauhi segala larangan-Nya. Jadi Hakikat adalah buah dari benih syariat yang pengamalannya melalui tarekat menjadi sebuah pohon rimbun yang menghasil buah.Menurut Prof. Dr. H. Abu Bakar Aceh seperti yang dikutip Abdul Karim as Salawy yaitu menyimpulkan tentang ilmu haqiqat itu ada tiga bagian antara lain:
1. Hakekat Tashawwuf
Hakekat Tashawuf ini diutamakan untuk membicarakan usaha-usaha memutuskan syahwat dan meninggalkan dunia dengan segala keindahanya serta menarik diri dari kebiasaan-kebiasaan duniawi.
2. Hakekat Ma’rifat
Yaitu mengenal nama-nama Alloh dan sifat-sifat Nya dengan bersungguh-sungguh dalam segala pekerjaan .
3. Hakekatul Haqoiq
Hakikat ini merupakan puncak segala hakikat, ia termasuk martabat ahadiayah, penghimpun bagi semua hakikat.[6]
D. PENGERTIAN MA’RIFAH
Ma'rifat adalah tingkatan tertinggi dari suatu fase keimanan.
Dari segi bahasa Ma’rifat berasal dari kata ‘arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. Dan dapat pula berarti pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu yang bisa didapati oleh orang-orang pada umumnya.
Dari segi bahasa Ma’rifat berasal dari kata ‘arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. Dan dapat pula berarti pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu yang bisa didapati oleh orang-orang pada umumnya.
Secara harfiah kata Ma’rifat berasal dari kata Ma’rifata yang searti dengan kata‘alama yang artinya adalah pengetahuan yang mantap dan meyakinkan. Hanya saja, kalau dirinci, terdapat perbedaan : bahwa kata ‘arofa-ya’rifu berarti mengetahui dengan daya qalbiyah sehingga berarti adroka yang maksudnya adalah menemukan kemantapamn hati tentang sesuatu yang dicari, sedangkan kata ‘alima-ya’lamu berarti memahami dan mengerti yang berbasis aqliyyah.
Dengan demikian kata ma’rifat berarti pengetahuan batin yang berbasis kekuatan kalbu sehingga membuahkan suatu pengenalan tentang sesuatu, dan terasa dekat serta hadir dalam sesuatu yang dikenali tersebut.[7]
Seseorang yang telah mencapai ma’rifat akan selalu memperbanyak amal kebaikan demi mencapai keridhoanNya. Maksud dan tujuan manusia memperbanyak amal kebaikan itu hanya untuk kebaikan manusia itu sendiri, bukan untuk Alloh. Dengan Ma’rifatulloh, manusia akan selalu terdorong untuk mendekatkan dirinya kepada Alloh dengan melakukan amal sholeh. Ma’rifatulloh dapat dicapai dengan melakukan syariat, menempuh thariqat dan memperoleh Haqiqat. Apabila Syariat dan Thariqat itu dapat dikuasai, timbullah Haqiqat yang tidak lain dari perbaikan keadaan atau ahwal. Sedangkan tujuan akhir ma’rifat yaitu mengenal Alloh dan mencintaiNya dengan sesungguhnya.[8]
E. HIRARKI SYARI’AH, THARIQAH, HAQIQAH, MA’RIFAH
Uraian tentang syari’ah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifah di atas mengambarkan betapa seriusnya para ulama sufi dalam upayanya memberi jalan bagi umat untuk mengamalkan ajaran islam dengan mudah dan tepat, sehingga mengantarkan hamba menuju kebahagian zhahir dan batin.
Syariah itu diibaratkan sebagai perahu dimana ia menjadi sarana untuk sampai pada tujuan, sementara thariqah bagaikan lautan luas yang tersedia sebagai wahana tempat tujuan berada. Sedangkan haqiqah adalah laksana intan berlian mahal yang menyenangkan hati sebagai tujuan perjalanan perahu. Dan ma’rifat itu adalah tujuan yang terakhir.
Ber-thariqah dan ber-haqiqah (berada dilautan luas menggapai mutiara) tergantung dengan syariah (sarana perahu yang kokoh). Seorang tidak akan berhasil ber-thariqah dan ber-haqiqah tanpa melalui syariah. Dengan ungkapan lain, bahwa seseorang tidak akan mendapatkan intan-mutiara tanpa menyediakan perahu dan menyemai lautan dalam. Perumpamaan keempat konseptersebut merupakan sebuah sistem dan struktur amalan islam yang tidak dapat dipisah-pisah.
Ibarat buah manis suatu pohon, maka tidak bisa buah tersebut bermunculan terus tanpa disuplai oleh akar-akar pohon, oleh karena kesemuanya merupakan satu struktur sistematik. Sama halnya dengan satu buah berharga semisal durian. Seseorang tidak dapat langsung memperoleh inti buahnya, kecuali terlebih dahulu harus mengupas kulit dengan susah payah, dan beresiko terkena durinya, dan oleh sebab itu harus hati-hati.
Atas dasar ilustrasi seperti itu, ibadah-ibadah islam terus diwajibkan sepanjang hidup manusia sembari diperoleh buah ibadah yang berupa ma’rifattullah yang menjadi hakikat dan tujuan ibadah tersebut.
Dari uraian dan ilustrasi tentang syariah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifat di atas dapat dipahami, bahwa keempat tema tersebut adalah sebuah konseptualisasi terhadap islam oleh para sufi dalam rangka menjelaskan prosedur pengamalan islam dengan benar. Singkatnya, konseptualisasi tersebut menggambarkan intensitas keislaman pengamalanya, bukannya mengkotak-kotak islam menjadi empat dimensi terpisah.[9]
BAB III
A. Kesimpulan
1. Syari’ah adalah undang-undang yang dibuat oleh Tuhan Alloh SWT yang tegak di atas dasar iman dan islam, berupa seperangkat hukum tentang perbuatan zhahir/formal manusia yang diatur berdasarkan wahyu al-Qur’an dan hadits/as-sunnah.
2. Thariqah yaitu jalan atau petunjuk melakukan ibadah tertentu sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
3. Haqiqah adalah kata benda yang berarti kebenaran atau yang benar-benar ada. Kata ini berasal dari kata pokok hak (al-Haq), yang berarti milik (kepunyaan) atau benar (kebenaran).
4. Ma’rifah adalah pengetahuan batin yang berbasis kekuatan kalbu sehingga membuahkan suatu pengenalan tentang sesuatu, dan terasa dekat serta hadir dalam sesuatu yang dikenali tersebut.
5. Hirarki syariah, thariqah, haqiqah, dan ma’rifat dapat dipahami, bahwa keempat tema tersebut adalah sebuah konseptualisasi terhadap islam oleh para sufi dalam rangka menjelaskan prosedur pengamalan islam dengan benar.
B. Saran
1. Bagi pembaca sebaiknya dijadikan untuk wawasan, ilmu pengetahuan serta sebagai acuan agar termotivasi untuk melaksanakan Syariat, Thariqat, Hakikat, dan Ma’rifat.
2. Bagi pendidikan sebaiknya dijadikan salah satu referensi dalam melaksanakan pembelajaran dan sebagai tolak ukur bahan pembelajaran.
Senin, 14 Agustus 2017
Cara mengatasi lampu indikator hardisknya menyala terus-menerus!
Cara mengatasi Lampu indikator hardisknya nyala terus di CPU.
Kok lampu hard disknya menyala terus? jangan-jangan ada yang tidak beres!
Benar, dan untuk menanggulanginya adalah: pasang kembali komponen atau Peripheral yang tadinya dicopot atau ganti dengan komponen sejenis misalnya DVD-Room yang dicopot bisa diganti dengan CD-Room.
Terima kasih
Semoga ini bisa membantu.
Jumat, 11 Agustus 2017
Minggu, 09 April 2017
Sabtu, 08 April 2017
Minggu, 26 Februari 2017
“Rajab adalah bulannya Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.”
Assalammu`alaikum warrahmatullahi Wabarrakatuh
Salat Rajab:
Diriwayatkan bahwa nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda:
Yang artinya:
" Seseorang yang berpuasa pada hari Kamis pertama bulan Rajab, kemudian mengerjakan salat dua belas rakaat antara waktu Maghrib dan Isya, memisahkan setiap dua rakaat dengan salam--dalam setiap rakaat membaca Al Fatihah sekali, Inna Anzalnahu Fi Lailatul Qadr... tiga kali dan Qulhuwallahu Ahad dua belas kali. Lalu sesudah selesai salat bershalawat untukku dengan mengucapkan: Allahumma shalli `alaa muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa`alaa aalihi, tujuh puluh kali. Kemudia bersujud dan dalam sujudnya mengucapkan: Rabbighfir warhamwatajaawaz `ammaa ta`lam innaka antal a`azzul akram. Kemudian sujud sekali lagi dan mengucapkannya seperti yang diucapkan pada sujud pertama. Lalu menyebut hajatnya dalam sujudnya itu--, niscaya hajatnya itu tercapai."
Diriwayatkan bahwa nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda:
Yang artinya:
" Seseorang yang berpuasa pada hari Kamis pertama bulan Rajab, kemudian mengerjakan salat dua belas rakaat antara waktu Maghrib dan Isya, memisahkan setiap dua rakaat dengan salam--dalam setiap rakaat membaca Al Fatihah sekali, Inna Anzalnahu Fi Lailatul Qadr... tiga kali dan Qulhuwallahu Ahad dua belas kali. Lalu sesudah selesai salat bershalawat untukku dengan mengucapkan: Allahumma shalli `alaa muhammadinin nabiyyil ummiyyi wa`alaa aalihi, tujuh puluh kali. Kemudia bersujud dan dalam sujudnya mengucapkan: Rabbighfir warhamwatajaawaz `ammaa ta`lam innaka antal a`azzul akram. Kemudian sujud sekali lagi dan mengucapkannya seperti yang diucapkan pada sujud pertama. Lalu menyebut hajatnya dalam sujudnya itu--, niscaya hajatnya itu tercapai."
Selain itu, amalan wirid, dzikir dan doa selama bulan rajab yang
bisa kita amalkan yaitu memperbanyak shalawat nabi, wirid dan dzikir dan
sebagainya. Dan berikut adalah beberapa amalan serta doa yang dapat
dikerjakan selama bulan rajab selengkapnya :
3x اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ"
"Yaa Allah berkahilah kami di Bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada Ramadhan"
"O Allah bless us in Rajab and Sha`ban and deliver us to Ramadan""Yaa Allah berkahilah kami di Bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada Ramadhan"
Membaca Sholawat Selama Bulan Rajab
Berikut adalah bacaan sholawat yang dapat kita baca atau amalkan setiap hari selama bulan rajab,
اَللهُمَّ صَلِّى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
ALLOOHUMMA SHOLLI 'ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALIHI WASHOHBIHI AJMA'IINAWirid dan Dzikir Selama Bulan Rajab
Berikut adalah beberapa bacaan wirid/dzikir yang dapat diamalkan selama bulan rajab. Dibaca 100 kali, minimal setelah sholat fardhu. Adapun untuk bacaannya berbeda-beda disetiap sepuluh hari.- Tanggal 1 sampai 10 Rajab
سُبْحَانَ اللهُ حَيُّ الْقَيُّوْمُSUBHAANALLOOHU HAYYUL QOYYUUMU (Dibaca 100 kali)
- Tanggal 11 sampai 20 Rajab
سُبْحَانَ اللهِ اَحَدِ الصَّمَدْSUBHAANALLOOHI AHADISH-SHOMAD (Dibaca 100 kali)
- Tanggal 21 sampai 30 Rajab
سُبْحَانَ اللهُ الرَّؤُوْفُSUBHAANALLOOHU ROUUFU (Dibaca 100 kali)
AMALAN SETELAH SHOLAT SELAMA BULAN RAJAB
Bacaan atau amalan berikut, dibaca setelah selesai sholat magrib dan sholat subuh selama bulan rajab.- Sholat Subuh
Setelah sholat subuh, silakan baca atau amalkan ini sebanyak 70 kali.رَبِّ غْفِرْلِى وَارْحَمْنِى وَتُبْ عَلَيَّROBBIGHFIRLII WARHAMNII WATUB 'ALAYYA
- Sholat Magrib
Setelah sholat maghrib, silakan baca atau amalkan ini sebanyak 70 kali.رَبِّ غْفِرْلِى وَارْحَمْنِى وَتُبْ عَلَيَّROBBIGHFIRLII WARHAMNII WATUB 'ALAYYA
Kemudian dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an Surat Al-Ikhlas sebanyak 12 kali.
Wassalammu`alaikum warrahmatullahi Wabarrakatuh
Rabu, 15 Februari 2017
Senin, 06 Februari 2017
Saint Seiya \ Saori Kido The Swan Song Within Temptation .mp4
Saint Seiya \ Saori Kido The Swan Songs Within Temptation .mp4
Selasa, 03 Januari 2017
Dosa yang seribu kali lebih besar dari Ma lima (istilah Jawa) dan menghancurkan yang lima
Dosa yang seribu kali lebih besar dari pada "Mo limo" (istilah Jawa) berzina, minum-minuman keras, berjudi, mencuri, dan narkoba dan menggugurkan yang "Lima" Puasanya, Shodaqah, Zakat, Haji dan Amal baik:
Subuh –Allah Ta’ala akan menenggelamkannya kedalam neraka Jahannam selama 60 tahun hitungan akhirat. (1 tahun diakhirat=1000 tahun didunia=60,000 tahun).
Dhuhur -Dosa sama seperti membunuh 1000 orang muslim.
Asar -Dosa seperti menghacurkan Ka’bah.
Maghrib -Dosa seperti berzina dengan ibu-bapak sendiri.
Isya’ -Allah Ta’ala akan berseru kepada mereka: “Hai orang yang meninggalkan sholat Isya’, bahwa Aku tidak lagi ridha’ engkau tinggal dibumiKu dan menggunakan nikmat-nikmatKu, segala yang digunakan dan dikerjakan adalah berdosa kepada Allah Ta’ala”.
Maksud Firman Allah Ta’ala: “Mereka yang menyia-nyiakan solat dan mengikuti hawa nafsu kepada kejahatan, maka tetaplah mereka jatuh ke dalam satu telaga api neraka.” (Maryam : 59).
Kehinaan bagi yang meninggalkan sholat:
Di dunia
A.Allah Ta’ala menghilangkan berkat dari usaha dan rezekinya.
B.Allah Ta’ala mencabut nur orang-orang mukmin (sholeh) dari pada (wajah) nya.
c.ia akan dibenci oleh orang-orang yang beriman.
Ketika Sakaratul Maut
a.Ruh dicabut ketika ia berada didalam keadaan yang sangat haus.
b.Dia akan merasa amat azab/pedih ketika ruh dicabut keluar.
c.Dia akan Mati Buruk (su’ul khatimah)
d.ia akan dirisaukan dan akan hilang imannya.
Ketika di Alam Barzakh
A.ia akan merasa susah (untuk menjawab) terhadap pertanyaan (serta menerima hukuman) dari Malaikat Mungkar dan Nakir yang sangat menakutkan.
B.Kuburnya akan menjadi sangat gelap.
C.Kuburnya akan menghimpit sehingga semua tulang-tulang rusuknya berkumpul (seperti jari bertemu jari).
D.Siksaan oleh binatang-binatang berbisa seperti ular, kala jengking dan lipan.
Malaikat Jibril as, telah menemui Nabi Muhammad SAW, dan berkata:
“Ya Muhammad.. Tidaklah diterima bagi orang yang meninggalkan sholat yaitu: Puasanya, Shodaqahnya, Zakatnya, Hajinya dan Amal baiknya”.
Orang yang meninggalkan Sholat akan diturunkan kepadanya tiap-tiap hari dan malam seribu laknat dan seribu murka. Begitu juga Para Malaikat di langit ke-7 akan melaknatnya.
Ya Muhammad..! Orang yang meninggalkan Sholat tidak akan mendapat syafa’atmu dan ia tidak tergolong dari umatmu.. Tidak boleh diziarahi ketika ia sakit, tidak boleh mengiringi jenazahnya, tidak boleh beri salam pada nya, tidak boleh makan minum dengan nya, tidak boleh bersahabat dengannya, tidak boleh duduk besertanya, tidak ada Agama baginya, tidak ada kepercayaan bagi nya, tidak ada baginya Rahmat Allah dan ia dikumpulkan bersama dengan orang Munafiqiin pada lapisan Neraka yang paling bawah (diazab dengan amat dahsyat..).
Sabda Nabi Muhammad SAW, Maksud Hadist: “Perjanjian (perbedaan) diantara kita (orang islam) dengan mereka (orang kafir) ialah Sholat, dan barangsiapa meninggalkan Sholat sesungguhnya ia telah menjadi seorang kafir”. (Tirmizi).
Wahai Saudaraku Ummat Islam, mari kita merenung sejenak tentang ancaman azab bagi yang meninggalkan sholat Fardhu. Apa guna kita hidup di dunia sekalipun berlimpah harta jika kita termasuk golongan orang-orang yang (kafir) meninggalkan sholat..?, barang siapa meninggalkan Sholat, maka ia telah menjadi kafir dengan nyata…! Orang yang meninggalkan sholat, ia wajib menerima azab Allah Ta’ala..! Orang yang meninggalkan sholat, tidak akan mendapat Syafa’at Nabi Muhammad SAW, karena mereka telah menjadi kafir dan orang kafir tidak berhak mendapat Syafa’at Nabi Muhammad SAW. Ancaman Allah Ta’ala terhadap orang-orang yang meninggalkan sholat bukan sekedar gertakan belaka. Sungguh ancaman Allah Ta’ala akan terbukti kelak di akhirat. “…sesungguhnya Allah tidak akan mengingkari janji”.
Sumber : http://majelisvirtual.com/2010/04/15/dahsyatnya-siksa-bagi-orang-yang-meninggalkan-sholat/
Langganan:
Postingan (Atom)