Bissmillahirrahmanirrahim
Dengan menyebut nama Allah yang
maha pemurah lagi maha penyayang
Segala puji Bagi Allah tuhan semesta alam
Maha pemurah lagi maha penyayang
Yang menguasi hari pambalasan
Hanya Engkaulah yang kami sembah
dan hanya kepada engkaulah kami memohon pertolongan
Tunjukanlah kami jalan yang lurus
(Yaitu) jalan orang-orang yang
Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Amiiien
Ilmu laduni adalah ilmu yang
bersumber dari Allah. Dasarnya adalah Al-Qur`an yang berbunyi; “ Fawajada
`abdan min ibadina atainaku rahnatan min`idina wa`alamnahumin laduna`ilma”
Artinya: “Lalu mereka berjumpa
dengan seorang hamba Kami yang Kami berikan dari Kami dan Kami ajarkan kepadnya
ilmu laduni”. (Surat Al-Kahfi 18 ayat 65);
Rindu Kasih Sayang
Pupuh Asmaran Dana
(23 bait)
Episode I: Sunan kali jaga
berguru kepada sunan bonang serta wejangan–wejangan (petunjuk-petunjuk)
yang diterima.
1.
Penulis
sangan tertarik akan cerita yang ia dengar, ada zaman dulu ada sebuah kisah,
Kanjeng Sunan Kali Jaga ketika mencari hakikat hidup, berguru kepada orang yang
tinggi ilmunya, bersunyi diri didesa benang.
2.
Berguru
menuntut ilmu sudah cukup lama, namun merasa belum mendapa t manfaat yang nyata
, rasanya Cuma penderitaan yang didapat , sebab disuruh memperbanyak bertapa ,
oleh kanjeng suan boning, diperintahkan menunggui pohon gurda sudah dilaksanakan
, tidak diperbolehkan meninggalkan tempat.
3.
Berafda
ditengah hutan bbelantara tempat tumbuhnya pohon gurda yang banyak sekali
dengan tenggang waktu setahun lamanya kemudian disuruh “ngluwat” ditanam
ditengah hutan.,. setahun kemudian dibongkar oleh Kanjeng Sunan Bonan.
4.
Kemudian
perintahkan pindahTafakur (merenung)ditepisungai yang nantinya veralih menjadi
nama sebutannya(Kali Jaga=menjaga sungai). Setahun tidak boleh tidur, ataupun
maka, lalu ditinggalkan ke Mekaholeh Sunan Bonang.
5.
Nyata
sudah genanp setahun, ssyeh Malaya ditngaok, ditemui masih tafakursaja. Kanjeng
sunan boning berkat, “ Eh Jabeng (anak) sudahilah tafakurmu, berjuluklah kamu
wali penutup yang ikut menyiarkan agama .
6.
Perbaikilah
ketidak aturan yang ada, agama itu tata
kram, kesopanan untuk kemuliaan Tuhan Yang Maha Mengetahui, bila kau berpegang
pada syaria, sertasegala kektentuan iman hidayatitu dari Tuhan Allah Yang Maha Agung. Yang sangat besar
kanugraha-NYA,
7.
Kanugrahan
Tuhan Allah meliputi dan menimbulkan keluhuran bud., adapun kekuasaan-NYA
menumbuhkan kekuatan luar biasa dan keberaniaan, serta meliputi segala
kebutuhan perang, yang demikian itu tidak lain adalah anugerah yang besa,
paling utama dari segala dari yang utama(keutamaan).
8.
Keutamaan
ibarat bayisiapapun ingin memelihara yang mencukupi bayi, menguasai pula
terhdap dirimu, tapi kmau tak punya hak menentukan karena kau ini huga yang
menntukan Tuhan Allah Yang Maha Agung, karena itu mantapkanlah hatimu dalam
pasrah diri kepada-NYA/
9.
Dyeh
Malaya berkata pelan, sungguh hamba sangat berterima kasih semua nasihat akan
kami junjung tinggi, tapi memohon kepada guru, mohon agar dijelaskan, tentang
maksud sebenarnya dari sukma luhur (nyawa yang berderajat tinggi), yang tadi
diberi istilah iman hidayat.
10.
Yang
harus mantap berserah diri kepada Tuhan Allah, yang mana yang dimaksud
sebenarnya, hamba mohon penjelasan yang sejelas-jelasnya, Kalau hanya ucapan
semata, hambapun mampu mengucapkannya, tapi kalau menemui kesalahan hamba
ibarata asap belaka tanpa gun amenjalankan semua yang kukerjakan.
11.
Kanjeng
Sunan Bonang menjawab lembut “ Syeh Malaya benar ucapanmu saat kau bertapa kau
bertemu denganku, yang dimaksud berserah diri ialah selalu ingat
perilaku\pekerjaan, seperti awal mula diciptakan, bukankah itu sama halnya
seperti asap.
12.
Itu
tadi seperti hidayat wening (petuntuk yang jernih), serupa dengan iman hidaya.
Apakah itu Nampak dengan sebenarnya? Namun ketahuilah itu semua tidak dapat
diketahui sebelumnya dan sesudahnya, sekalipun kau gunakan dengan mata kepala.
13.
Aku juga seperimu, ingin ingin juga
mengetahuinya, tentang hidayat yang sejelas-jelasnyatapi aku belum mempunyai
kepandaian untuk meraihnya, kejelasn tentang iman hidayat, hanya keterangan
yang saya percayai, karena keterangan itu berasal dari Firman Tuhan Allah.
14.
Berkata Kanjeng Sunan Kali Jaga “Bapak guru
yang bijaksan, hamba mohon dijelaskan apa maksudnya aada nama tanpa sifat ada
sifat tanpa nama? Say mohon petunjuk tingal itu yang ingin saya tanyakan yang
terakhir kali ini saja”.
15.
Sunan
Bonang berkata lemah lembut “ kalau kamu ingin keerangan yang jelas tuntas, matikanlah
dirinu sendiri, belajarlah kamu tentang mati, selagi kau masih hidup, besepi
dirillalh kamu kehutan rimab, tapi jangan sampai ketahuan manusia.
16.
Sudah
habis segala wejangan yang perlu disampaikan, kanjeng Sunan Bonang segera
meninggalkan temapt dari hadapan kanjeng Sunan Kali jagatimur laut arah langkah
yang dituju, kira-kira baru beberapa langkah berlalu Syeh Malaya ikut
meninggalkan tempat itu. Masuk hutan belantara.
17.
Untuk
menjalankan laku kijang, nernbaur dengan kijangbilamana ingin tidur, ia
mengikuti cara tidurterbalik seperti tidurnya Kijang kalau pergi mencari makan
mengikuti saranya anak kijang.
18.
Bilaada
manusia yang mengetehui para kijang berlari tungggang langgang . jeng sunan Kali
Jaga ikut berlari kencang larinya dengan merangkak seperti lrinya kijang
pontang-panting jangan sampai ketingalan mengikuti sepak terjang kijang.
19.
Nyata
sudah cukup setahun Syeh Malaya menjalani laku kijang bahkan melebihi dari yang
ditetapkan. Ketika itu Sunan Bonang bermaksud shalat ke Mekah dalam sekejap mata sudah sampai setelah salat
segera dating kembali.
20.
Kanjeng
Sunan Bonang menuju kehuan melihat kijang sama berlari sedang anaknya
sempoyongan mengikuti. Sunan Bonang ingat dalam hati kalau ada Wali berlaku
seperti laku kijang Syeh Malaya namanya segera ia mendekati.
21.
Syeh
Malay berusaha lari menjauhi larinya tunggang-langgang tanpa memperhitungkan
jurang tebing, ditubruk tidak tertangkap , dijaring dan diberi jerat dapat
lolos, kalau kena jaring dapat melompatinya.
22.
Marahlah
sang guru Sunan Bonan, bersumpah dalam hatinya” wali wadatpun aku tak peduli,
memanaskan hati kau kijang, bagiku mememgang angin yang lebih lembut saja tidak
pernah lolos, yang kasar mngkinkah akan gagal.
23.
Kalau
tidak berhasil sekali ini lebih baik aku tidak usah menjadi manusia lebih
pantas kalau jasi binatang saja.” Bergerak penuh amarah Jeng Sunan Bonang dan
berusaha menciptakan nasi tiga kepal tangan telah disiapakan dan mundur siap
dibuat melem[par kijang.
PUPUH DARMA
Episode 2: Sunan Kali Jaga
diperintahkan ibadah haji ke Mekah dan bertemu dengan NNabi Khidir As ditengah samudera
1.
Sunan
Bonang segera menerobos ke dalam hutan yang lebih lebat dan sulit dilewati
setelah benar-benar menemukan yang sedang laku kijang yang tengah berlari
segera dilempar dengan nasi satu kepal
tepat mengenai punggungnya.
2.
Syeh
Malaya agak lamban larinya lalu lemparan yang kedua mengenai lambungnya jatuh
tertududuk Styeh Malaya kemudian dilempar lagi nasi satu kepal ingat dan sadar
kemudian berbakti kepada Sunan Bonang.
3.
Dia
berlutut hormat mencium kaki Sunan Bonang berkata guru Sunan Bonang “
Anakuketahuilah olehmu bila kau ingin mendapatkan kepandaian yang bersifat
hidayatullah naiklah haji menuju Mekah dengan hati tulus suci/ikhlas.
4.
Ambillah
air Zam-Zam ke Mekah itu adalah air yang suci serta sekaligus mengharap berkah
syafaat Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan manusia Syeh
Malaya berbakti mencium kaki memohon dan memohon diri menuju tujuan.
5.
Sunan
Bonang sudah lebih dulu melangkahkan kaki menuju desa benang yang sepi. Dan
selanjutnya kita ikuti perjalanan Syeh Malaya yang berkehendak naik haji menuju
Mekah. Dia menempuh jalan pintas
6.
Menerobos
hutan naik gunung turun jurang tetebingan didakinya memutar melintasi jurang
dan tanjakan tanpa terasa perjalanannya sampai ditepi pantai, hatinya bingung
kesulitan menempuh jalan selanjutnya.
7.
Terhalang
oleh samudera yang luas sejauh mata memandang tampak air semata. Dia diam tercenung
lama sekali memutar otak mencari jalan yang sebaiknya ditempuh dirtepi samudera
syahdan tersebutlah seseorang manusia yangf bernama sang Pajuningrat, mengetaui
kedatangan seseorang yang tengah bingung (Syeh Malaya).
8.
Sang Pajuningrat tahu segala perjalanan yang
dialami oleh Syeh Malaya dengan sejuta keprihatinan, karna ingin meraih hidayat;
berbagai cara telah ditempuh juga melalui penghayatan kejiwaan dan berusaha
mengungkap berbagai rahasia yang tersembunyi, namun mustahil dapat menemukan
hidayat kecuali kalau mendapatkan kanugrahan Allah yang haq.
9.
Syeh
Malaya ternyata sudah terjun mengarungi
lautan luas tidak memperdulikan nasib jiwanya sendiri semakin lama Syeh
Malaya sudah hampir ditengah samudera
mengikuti jalan untuk mencapai hakikat yang tertinggi dari Allah tidak sampai
lama sampailah ditengah samudera.
10.
Ternyata
setelah Sunan Kalijaga sampai ditengah samudera penglihatanya melihat seseorang
yang sedang berjalan tenang diatas air yang berjuluk Nabi Khidir As yang tidak
diketahui dari mana datangnya bertanya dengan lemah lembut.
11.
“
Syeh Malaya apakah tujuanmu? Mendatangi tempat ini? Apakah yang kau harapkan?
Padahal disini tidak ada apa-apa? Tidak ada yang dapat dibuktikan apalagi untuk
dimakan juga untuk berpakaianpun tidak ada.
12.
Yang ada hanyalah daun kering yang tertiup
angin jatuh didepanku, itu yang saya makan, kalau tidak ada tentu tidak makan;
senangkah kamu dengan melihat itu semu/ Kanjeng sunan Kalijaga heran mengetahui
penjelasan itu.
13.
Nabi
Khidir As berkata lagi kepada unan Kalijaga “ cucuku disini ini bnyak bahayanya
kalau tidak benar-benar mati-matian berani bertaruh nyawa tentu tidak mungkin
sampai disini ditempat ini. Segalanya tidak ada yang dapat diharapkan
hasilnya.”
14.
“mengandalkan
pikiranmu saja masih belum apa-apa padahal kamu tidak takut mati. Kutegaskan
sekali lagi disini mungkin kau dapatkan yang kau maksudkan.”
Syeh
Malaya bingung hatinya tidak tahu apa yang harus diperbuat dia menjawab, bahwa
dia tidak mengetahui akan langkah yang sebaiknya yang perlu ditempuh selanjutnya.
15.
Semakin
pelan ucapan Syeh Malaya “Terserah bagaimana baiknya menurut guru.”sang guru
Nabi Khidir As menebak “ apakah kamu juga sangat mengharapkan hidayatullah (petunjuk
Allah)?” akhirnya Nabi Khidir As menjelaskan “ Ikutllah petunnjukku sekarang ini!”
16.
“
Menjalankan petunjuk gurumu Sunan Bonang sang guru memberi petunjuk kepadamu
menyuruh menuju kota Mekah dengan keperluan naik haji maka ketahuilah olehmu,
sungguh sulit menjalankan liki-liku
kehidupan itu.
17.
“
jangan pergi kalau belum tahu apa yang kau tuju dan jangan makan juga kalau
belum tahu rasanya yang dimakan jangan berpakaian juga kalau belum tahu
kegunaan berpakaian.”
18.
“
Lebih jelasnya tanyalah sesame manusia sekaligud dengan persmaanya. Kalau sudah
jelasa amalkanlah! Demikiaanlah seharusnya hidup itu ibarat ada orang bodoh
dari gunung akan membeli emas oleh tukang emasa diberi”.
19.
“
Biaarpun kuningan tetap dianggap emas mulia demikian pula dengan orang berbakti
bila belum yakin benar pada siapakah yang harus disembah?”
Syeh
Malaya ketika mendengar itu spontan terduduk berlutut memohon belas jkasihan
setelah emendap[at kenyataan bahwa Nabi Khidir As betul-betul serba tahu yang
terkandung dihatinya.
20.
Dengan
duduk bersila dia berkata” Yang kami dengar akan kami laksanakan.”
Syeh
Malaya meminta kasih saying memohon keterangan yang jelas “ siapakah nama tuan?
Mengapa disini sendiriaan?
Sang
Prajuningrat menjawab “ Sesungguhnya saya ini Nabi Khidir.”
21.
Syeh
Malaya berkata “ saya menghaturkan hoormat sedalam-dalamnya kepada tuan
junjunganku mohon petunju, adapun saya perlu dikasihnai: saya juga tidak tahu
benar tidaknya pengabdian ini. Tidak lebih bedanya dengan hewan dihutan, itupun
masih tidak seberapa, bila mau menyelidiki kesucian diriku ini.
22.
Dapat
dikatakan lebih bodoh dungu serta tercela dijagad, menjadi bahan tertawaan
dimuka buimi; saya ibarata keris tanpa kerangka keris, bacaan yang tanpa isi
yang tersirat.”
Maka
berkata dengan masidnya sang Nabi Khidir As kepada Sunan Kalijaga.
SANG
NABI KHIDIR
PUPUH
DHANGDHANG GULA
Episode iv dialog antara Syeh
Malaya dengan Nabi Khidir yang berisikan wejangan tentang hidayatullah dan
kmauan dengan berbagai aspeknya.
1.
“
Jika kamu berkehendak naik haji ke Mekkah kamu harus tahu tujuan yang
sebenarnya menuju ke Mekkah itu. Ketahuilah Mekah itu hanyalah tapak tilas
saja. Yaitu bekas tempat tinggal Nabi Ibrahim As zaman dulu. Beliaulah yang
membuat bangunan Ka`bah Masjidil Haram, serta menghiasi Ka`bah itu dengan benda
yang berupa batu hitam (Hajar Aswad) yang tergantung didinding Ka`bah tanpa
digantungkan. Apakah Ka`bah itu yang hendakamu sembah? Kalau itu ynag menjadi
niatmu, berarti kamu sama halnya menyembah berhala/bangunan yang dibuat dari
batu.
2.
“Perbuatanmu
itu tidak jauh berbeda dengan yang diperbuat oleh orang kafir, karena hanya
sekedar menduga-duga saja wujud Allah yang disembah. Dengan senantiasa
menghadap kepada berhalanya. Oleh karena itu biarpun kamu sudah naik Haji bila
belum tahu tujuan yang sebenarnya dari ibadah haji tentu kamu akan rugi besar,.
Maka
dari itu, ketahuilah bahwwa Ka`bah yang sedang kau tuju itu, bukanya yang
terbuat dari tanah atau kayu apalagi batu tetapi Ka`bah yang hendak kau
kunjungi itu esebenarnya Ka`batullah (Ka`bah Allah).
Demikian
itu sesungguhnya iman hidayat yang harus kamu yakinkan dalam hati.
3.
Nabi
Khidir memerintah “Syeh Malaya segeralah kemari secepatnya masuklah kedalam
tubuhku!”
Syeh
Malaya terhenyak hatinya tak dapat dicegah lagi keluarlah tawanya bahkan sampai
mengeluarkan air mata seraya berkata dengan halus,
“Melalui
jalan manakah aku harus masuk kedalam tubuhmu, padahal saya tinggi besar
melebihi tubuhmu, kira-kira cukupkah? Melalui jalan manakah usaha saya untuk
masuk? Padahal Nampak olehku buntu semua.”
4.
Nabi
Khidir berkata dengan lemah lembut,”
Besar mana kamu dengan bumi semua ini beserta isinya, hutan rimba dan samudera
serta gunung, tidak bakal penuh bila dimasukan kedalam tubuhku, jangan khawatir
bila tidak cukup masuklah didalam tubuhku ini .”
Syeh
Malaya setelah mendengarnya semakin takut sekali bersedia melaksanakanya;
Menolehlah Nabi Khidir.
5.
“
ini jalan ditelingaku ini,” Syeh Malaya masuk dengan segera, sudah samapai
didalam tubuh Nabi Khidir. Melihat samudera luas tiada bertepi sejauh mata
memandang semakin diamati semakin jauh tampaknya; Nabi Khidir bertanya
keras-keras” Hai apa yang kamu lihat?”
Segera
menjawab Syeh Malaya “ Ya jauh, tak ada yang kelihatan.”
6.
Syeh
Malaya melanjutkan jawabanya, “ Angkasa raya yang kuamati, kosong melompong
jauh tidak kelihatan apa-apa, kemana kakiku melangkah tidak tahu arah utara
selatan barat timurpun tidak kami kenal lagi, bawah dan atas serta muka juga
belakang saya tidak mampu membedakan; Bahkan semakin membingungkanku;” Nabi
Khidir berkata lemah-lembut “ usahakan jangan sampai bingung hatimu.”
7.
Tiba-tiba
terang kelihatan dihadapannya Nabi Khidir, Syeh Malaya melihat Nabi Khidir
melayang diudara kelihatan memancarkan cahaya gemerlapan, saat itulah Syeh
Malaya melihat lagi arah utara selatan, barat dan timur sudah kelihatan jelas
atas bawah juga sudah terlihat dan mampu menjaring matahari tenang rasanyasebab melihat
Nabi Khidir rasanya berada ditemapt yang lain dari yang lain.
8.
Kanjeng
Nabi Khidir berkata lembut, “ jangan berjalan hanya sekedar berjalan, lihatlah
dengan sungguh-sungguh apa yang terlihat olehmu.” Syeh Malaya menjawab,” Ada
warna empat macam yang tampak padaku, semua itu sudah tidak kelihatan lagi
hanya empat macam yang kuingat yaitu merah hitam kuning dan putih.”
9.
Berkata
Kanjeng Nabi Khidir “ yang pertama kau lihat
cahaya mencorong tapi tidak tahu namanya ketahuilah itu namanya pancamaya yang sebenarnya
ada didalam hatimu sendiri yang mengatur
dirimu pancaya yang indah itu disebut
(mukasafah) bilamana kamu sangup membimbing dirimu kearah yang terpuji yaitu
sifat yang asli.
10.
Maka
dari itu jangan asal bertindak selidikilah semua bentuk jangan samapai tertipu
nafsu usahakan semaksimal mungkin agar hatimu menduduki sifat asli, perhatikan
terus hatimu itu supaya tetap dalam jati diri.”
Tenteramlah hati Syeh
Malaya setelah mengerti hal itu semua, dan baru mantap rasa hatinya serta
gembira. Adapun yang merah kuning hitam dan putih itu penghalang hatinya.
11.
Sebab
isinya dunia ini sudah lengkap yaitu
terbagi kedalam tiga golongan semuanya adalah penghalang tingkah laku kalau
bias menjauhi itu pasti bias berkumpul dengan ghaib itu yang menghalangi
meningkatkan citra diri hati yang tiga macam hitam merah kuning, semua itu
menghalangi pikiran dan kehendak tiada
putus-putusnya akan menyatunya dengan Tuhan Yang memberi nyawa lagi mulia.
12.
Jika
tidak bercampur tiga hal itu tentu terjadi hilangnya jiea abadi sensantiasa
berdekatan rapt namun perlu diperhatikan dan diingat dengan seksama bahwa
penghalang yang asa di dalam hati mempunyai kelebihan yang perlu kamu ketahui
dan sumber inti kekuatanya yang hitam lebih perkasa pekerjaanya mudah marah
angkara membabi bhuta.
13.
Itulah
hati yang menghalangi menutupi kepada
kebajikan yang demikian itu pekerjaan dihitam, sedang yang berwarna merah
menunjukan nafsu yang tidak baik segala keinginan nafsu keluar dari simerah
mudah emosi dalam emxcapai tujuan hingga menutupi akhir hidup yang baik (khunul khotimah).
14.
Adapun
yang berwarna kuning kemampuanya menanggulangi segala hal pikiran yang baik
akan menjadi lebih baik hati kuninglah yang meenghalangi timbulnya pikiran yang
tidak baik hanya membuat kerusakan menelantarkan kejurang kehancuran, sedang
yang putih itulah yang membuat hati tanang serta suci tanpa ini itu pahlawan
tanpa jasa.
15.
Hanya
itulah yang dapat dirasakan manusia akan kesaksiannya sesungguhnya yang
terwujud adanya hanya menerima kanugerahan semata-mata, hanya itulah yang dapat dilaksanakan. Kalau tetap berusaha agar abadi berkumpulnya diri dekat Tuhan, maka senantiasa menghadapi tiga musuh, yang sangat kejam besar dan tinggi hati (sobong), ketiga musuhmu itu saling kerjasama; Padahal si putih tanpa teman, hanya sendirian saja, makanya sering dapat dikalahkan.
16. Kalau sekiranya dapat mengatasi, akan segala kesukaran yang timbul dari tiga hal itu, maka jadilah persatuan erat terwujud, tanpa berpedoman itu semua tidak akan terjadi persatuan erat antara manusia dan penciptanya. Syeh Melaya sudah memahaminya dengan semangat mulia berusaha, diserta tekad membaja, demi mendapatkan pedoman akhir kehidupan, demi kesempurnaan dekatnya dengan Allah SWT.
17. “Setelah hilang empat macam warna ada hal lain lagi, nyala satu delapan warnanya”, Syeh Melaya pelan berkata, “Apakah namanya, nyala satu delapan warnanya, apakah yang dimaksud sebenarnya? Nyalanya semakin jelas nyata, ada yang seperti ratna bersinar (mutiara berkilau), ada yang nampak berubah-rubah warna menyambar-nyambar, ada yang seperti permata yang berkilat-tajam sinarnya”.
18. Sang luhur budi Nabi Khidir berpesan, “Hiya itulah sesungguhnya tunggal. Pada dirimu sendiri sudah tercakup makna di dalamnya, rahasianya terdapat pada dirimu juga, serta seluruh isi bumi, tergambar pada tubuhmu, dan juga seluruh alam semesta; Dunia kecil tidak jauh berbeda; Ringkasnya utara barat selatan itu, timur dan atas serat bawah”.
19. “Juga warna hitam merah kuning putih, itulah isi kehidupan dunia, dunia kecil dan alam semesta, dapat dikatakan sama isinya, kalau ditimbang dengan yang ada dalam dirimu ini, kalau hilang warna yang ada, dunia kelihatan kosong, kesulitannya tidak ada, dikumpulkan kepada wujud rupa Yang Satu, tidak lelaki tidak pula perempuan”.
20. “Sama pula bentuk dengan bentuk yang ada ini, yang bila dilihat berubah-ubah putih, camkanlah dengan cermat semua ini”, Syeh melaya mengamati, yang seperti cahaya berganti-ganti kuning, cahayanya terang-benderang memancar, melingkar mirip pelangi, apakah itu yang dimaksudkan, wujud dari Dzat yang dicari dan didambakan? Yang merupakan hakikat wujud sejati?”.
21. Nabi Khidir menjawab dengan lemah-lembut, “Itu bukan yang kau dambakan, yang dapat menguasai segala keadaan; Yang kamu dambakan tidak dapat kamu lihat, tiada berbentuk apalagi berwarna, tidak berwujud garis, tidak dapat ditangkap mata, juga tidak bertempat tinggal, hanya dapat dirasakan oleh orang yang awas mata hatinya, hanya berupa penggambaran-penggmabaran (simbol) memenuhi jagad-raya, dipegang tidak dapat”.
22. Bila kamu lihat, yang nampak seperti seperti berubah-ubah putih, yang terang-benderang sinarnya, memancarkan sinar yang menyala-nyala, Sang Permana itulah sebutannya, hidupnya ada pada dirimu; Permana itu, menyatu pada dirimu sendiri, tetapi tidak ikut merasakan suka dan duka, tempat tinggalnya pada ragamu.
23. Tidak ikut suka dan duka, juga tidak ikut sakit dan menderita, dan jika Sang Permana meninggalkan tempatnya, raga menjadi tidak berdaya, dan pasti lemahlah seluruh badanmu, sebab itulah letak kekuatannya; Ikut merasakan, kehidupan bersama nyawa, yaitu yang berhak merasakan kehidupan, yang mengerti rahasia di dunia.
24. Dan itulah yang sedang mengenai pada dirimu, seperti diibaratkan bulu pada hewan, yang tumbuh di sekitar raga, hidupnya karena adanya Permana, dihidupi oleh nyawa yang mempunyai kelebihan, menguasai seluruh badan, Permana itu bila mati ikut menanggung, namun bila telah hilang nyawa, kemudian yang hidup hanyalah sukma / nyawa yang ada.
25. Kehilangan itulah yang didapatkan, kehidupan nyawalah yang sesungguhnya, yang sudah berlalu diibaratkan, seperti rasanya pohon yang tidak berbuah, Sang Permana yang mengetahui dengan sabar, sesungguhnya satu asal, perhatikan secara seksama penjelasan tadi. Menjawablah Syeh Melaya, “Kalau begitu manakah warna bentuk yangsebenarnya?”. Nabi Khidir berkata.
26. “hal itu tidak dapat kau pahami di dalam keadaan nyata semata-mata, tidak semudah itu untuk mendapatkannya”, Syeh Melaya menyela pembicaraan, “Saya mohon pelajaran lagi, sampai paham betul, sampai tuntas. Saya menyerahkan hidup dan mati, demi mengharapkan tujuan yang pasti, jangan sampai tanpa hasil”.
PUPUHKINANTHI
(67 bait)
Episode V : Berisi ajaran Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga tentang ilmu yakin, ainul yaqin,
ma’rifatul yaqin dan iman hidayat serta sifat-sifat yang terpuji.
1. Nabi Khidir berkata lembut dan manis yang isinya bercampur perlambang dan sindiran, “Umpamanya ada orang membicarakan sesuatu hal. Lotnya seharusnya baik, nyatanya lotnya justru bumbunya, bercampur dengan rahasia yang terasa sebagai jiwa suci.
2. Nubuat yang penuh rahasia itu sebenarnya sebenarnya rahasia ini yaitu ketika masih berada di sifat jamal ialah johar awal bila bila sudah keluar menjadi johal akhir yang sudah dewasa yang awal itulah rahasia sejati.
3. Sijohar akhir itu ternyata dalam satu wujud satu pati dan satu hidup dengan johar ketika dalam kesatuan satu wujud satu raksa satu hidup menyatu dengan johar awal. Adapun johar akhir ini ialah.
4. Satu wujud dalam keadaan sehidup-semati segala ulah johar akhir selamanya bersikap pasrah. Sedangkan johar batin ini ialah yang dipuji dan disembah hanyalah Allah yang sejati.
5. Tidak ada sama sekali rasa sakit karena sebenarnya kamu ini nuqod ghoib ialah nuqod ghoib ketika di masa awal / kuna ia tidak hidup juga tidak mati dan sebe
narnya yang dikatakan nuqod itu tdak lain ghoib jugalah namanya itu.
6. Sudah tiba datang nuqod yang sudah hidup sejak dulunya dicpta menjadi Alip. Alip itu sendiri jisim latip dan keberadaanmu yang sebenarnya itulah yang disebut / dinamakan neqdu.
7. Se
karang johar jati yaitu namamu itu semasa hidup yaitu syahdat jati dalam hidup itu sendiri ialah yang dimanakan Rasulullah rasa sejati.
8.
Syahdat jati adalah darah yaitu tenpat segala dzat / makhluk merasakan rasa yang sebenarnya tentang hidup dan kehidupan sama dengan satuan Jibril-Muhammad-Allah. Ketiganya dan keempatnya adalah yang disebut Darah hidup. Jelasnya coba perhatikan orang mati.
9. Apa ada darahnya? Darah itu hilang kini, hilangnya bersama / menyatu dengan sukma.sukma/ruh hilang adalah kembali pada Alip tersebut.
Sukma yang hilang dan kembali kepada Alip itu disebut ruh idhofi.
10. Pengertian Jisim Latip atau yang disebut Jisim Latip ialah Jisim Angling
yang sudah reda terdahulu kala yaitu Alip yang disebut angling padahal Alip itu tanpa mata tidak berkata-kata tidak mendengar.
11. Tanpa perilaku tidak melihat dan itulah
Alip yang artinya sebenarnya
luqkawi. Alip jatuh / bertempat / berada pada nuqodnya. Ketiadaannya
keberadaannya menjadi Alip itu karena dijabarkan / dikembangkan,
bukankah
ruh idhofi itu bagian Dzatullah?.
12. setelah diajarkan semua pelajaran sampai selesai, tentang ruh idhofi
yang menjadi inti pembahasannya; Adapunwujud sesungguhnya Alip itu,
asal dan muasalnya itu, berasal dari johar Alip itu, yang dinamakan kalam
karsa.
13.
Timbullah hasrat kehendak Allah itu menjadikan terwujudnya dirimu;
dengan adanya wujud dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan
sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada dua apalagi tiga. Siapa yang
mengetahui asal / muasal kejadian dirinya, saya
berani memastikan
bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri!.
14. Adapun sifat jamal (sifat
yang bagus) itu ialah, sifat yang selalu
berusaha menyebutkan, bahwa pada dasarnya adanya dirinya itu, karena
ada yang mewujudkan adanya. Demikianlah
yang difirmankan Allah
kepada Nabi Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya.
15. “Kalau tidak ada dirimu, saya Allah tidak akan dikenal / disebut; Hanya dengan sebab adanya kamulah yang menyebutkan akan keberadaan-KU; Sehingga kelihatan seolah-olah satu dengan dirimu, Adanya Aku, Allah, menjadikan ada dirimu, Wujudmu menunjukkan adanya wujud Dzat-KU”.
16. Dan untuk memperjelas jati dirimu, tidaklah kau sadari, bahwa hampir ada persamaan Asma-Ku yang baik (Asmaul Husna) dengan sebutan manusia yang baik (misal : Allah Yang Maha Pengasih, dengan: Siti Fatimah mengasihi anaknya). Itu semua kau maksudkan untuk memudahkan penggambaran perwujudan tentang Diri-Ku. Padahal kau tahu, Aku berbeda dengan dirimu, yang tidak mungkin dapat disamakan satu sama lain. Dan kamu pasthi mengalami kesulitan dan tidak mungkin dapat melukiskan atau menyebutkan Asma-Ku dengan setepat-tepatnya.
17. namamu yang baik dapat menyerupai nama-Ku Yang Baik (Asmaul Husna); Apakah kamu sudah dapat meraih sebutan nama yang baik itu? Baik di dunia maupun di akhirat? Kamu ini merupakan penerus / pewaris Muhammad Rasulullah, sekaligus Nabi Allah. Ya Illahi, ya Allah Tuhanku... (Bagi pembaca maupun pendengar dianjurkan berdoa pada Allah. Insya Allah berhasil kabul apa yang diinginkan, Amin, amin, amin, ya Rabbal alamin).
18. nabi Khidir mengakhiri pembacaan Firman Allah SWT, kemudian melanjutkan memberi penjelasan pada Sunan Kalijaga; “Tanda-tanda adanya Allah itu, ada pada dirmu sendiri harap direnungkan dan diingat betul. Asal muasal Alip itu, akan menjadikan dirimu bersusah payah selagi hidup; Budi jati sebutannya, yang tidak merasa menimbulkan budi / usaha untuk mengatasi lika-liku kehidupan.
19. Bagi orang yang senang membicarakan dan memuji dirinya sendiri, akan dapat melemahkan semangat usahanya, antara tidak dan iya penuh kebimbangan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan johar budi(mutiara budi) ialah, bila sudah mengetahui maksud dari budi iman yaitu menjalankan segala tingkah laku dengan didasari keimanan pada Allah. Alip tercipta karena sudah menjadi suratan ketentuan yang digariskan.
20. ssungguhnya alip itu, tetap kelihatan ada adanya tidak dapat berubah. Itulah yang disebut Alip. Adapun bila terjadi perubahan, itulah yang disebut Alip Adi, yang menyesuaikan diri dengan keadaanmu.
21. Mutiara awal kehidupan (johar awal) dimaksudkan dengan kehidupan tempo dulu yang betul-betul terjadi sebagaimana tinja junub dan jinabat. Johar awal ibarat bebauan / aroma akan tiba saatnya, tidak boleh tidak akan kita laksanakan dan rasakan di dalam kehidupan kita di dunia.
22. jelasnya, kehidupan yang telah digariskan sebelumnya oleh Johar itu, telah memuat garis hidup dan mati kita. Segalanya telah ditentukan di dalam Johar awal. Dari keterangan Johar awal tadi, tentu akan menimbulkan pertanyaan, di antaranya; “Mengapa kamu wajib shalat, di dalam dunia ini?”. Penjelasannya demikian; Asal mula diwajibkan menjalankan shalat itu ialah:
23. Disesuaikan dengan ketentuan di zaman azali, kegaiban yang kau rasakan saat itu; Bukankah kamu juga berdiri tegak, berseidekap menciptakan keheningan hati, bersidekap menyatukan konsentrasi, menyatukan segala gerakmu.24. ucapanmu juga kau satukan, akhirnya kau rukuk tunduk kepada yang menciptakanmu, merasa sedih karena malu sehingga menciptakan timbul, keluar air matamu yang jernih, sehingga tenanglah segala kehidupan ruhmu, rahasia iman dapat kau resapi.
25. Setelah merasakan semua itu, mengapa harus sujud ke bumi? Pangkal mula dikerjakan sujud bermula adanya, cahaya yang memberi pertanda pentingnya sujud, yaitu merasa berhadapan dengan wujud Allah biarpun tidak melihat wujud yang sesungguhnya, dan yakin bahwa Allah melihat segala wujuh gerak kita (pelajaran tentang ihsan).
26. Dengan adanya agama Islam dimaksudkan, agar makhluk yang ada di bumi dan di langit, dan termasuk dirimu itu, beribadah sujud kepada Allah dengan hati yang ikhlas sampai kepala diletekkan dimuka bumi, sehingga bumi dengan segala keindahannya tidak tampak di hadapanmu, hatimu hanya ingat Allah semata-mata. Ya demikianlah seharusnya perasaamu, senantiasa merasa sujud di bumi ini.
27. Mengapa pula menjalankan duduk diam seakan-akan menunggu sesuatu? Melambungkan pengosongan diri dengan harapan ketemu Allah! Padahal sebenarnya itu tidak dapat mempertemukan dengan Allah. Allah yang kau sembah itu betul-betul ada. Dan hanya Allah-lah tempat kamu mengabdikan diri dengan sesungguhnya. Dan janganlah sekali-kali dirimu menggap sebagai Allah.28. Dan dirimu jangan pula menganggap sebagai Nabi Muhammad. Untuk menemukan rahasia (rahsa) yang sebenarnya harus jeli. Sebab antara rahasia yang satu berbeda dengan rahasia yang lain. Dari Allah-lah Nabi Muhammad mengetahui segala rahasia yang tersembunyi; dan Nabi Muhammad sebagai makhluk yang dimuliakan Allah. Dan beliu sering menjalankan puasa.
29. Dan akan dimuliakan makhluk-Nya, kalau mau mengeluarkan shodaqoh; Dan dimuliakan makhluk-Nya, bagi yang dapat naik haji; Dan makhluk-Nya akan dimuliakan, kalau melakukan ibadah shalat.
30. matahari berbeda dengan bulan, perbedaannya terdapat pada cahaya yang dipancarkaannya. Sudahkan hidayat iman (petunjuk iman) terasa dalam dirimu? Taukhid adalah pengetahuan yang penting untuk menyembah pada Allah, juga makrifat harus kita miliki untuk mengetahui kejelasan yang terlihat, ya ru’yat (ya dengan melihat pakai mata telanjang) sebagai saksi adanya yang terlihat dengan nyata.
31. Mari kita dalami sifat Allah, Sifat Allah yang sesungguhnya, Yang asli, aslinya dari Allah. Sesungguhnya Allah itu, Allah yang hidup. Segala af’ale (perbuatannya) adalah berasal dari Allah. Itulah yang dimaksud denga ru’yati.
32.
Kalau hidupmu senantiasa kamu gunakan ru’yat, maka itu namanya khoiroti (kebajikan hidup), makrifat itu hanya ada di dunia. Johar awal khoiroti (mutiara awal kebajikan hidup), sudah berhasil kau dapatkan, untuk itu secara tidak langsung kamu sudah mendapatkan pengawasan kamil (penglihatan yang sempurna).
33. Insan kamil (manusia yang sempurna) berasal dari dzatullah (Dzatnya Allah), sesungguhnya ketentuan ghaib yang telah tersurat, adalah kehendak Dzat yang sebenarnya. Sifat Allah berasal dari Dzat allah. Insan kamil namanya, kalau mengetahui keberadaan Allah itu.
34. Bilamana tidak tertulis namamu, di dalam nuqod ghaib insan kamil; itu bukan berarti tidak tersurat, yaitulah yang dunamakan puji budi (usaha yang terpuji). Berusaha memperbaiki hidup, akan menjadikan kehidupan nyawamu semakin baik.
35. dan serta badannya, akan disebut badan Muhammad, yang mendapat kesempurnaan hidup. Syeh Melaya berkata lemah lembut, “Mengapa sampai ada orang mati yang dimasukkan neraka? Mohon penjelasan yang sebenarnya”.
36. nabi Khidir berkata berkata dengan senyuman manis, “Wahai Melaya! Maksudnya begeini. Neraka Jasmani juga ada di dalam dirimu sendiri, dan yang diperuntukkan bagi siapa saja yang belum mengenal dan meniru laku nabiyullah. Hanya ruh yang tak mati.
37. Hidupnya ruh jasmani itu, yang sama dengan sifat hewan, maka akan dimasukkan ke dalam nerak. Juga mengikuti bujuk rayu iblis, atau mengikuti nafsu yang merajalela seenaknya tanpa terkendali, tidak mengikuti petunjuk Tuhan Allah SWT.
38. Mengandalkan ilmu saja, tanpa mempedulikan sesama manusia keturunan Nabi Adam, itu disebut iman tahdlot. Ketahuilah bahwa umat manusia itu termasuk badan jasmanimu. Pengetahuan tanpa guru itu, ibarat orang menyembah tanpa mengetahui yang disembah.
39. Dapat menjadi kafir tanpa diketahui, karena yang disembah kayu dan batu, tidak mengerti apa hukumnya, itulah kafir yang bakal masuk neraka jahanam. Adapun yang dimaksudkan dengan ruh idhofi adalah, sesuatu yang kelak tetap kekal sampai akhir nanti kiamat dan tetap berbentuk ruh yang berasal dari ruh Allah.
40. Yang dimaksud dengan cahaya adalah yang memancarkan terang serta tidak berwarna, yang seantiasa menerangi hati penuh kewaspadaanyang selalu mawas diri / introspeksi mencari kekurangan diri sendiri serta mempersiapkan akhir kematian nanti, merasa sebagai anak Adam yang harus mempertanggungjawabkan segala perbuata; Ruh Idhofi sudah ada sebelum kau tercipta.
41. Sirik itu dapat terjadi, tergantung saat menerima sesuatu yang ada, itulah yang disebut johar ning. Keenamnya johar awal. Johar awal adalah mutiara ibaratnya. Mutiara yang indah penghias raga agar nampak menarik. Mutiara akan tampak indah menawan.
42. Bermula dari ibarat yang ketujuh, di kala mendengarkan sabda Allah Yang Mutlaq. Ruh serba pasrah kepada Dzatullah. Itulah yang dimaksudkan Ruh Idhofi.
43. Johar awal itu pula, yang menimbulkan Shalat daim. Sahalat daim tidak perlu mengunakan air wudhu; untuk membersihkan khadas tidak disyaratkan. Itulah shalat bathin yang sebenarnya, diperbolehkan makan tidur syahwat maupun berak / buang kotoran.
44. Demikaian tadi cara Shalat Daim (shalat selamanya selagi masih hidup imana saja dan kapan saja serta situasi bagaimanapun juga) perbuatan itu akan termasuk hal yang terpuji, yang sekaligus merupakan perwujudan syukur kepada Allah. Johar tadi bersatu padu menghilangkan sesuatu yang menutupi / mempersulit mengetahui keberadaan Allah Yang Terpilih. Adanya itu menunjukkan adanya Allah, yang mustahil kalau tak berwujud sebelumnya.
45. Kehidupan itu seperti layar dengan wayangnya, sedang wayang itu tidak tahu warna dirinya; Akibat junub sudah bersatu erat, tetap bersih badan jisimmu. Adapun Muhammad, badan Allah; Nama Muhammad tidak pernah pisah dengan nama Allah.
46. Bukankah hidyat itu perlu diyakini? Sebagai pengganti Allah; dapat pula disebut utusan Allah, Nabi Muhammad juga termasuk badan mukmin atau orang yang beriman. Ruh Mukmin identik pula dengan Ruh Idhofi dalam keyakinanmu.
47. Disebut iman maksum, kalau sudah mendapat ketetapan sebagai panutan jati (orang yang sudah layak dijadikan suri tauladan segala tingkah lakunya). Bukankah demikian itu pengetahuanmu? Kalau tidak hidup begitu, berarti itu sama dengan hewan yang tidak tahu adanya sesuatu di masa yang telah lewat.
48. Kelak nanti tidak boleh tidak, karena tidak mengetahui ke-Islaman maka matinya tersesat, kufur serta kafir badannya. Namun bagi yang telah mendapatkan pelajaran ini, segala permasalahan dipahami lebih seksama baru dikerjakan.
49. Allah itu tidak berjumlah tiga. Yang menjadi suri tauladan adalah nabi Muhammad. Bukankah sebenarnya orang kufur itu, mengingkari empat masalah yang prinsip. Di antaranya bingung karena tiada pedoman manusia yang dapat diteladani. Kekafiran mendekatkan pada kufur kafir.
50. Fakir dekat dengan kafir, sebabnya karena kafir itu, buta tuli tidak mengerti tentang surga dan neraka. Fakir tidak akan mendapatkan pada Tuhan. Tidak mungkin terwujud pendekatan itu.
51. Tidak menyembah dan memuji, karena kefakirannya. Sperti itulah kalau fakir terhadap Dzatull
ah . dan sesungguhnya Tuhan Allah, mematikan kefakiran manusia. Kepastiannya ada di tangan Allah semata-mata.
52. Adapun wujud Dzatullah itu, tidak ada satu makhluk pun yang mengetahuinya kecuali allah sendiri. Ruh Idhofi menimbulkan iman. Ruh Idhofi berasal dari Allah Yang Esa. Itulah yang disebut iman tauhid. Meyakini adanya Allah juga adanya Muhammad sebagai Rasulullah.
53. Tauhid hidayat yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan Yang Terpilih. Menyatu dengan Tuhan Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kamu harus merasa bahwa Tuhan Allah itu ada dalam dirmu.
54. Ruh Idhofi ada di dalam dirimu. Makrifat itulah sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat (kesaksian), hidup tunggal di dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya, Ruku berarti dekat dengan Tuhan Pilihan.
55. penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal (sekarat0 tidak akan terjadi padamu. Jangan iku takut menghadapi sakaratilmaut, dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat. Ruh Idhofi tidak akan mati; Hidup mati, mati hidup.
56. Akuilah sedalam-dalamnya bahwa keberadaanmu itu, terjadi karena Allah itu hidup dan menghidupi dirimu, dan menghidupi segala yang hidup. Sastra lip (huruf alip) harus dimintakan penjelasannya pada guru. Jabar jer-nya-pun harus berani susah payah mendalaminya. Terlebih lagi pengetahuan tentang kafir syirik!.
57. Sesungguhnya semua itu, tidak dapat dijelaskan dengan tepat maksud sesungguhnya. Orang yang menjalankan shalat itu berarti sudah mendapatklan kanugrahan sifat Tuhan Allah. Sebagai saran pengabdian hamba terhadap Tuhan Allah. Yang menjalankan shalat sesungguhnya raga. Raga yang shalat itu terdorong oleh adanya iman yang hidup pada diri orang yang menjalankannya.
58. Seandainya nyawa tidak hidup, maka lam tamsyur (maka tidak akan menonolong) semua perbuatan yang dilajalankan, secara yang tersurat, shalat itu adalah perbuatan dan kehendak orang menjalankan, namun sebenarnya Allah-lah yang berkehendak atas hambanya. Itulah hakikat dari Tuhan penciptanya. Ruh Idhofi berada di tangan orang mukmin.
59. Semua ruh berada ditangan-Nya, yaitu terdapat pada ruh Idhofi, Ruh Idhpfi adalah sifat jamal (sifat yang bagus / indah) keindahan yang berasal dari Dzatullah. Ruh Idhofi nama dari sebuah tingkatan (maqom), yang tersimpan pada diri utusan Allah (Rasulullah).
60. Syarat jisim lathif (jasad halus) itu, harus tetap hidup dan tidak boleh mati. Cahayanya berasal dari ruh itu, yang terus-menerus meliputi jasad. Yang mengisyaratkan adanyasifat jala (sifat yang perkasa) dan sekaligus mengisyaratkan adanya sifat jamal (sfat keindahan).
61. Johar awal mayit (Mutiara awal kematian) itu, memberi isyarat hilangnya diri ini. Jelasnya, semua yang tercipta akan mati. Setelahsemuanya menemui kematian di dunia, maka akan berganti hidup diakhirat. Kurang lebih tiga hari perubahan hidup itu pasti terjadi.
62. Asal mula manusia terlahir dari adanya ayah, ibu serta Tuhan Yang Maha Pencipta. Satu kelahiran berasal dari tiga asal lahir. Ya itulah isyarat dari tiga hari. Setelah dititipkan selama tujuh hari, maka dikembalikan kepada yang menitipkan (yang memberi amanat). Titipan itu harus seperti sedia kala.63. Bukankah tauhid itu sebagai sarana untuk menjadi makrifat? Titipan yang ketiga puluh hari, itu juga ter
masuk titipan, yang ada kemiripan dengan tujuh hari. Kalau menangis mengeluarkan air mata karena menyesali sewaktu masih hidup.
64. Seperti teringat semasa kehidupan itu berasal daru nur. Yang mana cahayanya mewujudkan dirimu. Hal itulah yang menimbulkan kesedihan dan penyesalan berkepanjangan. Tak terkecuali siapun akan merasakan itu semua, sebagaimana kamu mati, saya merasa kehilangan. Mati hilang bertepatan hari kematian yang keempat puluh hari.
65. Bagaimanakah yang lebih tepat untuk melukiskan persamaan sesama makhluk hidup secara keseluruhannya? Allah dan Muhammad masing-masing berjumlah satu. Seratus pun dapat dilukiskan seperti satu bentuk. Seperti diibaratkan dengan adanya cahaya, yang bersumber dari cahaya Muhammad yang sesungguhnya.
66. Sama halnya pada saat kamu memohon sesuatu. Ruh jasad hilang di dalamnya di hadirat Tuhan Yang Maha Pemberi. Tepat pada hari yang keseribu, tidak ada yang tertinggal. Kembali pada Allah sudah dalam keadaan yang sempurna. Sempurna seperti semula pertama diciptakan.
67. Syeh Melaya terang hatinya, mendengar pelajaran yang baru diterimanya, dari guru Syeh Mahyuningrat Nabi Khidir. Sudah senanglah hatinya, tapi belum mau keluar dari tubuh Nabi Khidir, Syeh Melaya menghaturkan sembah, sambil berkata manis seperti gula madu.
PUPUH DHANDHANGGULA
(52 bait)
Episode VI : Sunan Kalijaga menerima wejangan dari Nabi Khidir.
1. Kalau begitu hamba tidak mau keluar dari raga dalam tuan. Sudah nyaman di sini saja. Yang bebas dari segala sengsara derita. Tiada selera makan dan tidur. Tidak merasa ngatuk dan lapar. Tidak harus bersusah payah. Bebas dari rasa pegal dan nyeri. Yang terasa ada hanyalah rasa nikmat dan manfaat. Nabi Khidir memperingatkan : Yang demikian itu tidak boleh kalau tanpa kematian!.
2. Jeng nabi Khidir semakin merasa iba. Kepada pemohon yang meruntuhkan rasa iba. Kata nabi Khidir kalau begitu yang awas sajalah! Terhadap hambatan upaya! Jangan sampai kau kembali! Yang benar memohonnya dan yang waspada! bagimu anggaplah! Kalau sudah kau kuasai! Jangan hanya digunakan dengan dasar bila ingat saja! Karena hal itu sebagai rahasia Allah!.
3. Tidak diperkenankan kalau obrolan! Kepada sesama manusia! Kalau tanpa seizinnya!
Sekiranya ada yang akan mempersoalkan. Memperbincangkan masalah ini! Jangan sampai terlanjur! membanggakan diri! Jangan peduli terhadap gangguan cobaan hidup! Tapi justru terimalah dengan sabar!.
4. Cobaan hidup yang menuju kematian. Ditimbulkan akibat buah pikir. Bentuk yang sebenarnya ialag tersimpan rapat di dalam jagatmu! Hidup tanpa ada yang menghidupi kecuali Allah saja. Tiada antara lamanya tentang adanya itu. Bukankah sudah berada di tubuh? Sungguh bersama lainnya selalu ada dengan kau! Tak mungkin terpisahkan!.
5. Kemudian tidak pernah memberitahukan dari mana asalnya dulu. Yang menyatu dalam gerak perputaran bawana. Bukankah beritanya sebenarnya sudah ada padamu? Cara mendengarnya bagi ruh sejati. Tidaklah menggunakan telinga. Cara melatihnya. Juga tanpa dengan mata. Adapun telinganya, matanya yang diberikan oleh Allah. Ada padamu itu.
6. Secara lahir sukma itu sudah ada padamu. Secara batinnya ada pada sukma itu sendiri. Memang demikanlah penerapannya. Ibarat seperti batang pohon yang dibakar. Pasti ada asapnya api. Menyatu dengan batang pohonnya. Ibarat air dengan alunnya. Seperti minyak dengan susu. Tubuhnya dikuasai oleh gerak dan kata hati. Demikian pun dengan Hyang Sukma.
7. Sekiranya kita mengetahui wajah hamba Tuhan. Dan sukma yang kita kehendaki ada. Diberitahu akan tempatnya. Seperti wayang ragamu itu. Karena dalanglah segala geraknya wayang. Sedangkan panggungnya jagad. Bentuk wayang adalah sebagai bentuk badan/raga. Bergerak bila digerakkan. Segala-galanya tanpa kelihatan jelas antara perbuatan dengan ucapan.
8. Yang berhak menentukan semuanya. Tidak tampak wajahnya kehendak. Justru tanpa wujud dalam bentuknya. Karena sudah ada pada dirimu. Upama yang jelas ketika berhias. Yang berkaca itu Hyang Sukma. Adapun bayangan dalam kaca itu yang ada dalam kaca. Itulah dia yang bernama manusia sesungguhnya. Bentuknya di dalam kaca.
9. Lebih besar lagi pengetahuan tentang kematian ini. Dibandingkan dengan kesirnaan jagad raya. Karena lebih lembut seperti lembutnya air. Bukankah lebih lembut kematian manusia? Artinya lembut ialah karena kecilnya. Sekacil kuman. Bukankah masih karena kecil lembut kesirnaan manusia? Artinya lebih dari “Karena menentukan segalanya”. Sekali lagi artinya lembut ialah sangat kecilnya.
10. Dapat mengenai yang kasar dan yang kecil. Mencakup semua yang merangkak. Melata tiada bedanya. Benar-benar serba lebih. Lebih pula dalam hal menerima perintah tidak boleh mengandalkan. Pada ajaran pada pengetahuan. Karenanya bersungguh-sungguhlah menguasainya. Badan/dirimu doronglah dalam meraihnya. Pahamilah liku-liku ulah tingkah manusia kehidupan!.
11. Ajaran itu ibarat sebagai benih. Yang diajari ibarat lahan. Umpama kacang dan kedelai. Yang disebar di atas batu. Kalau batunya tanpa tanak. Pada saat kehujanan dan kepanasan. Pasti tidak akan tumbuh. Tapi bila kau bijaksana. Melihatmu musnakan pada matamu! Jadikanlah penglihatan sukma dan rasa.
12. Demikan pun wujudmu, suaramu. Serahkan kembali kepada Yang Empunya suara! Justru kau hanya mengakukan saja. Sebagai pemiliknya. Sebenarnya hanya mengatas namai saja. Maka dari itu kau jangan memiliki. Kebiasaan yang menyimpang. Kecuali hanya kepada Hyang Agung. Dengan demikian kau “angraga sukma” yaitu kata hatimu sudah bulat menyatu kawula Gusti. Bicaralah menurut pendapatmu!.
13. Bila pendapatmu benar-benar menyakinkan. Bila masih mearasakan sakit dan masih was-was. Yaitu kejangkitan bimbang sebenarnya. Bila sudah menyatu dalam satu wujud. Apa kata hatimu apa yang kau rasakan. Apa yang kau pikir terwujud ada.yang kau cita-citakan tercapai. Berarti sudah tercakup/kuasai olehmu. Jagad seisinya justru benar-benar untukmu. Sebagai upah atas kesanggupanmu sebagai kholifah di dunia.
14. Bila sudah memahami dan menguasai amalan dan ilmu ini. Hendaknya semakin cermat dan teliti atas berbagai masalah. Masalah itu satu tempat dengan pengaruhnya. Sebagai ibaratnya sekejap pun tak boleh lupa. Lahiriyah kau landasilah. Pengetahuan empat hal. Semuanya tanggapilah secara sama. Kelimanya yang satu itu ialah tersimpan baik. Berguna / dapat dipakai dimana saja!.
15. Artinya mati di dalam hidup. Atau sama dengan hidup di dalam mati.ialah hidup abadi. Yang mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sirna, sukma muksa. Jelasnya mengalami kematian! Syeh Melaya, terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan senang hatimu! Anugerah berupa wahyu akan datang kepadamu.
16. Sepertti bulan yang diterangi cahaya temaram. Bukankah temurunnya wahyu menghilangkan kotoran. Bersih bening hilang kotorannya. Berkala lagi kemudian katanya. Nabi Khidir berkata dengan lemah lembut dan tersemyum. Tak ada yang dituju. Semuanya sudah tercakup haknya. Tidak ada yang diharapkan dengan kaprawiran, kesaktian semuanya sudah berlalu. Toh semuanya itu alat peperangan.
17. Habislah sudah wejangan Jeng Nabi Khidir. Syeh Melaya merasa ewuh pakewuh di dalam hati. Mawas diri ke dalam dirinya sendiri. Kehendak hati rasanya sudah mendapat petunjuk cukup. Rasa batinnya menjelajahi jagad raya tanpa sayap. Ke seluruh penjuru jagad raya. Jasadnya sudah terkendali. Menguasai hakekat semua ilmu. Umpama bunga yang masih lama kuncup. Sekarang sudah mekar berkembang.
18. Ditambah bau semerbaknya. Karena sudah mendapatkan sang Pancaretna, kemudian disuruh keluar dari raganya nabi Khidir kembali ke alamnya semula? Lalu Nabi Khidir berkata He, Melaya. Kau sudah diterima Hyang Sukma. Berhasil menyebarkan aroma Kasturi yang sebenarnya. Dan rasa yang memanaskan hatimu pun lenyap.
19. Sudah dijelajah seluruh permukaan bumi. Berarti kau sudah mengetahui jawaban atas pertanyaanmu! Arti godaan hati ialah rasa qana’ah yang semakin dimantapkan. Ibarat memakai pakaian sutera yang indah. Selalu mau mawas diri. Semua tingkah laku yang halus. Diresapkan ke dalam jiwa, dirawat seperti emas. Dihias-hias dengan keselamatan, dan di pajang seperti permata. Agar mengetahui akan kem
auannya berbagai tingkah laku manusia.
20. Perhaluslah budi pekertimu / akhlak ini! Warna hati kita yang sedang mekar baik. Sering dinamakan kasturi Jati. Sebagai pertanda bahwa kita tidak mudah goyah. Terhadap gerak-gerik sikap hati yang ingin menggapai sesuatu tanpa ilmu. Ingin mendalami pengetahuan tentang Ruh itu justru keliru. Lagi pula cara penataan kita itu ibaratnya busana justru dipakai sebagai kerudung. Sedangkan yang ikat kepala sebagai sarungmu.
21. Kemudian terlibat ingatan kita dulu. Ibarat menjalani mati ketika berada di adalam rongga ragaku. Tampak olehnya Sunan Kalijaga cahaya. Yang warnanya merah dan kuning itu. Sebagai hambatan yang menghadang agar gagal usaha / ikhtiar / cita-citanya. Dan yang putih ditengah itulah. Yang sebenarnya harus diikuti. Kelimanya harus tetap diwaspadai. Kuasailah seketika jangan sampai lupa! Bisa dipercaya sifatnya.
22. Berat kesediaanku berbuat sebagai penyekat. Untuk alat pembebas sifat berbangga diri. Yang selalu didambakan siang dan malam. Bukankah aku banyak sekali melekat / mengetahu. Caranya pemuka agama. Yang ternyata salah. Di dalam penafsiran. Dan penyampaian keterangannya? Anggapannya sudah benar tahunya. Akhirnya malah mematikan pengertian yang benar. Akibatnya terporosok di dalam penerapannya.
23.Ada pemuka agama yang ibaratnya menjadi burung. Ia hanya sekedar mencari tempat bertengger saja. Yaitu pada batang kayu yang baik rimbun, lebat buahnya, kuat batangnya. Untuk kemudian hidup baru. Ada yang orang berpangkat / kedudukan, ada yang ikut orang kaya. Akhirnya dimasyarakatkan. Ada manusia bodoh dan malas yang bergendang paha lewat keduanya. Melebihi posisi orang banyak / masyarakat. Ibaratnya seperti sekedar memperoleh kemulian sepele / naif. Jadinya tersesat-sesat sesatnya / berat.
24. Ada pula yang justru memiliki jalan terpaksa. Menumppuk kekayaan harta dan istri banyak. Ada pula yang memilih jalan mengusai putranya. Putra yang bakal mengusai. Hak asasi orang seseorang. Semuanya ingin mendapatkan yang serba lebih. Di dalam memiliki jalan mereka. Kalau demikan halnya, menurut pendapatku. Belumlah mereka itu para pemuka agama berserah diri sepenuhnya kepada Allah tapi masih berkeinginan pribadi / berambisi. Agar semua itu menjunjung harkat dan martabatnya.
25. Catatan, tatanan yang tidak pasti. Belum bisa disebut manusia utama. Yang demikan itu menurut anggapannya. Dan perasannya mendapatkan kebahagiaan, kekayaan dan mengerti yang hak benar. Bila kemudian tertimpa kedudukaan, terlanjur biasa. Memilih jalan sembarang tempat. Tanpa menghasilkan jerih payahnya dan tanpa hasil. Dalam arti mengalami kegagalan total.
26. Setidak-tidaknya menimbulkan kecuriagaan. Apa kebiasaan kita hidup di dunia. Ketika mengahadapi datangnya maut. Di situlah biasanya. Tidak kuat menerima ajal. Merasa beratnya meninggalkan kehidupan dunia tak tersangkal lagi. Pokonya masih lekat sekali pada kehidupan duniawi. Begitulah beratnya mencari kemuliaan. Tidak boleh lagi merasa terlekat kepada anak-istri. Pada saat-saat menghadap ajalnya.27. bila salah menjawab pernyataan bumi. Lebih baik jangan jadi manusia! Kalau matinya binatang mudah penyelesaiannya. Karena matinya tanpa pertanggungjawaban. Bila kau sudah merasa hatimu benar. Akan hidup abadi tanpa hisab. Ibaratnya tubuh bumi itu. Keterdiamannya tidak membantu. Kesepiannya tidak mencair. Tidak mempedulikan pembicaraan orang lain yang ditujukan kepadanya.
28. Ingatlah pada agamawan selalu mencari penyelesaian yang benar. Yaitu bagaimana hilang dan mati bersama raganya ialah yang diidamkannya. Sehingga mempertinggi semedinya. Untuk / agar mengejar keberhasilan. Tapi sayang tanpa petunujuk Allah, kecuali hanya semedi semata. Tidak disertai dukungan ilmu. Akibatnya hasilnya kosong melompong. Karena hanya mengandalkan pikirnya. Ini berarti belum mendapatkan tata cara hidup yang benar hakiki yang seperti ini adalah idaman yang sia-sia.
29. Bertapanya sampai kurus kering. Karena sedemikaan rupa caranya mengapai tentang kematian. Akhirnya meninggalnya tanpa ketentuan yang benar. Karen terlalu serius. Adapun cara yang benar adalah. Tapa itu hanya sebagai ragi / pemanas / pemantap pendapat. Sedangkan ilmu itu sebagai pendukung. Tapa dan ilmu tidak akan berhasil. Bila ilmu tanpa tapa.
30. Rasanya hambar tidak akan memberi hasil. Berhasil atau tidaknya tergantung pada penerapannya. Dicegah hambatannya yang besar. Sabar dan tawakal. Bukankah banyak agamawan palsu. Ajarannya setengah-setengah. Kepada shabatnya. Para sahabatnya merasa pintar sendiri. Yangtersimpan di hati, segera dilontarkan segala uneg-unegnya. Disampaikan kepada gurunya.
31. Penyampaiaanya hanya berdasarkan perkiraan belaka. Dahulunya belum mendapatkan pelajaran. Sangking tobatnya tidak merasa enak kalau menyanggah. Lalu
ikut-ikutan mendengarkan. Dengan menanamkan. Rekaniwan yang terbesar. Dianggapnya sudah pasti pendapatnya benar. Pendapatnya / ilmunya adalah wahyunya itu anygrah yang khusus diberikan pribadi. Akhirnya sahabatnya diaku sebagai anak.
32. Ditekan-tekankan tuntutan besar berupa ikatan batin. Oleh guru bila sudah akan mejang / menyampaikan ajaran. Duduk mereka sering berdekatan. Sehingga sahabat dikuasai oleh guru, dan snag guru menjadi sahabatnya batin. Luasnya tanggapan bahwa. Segala merupakan wahyu Allah. Kebaikannya, keduanya antara guru dan sahabat. Saling memahami. Kalau seseorang diantara mereka dianggap sebagai orang yang berilmu.
33. Harus ditaati segala apapun yang diucapkan itu. Umpama berjalan juga harus disembah biasanya bertempat di pucuk-pucuk gunung. Pengaruh ajarannya sangat
mengundang perhatian. Menemui perguruannya. Bila ada yang berguru / menghadap. Nasihatnya macam-macam dan banyak sekali. Seperti gong besar yang dipukul. Bukankah yang ajarannya dibeber tapi tidak bermutu / bobot. Akibatnya rugilah mereka yang berguru.
34. Janganlah seperti itu orang hidup. Anggaplah ragamu sebagai wayang. Digerakkan ditempatnya. Terangnya blencong itu. Ibarat panggung kehidupan. Lampunya bulan purnama. Layarnya ibarat alam jagad raga yang sepi kosong. Yang selalu menunggu-nunggu buah pikir / kreasi manusia. Batang pisang ibarat bumi tempat mukimnya wayang / manusia. Hidupnya ditunjang oleh yang naggap.35. Penanggapnya ada di dalam rumah, istana. Tidak diganggu siapa pu boleh berbuat menurut kehendaknya. Hyang premana dalangnya / sutradaranya. Wayang pelakunya. Adakalanya digerakkan ke utara, ke selatan dan barat serta ketimur. Seluruh gerakannya. Digerakkan oleh sutradara. Bila semuanya digerakkan berjalan. Semua ada di tangan dalang.
36. dialognya menyampaikan pesan juga. Bila bercakap, lisannya itu menyampaikan berbagai nasihat. Menurut kehendaknya. Para penanton dibuat terpesona. Diarahkan melekat pada dalang. Adapun yang nanggap itu selamanya tak akan tahu. Karena ia tanpa bentuk dan ia berada di dalam puri / rumah / istana. Ia tanpa warna itulah dia Hyang Sukma.
37. Cara Hyang Premono mendalang / menggerakkan wayang. Mempercakapkan tentang dirimu. Tanpa memperbedakan sesama titah. Di samping itu bukankahdia tidak terlibat sebagai pelaku? Misalnya berada dalam tubuh? Atau yang ibarat minyak di dalam susu. Atau api di dalam kayu? Berhasrat sekali karena belum diberi petunjuk sehingga menggelar do’a di kayu, dakon dan gesekan. Dengan beralatkan sesma batang pohon.
38. Gesekan itu disebabkan oleh angin. Hangusnya kayu, keluarlah kukusnya. Tak lama kemudian apinya. Apai dan asapnya. Keluardari kayu itu. Bermula dari ingat pada saat. Awal mulanya. Semua yang tergelar ini. Berasal dari tiada, manusia diciptakan lebih dari makhluk yang lain. Bukankah itu yang disebut rahsa.
39. Manusia itu tidak paling mulia daripada ciptaan yang lain. Maka dari itu janganl
ah mudah terpengaruh oleh buah pikirmu yang bulat. Bulat atas segala gerak dan kehendak. Adapun isi jagad itu jangan mengira hanya manusia saja. Tetapi berisi segala macam titah, hanya saja manusia itu. Penguasanya satu. Yang menghidupi seluruh jagad seisinya. Demikianlah tekad yang sempurna itu.
40. Hai Syeh Melaya segeralahkan menyudahi. Kembalilah kamu ke pulau Jawa! Bukankah sebenarnya kau mencari dirimu juga? Syeh Melaya bergegas. Bersembah dan berkata dengan beriba kasih untuk memenuhinya. Yang disebut Kalingga Murda. Hamba setia dan taat. Nabi Khidir lalu musnah lenyap. Syeh Melaya tampak berdo’a di samudera. Tapi tidak tersentuh air.
41. Syeh Melaya sangat berjanji dalam hati. Atas peringatan / ajaran sang guru yang sempurna. Bukankah ia masih sangat ingat? Hasrat hati yang telah memiliki / mengetahui ilmu kawekas. Isinya jagad telah terkuasai dalam hati. Merasa mantap dan disimpan baik dalam ingatan. Sehingga serba mengetahui dan tak akan keliru / salah lagi. Diresapi dalam jiwa dan dijunjung tinggi sampai mati. Ia telah lulus dari sumber aroma Kasturi yang sebenarnya. Sehingga sifat panasnya hati lenyap.
42. Sesudah itu Syeh Melaya pulang. Hatinya sudah tidak goyah lagi karena segala ajaran itu tampak jelas dalam batin. Ia tidak salah lagi lihat dirinya siapa sebenarnya. Penjelmaan jiwanya menyatu dalam satu wujud. Walaupun secara lahiriah dirahasiakan. Norma tatacara / perilaku jiwa satria. Berhasil dikuasai. Bukan ia sudah menggunakan mata batinnya yang tajam / peka? Ibarat hewan dengan bebannya!.
43. Sudah tak akan ada / terjadi, kematian dalam kehidupan. Setelah bagaimana ia menerima ajaran gurunya. Sama sekali tidak diragukan lagi. Seluruh ajaran gurunya. Sudah tamat dan dikuasai dengan tersimpan dalam hati. Serta diimankan dengan cermat. Mematuhi semua ajaranguru. Perbuatan pikiran dan rasa. Bukankah diuji dalam hati yang suci dan bening? Benar-benar terasa sebagai anugrah Tuha.
44. Sesungguhnya sang guru benar-benar. Yang sudah hilang raganya tidak ada. Selalu terbayang dalam hatinya. Dan sudah duterapkan sebagai kekasihnya. Adapun segala ketercelaan hati sudah lenyap. Rasanya tenanglah. Adapun segala ketercelaan hati sudah lenyap. Rasnya tenanglah dunia dan akhirat. Karena kebersihan dan kesucian jiwa sudah diketemukan. Sukma suci dalam segala tingkah lakunya itu memahami sepaham-pahamnya.
45. Bukankah sudah memahami buah pikir lewat petunjuk? Sehingga tidak takut akan kematian. Yang sering timbul dalam buah pikiran? Ia sudah mengaharapkan bahwa raganya boleh kalau kematian yang mulia. Yang diridhoi oleh Tuhan / Hyang Widi. Namun sebenarnya tak ada anggapan perasan. Yaitu rasa seperti itu. Tiadanya pandang / wawasan seperti itu. Bukankah sudah lenyap selamanya. Tinggal jiwa suci yang terpuji mulia? Mulia seperti zaman kunanya / awalnya.
46. Tidak meragukan kematian yang sebenarnya. Yang menjelmput maut setiap saat. Tidak merasa akan kematiannya. Toh yang rusak itu nafsunya dan. Badan, jiwa hidup abadi dan aman sejahtera. Senang, mulia dan merdeka. Semuanya itu sudah diterapkan dalam hati. Sehingga berpegang pad dan kuasa-Nya. Semuanya bersih, abadi, suci dan merata sama posisinya. Sudah mengetahui akan makna kematian yang sebenarnya.
47. Ia tidak takut kapan pun maut menjemput. Yang sempurna ialah yang diterima oleh Tuhan. Tak akan tampak wujudnya. Adapun kesempurnaan mati ini. Sekali lagi ialah sudah aman, sejahtera, mulia. Itulah maknakematian yang sempurna. Yaitu tidak meninggalkan hak-Nya Ketujuh alam sudah lenyap. Bukankah lenyapnya alam ini sudah jelas? Kini yang lain ibarat kau sajalaha!
48. Pengusa alam bukankah sudah kita ketahui? Yang bernawa Abirawa artinya yang berkuasa dan berkehendak. Adapun tentang alam yang keenam, artinya ialah yang telah lenyap: 1. timur, 2. barat, 3. utara, 4. selatan, 5. atas. 6. bawah serta kayu dan batu dan diri kita sendiri. Bila kita telah mati. Yang ada awang uwung kosong dan sepi. Yang terdengar hanya deru angin, debur air da kobaran api di alam dahana.
49. matahari, bulan, bukankah yaitu masuk alam juga? Dua puluh tiga alam yang serba nafsu itu. Semuanya baru kadis belaka. Walaupun bukankah sama dahulunya? Syeh Melaya sudah memahami hal itu semua? Kalau itu semuanya adalah alam serba nafsu. Dan alam yang sebenar-benarnya sudah jelas? Penguasa alam semua. Sedang yangmenyelaraskan hanyalah alam anbiyak ini. Alam anbiyak itu baunya harum wewangi.
50. Dan alam berarti itu ialah tempat jiwa suci, terang, bersih. Itulah alam malakut. Artinya ialah sudah tiba menjelang alam kemuliaan. Ibarat ruangan, sekat sebagai pemisah. Adapun alam anbiyak ialah alam mulia yang masih akan digapai. Sifat hidup itulah kehidupannya. Tentang mana mirah mana intan. Sudah jelas nilai dari Kumala Adi. Yaitu sebagus-bagusnya warna dari intan itu sendiri. Lenyapnya bukankah sama dengan lainnya? Itulah alam anbiya.
Alkhamdulillah selesai sudah menulis suluk linglung semoga bermanfaat.
16. Kalau sekiranya dapat mengatasi, akan segala kesukaran yang timbul dari tiga hal itu, maka jadilah persatuan erat terwujud, tanpa berpedoman itu semua tidak akan terjadi persatuan erat antara manusia dan penciptanya. Syeh Melaya sudah memahaminya dengan semangat mulia berusaha, diserta tekad membaja, demi mendapatkan pedoman akhir kehidupan, demi kesempurnaan dekatnya dengan Allah SWT.
17. “Setelah hilang empat macam warna ada hal lain lagi, nyala satu delapan warnanya”, Syeh Melaya pelan berkata, “Apakah namanya, nyala satu delapan warnanya, apakah yang dimaksud sebenarnya? Nyalanya semakin jelas nyata, ada yang seperti ratna bersinar (mutiara berkilau), ada yang nampak berubah-rubah warna menyambar-nyambar, ada yang seperti permata yang berkilat-tajam sinarnya”.
18. Sang luhur budi Nabi Khidir berpesan, “Hiya itulah sesungguhnya tunggal. Pada dirimu sendiri sudah tercakup makna di dalamnya, rahasianya terdapat pada dirimu juga, serta seluruh isi bumi, tergambar pada tubuhmu, dan juga seluruh alam semesta; Dunia kecil tidak jauh berbeda; Ringkasnya utara barat selatan itu, timur dan atas serat bawah”.
19. “Juga warna hitam merah kuning putih, itulah isi kehidupan dunia, dunia kecil dan alam semesta, dapat dikatakan sama isinya, kalau ditimbang dengan yang ada dalam dirimu ini, kalau hilang warna yang ada, dunia kelihatan kosong, kesulitannya tidak ada, dikumpulkan kepada wujud rupa Yang Satu, tidak lelaki tidak pula perempuan”.
20. “Sama pula bentuk dengan bentuk yang ada ini, yang bila dilihat berubah-ubah putih, camkanlah dengan cermat semua ini”, Syeh melaya mengamati, yang seperti cahaya berganti-ganti kuning, cahayanya terang-benderang memancar, melingkar mirip pelangi, apakah itu yang dimaksudkan, wujud dari Dzat yang dicari dan didambakan? Yang merupakan hakikat wujud sejati?”.
21. Nabi Khidir menjawab dengan lemah-lembut, “Itu bukan yang kau dambakan, yang dapat menguasai segala keadaan; Yang kamu dambakan tidak dapat kamu lihat, tiada berbentuk apalagi berwarna, tidak berwujud garis, tidak dapat ditangkap mata, juga tidak bertempat tinggal, hanya dapat dirasakan oleh orang yang awas mata hatinya, hanya berupa penggambaran-penggmabaran (simbol) memenuhi jagad-raya, dipegang tidak dapat”.
22. Bila kamu lihat, yang nampak seperti seperti berubah-ubah putih, yang terang-benderang sinarnya, memancarkan sinar yang menyala-nyala, Sang Permana itulah sebutannya, hidupnya ada pada dirimu; Permana itu, menyatu pada dirimu sendiri, tetapi tidak ikut merasakan suka dan duka, tempat tinggalnya pada ragamu.
23. Tidak ikut suka dan duka, juga tidak ikut sakit dan menderita, dan jika Sang Permana meninggalkan tempatnya, raga menjadi tidak berdaya, dan pasti lemahlah seluruh badanmu, sebab itulah letak kekuatannya; Ikut merasakan, kehidupan bersama nyawa, yaitu yang berhak merasakan kehidupan, yang mengerti rahasia di dunia.
24. Dan itulah yang sedang mengenai pada dirimu, seperti diibaratkan bulu pada hewan, yang tumbuh di sekitar raga, hidupnya karena adanya Permana, dihidupi oleh nyawa yang mempunyai kelebihan, menguasai seluruh badan, Permana itu bila mati ikut menanggung, namun bila telah hilang nyawa, kemudian yang hidup hanyalah sukma / nyawa yang ada.
25. Kehilangan itulah yang didapatkan, kehidupan nyawalah yang sesungguhnya, yang sudah berlalu diibaratkan, seperti rasanya pohon yang tidak berbuah, Sang Permana yang mengetahui dengan sabar, sesungguhnya satu asal, perhatikan secara seksama penjelasan tadi. Menjawablah Syeh Melaya, “Kalau begitu manakah warna bentuk yangsebenarnya?”. Nabi Khidir berkata.
26. “hal itu tidak dapat kau pahami di dalam keadaan nyata semata-mata, tidak semudah itu untuk mendapatkannya”, Syeh Melaya menyela pembicaraan, “Saya mohon pelajaran lagi, sampai paham betul, sampai tuntas. Saya menyerahkan hidup dan mati, demi mengharapkan tujuan yang pasti, jangan sampai tanpa hasil”.
PUPUHKINANTHI
(67 bait)
Episode V : Berisi ajaran Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga tentang ilmu yakin, ainul yaqin,
ma’rifatul yaqin dan iman hidayat serta sifat-sifat yang terpuji.
1. Nabi Khidir berkata lembut dan manis yang isinya bercampur perlambang dan sindiran, “Umpamanya ada orang membicarakan sesuatu hal. Lotnya seharusnya baik, nyatanya lotnya justru bumbunya, bercampur dengan rahasia yang terasa sebagai jiwa suci.
2. Nubuat yang penuh rahasia itu sebenarnya sebenarnya rahasia ini yaitu ketika masih berada di sifat jamal ialah johar awal bila bila sudah keluar menjadi johal akhir yang sudah dewasa yang awal itulah rahasia sejati.
3. Sijohar akhir itu ternyata dalam satu wujud satu pati dan satu hidup dengan johar ketika dalam kesatuan satu wujud satu raksa satu hidup menyatu dengan johar awal. Adapun johar akhir ini ialah.
4. Satu wujud dalam keadaan sehidup-semati segala ulah johar akhir selamanya bersikap pasrah. Sedangkan johar batin ini ialah yang dipuji dan disembah hanyalah Allah yang sejati.
5. Tidak ada sama sekali rasa sakit karena sebenarnya kamu ini nuqod ghoib ialah nuqod ghoib ketika di masa awal / kuna ia tidak hidup juga tidak mati dan sebe
narnya yang dikatakan nuqod itu tdak lain ghoib jugalah namanya itu.
6. Sudah tiba datang nuqod yang sudah hidup sejak dulunya dicpta menjadi Alip. Alip itu sendiri jisim latip dan keberadaanmu yang sebenarnya itulah yang disebut / dinamakan neqdu.
7. Se
karang johar jati yaitu namamu itu semasa hidup yaitu syahdat jati dalam hidup itu sendiri ialah yang dimanakan Rasulullah rasa sejati.
8.
Syahdat jati adalah darah yaitu tenpat segala dzat / makhluk merasakan rasa yang sebenarnya tentang hidup dan kehidupan sama dengan satuan Jibril-Muhammad-Allah. Ketiganya dan keempatnya adalah yang disebut Darah hidup. Jelasnya coba perhatikan orang mati.
9. Apa ada darahnya? Darah itu hilang kini, hilangnya bersama / menyatu dengan sukma.sukma/ruh hilang adalah kembali pada Alip tersebut.
Sukma yang hilang dan kembali kepada Alip itu disebut ruh idhofi.
10. Pengertian Jisim Latip atau yang disebut Jisim Latip ialah Jisim Angling
yang sudah reda terdahulu kala yaitu Alip yang disebut angling padahal Alip itu tanpa mata tidak berkata-kata tidak mendengar.
11. Tanpa perilaku tidak melihat dan itulah
Alip yang artinya sebenarnya
luqkawi. Alip jatuh / bertempat / berada pada nuqodnya. Ketiadaannya
keberadaannya menjadi Alip itu karena dijabarkan / dikembangkan,
bukankah
ruh idhofi itu bagian Dzatullah?.
12. setelah diajarkan semua pelajaran sampai selesai, tentang ruh idhofi
yang menjadi inti pembahasannya; Adapunwujud sesungguhnya Alip itu,
asal dan muasalnya itu, berasal dari johar Alip itu, yang dinamakan kalam
karsa.
13.
Timbullah hasrat kehendak Allah itu menjadikan terwujudnya dirimu;
dengan adanya wujud dirimu menunjukkan akan adanya Allah dengan
sesungguhnya; Allah itu tidak mungkin ada dua apalagi tiga. Siapa yang
mengetahui asal / muasal kejadian dirinya, saya
berani memastikan
bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri!.
14. Adapun sifat jamal (sifat
yang bagus) itu ialah, sifat yang selalu
berusaha menyebutkan, bahwa pada dasarnya adanya dirinya itu, karena
ada yang mewujudkan adanya. Demikianlah
yang difirmankan Allah
kepada Nabi Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya.
15. “Kalau tidak ada dirimu, saya Allah tidak akan dikenal / disebut; Hanya dengan sebab adanya kamulah yang menyebutkan akan keberadaan-KU; Sehingga kelihatan seolah-olah satu dengan dirimu, Adanya Aku, Allah, menjadikan ada dirimu, Wujudmu menunjukkan adanya wujud Dzat-KU”.
16. Dan untuk memperjelas jati dirimu, tidaklah kau sadari, bahwa hampir ada persamaan Asma-Ku yang baik (Asmaul Husna) dengan sebutan manusia yang baik (misal : Allah Yang Maha Pengasih, dengan: Siti Fatimah mengasihi anaknya). Itu semua kau maksudkan untuk memudahkan penggambaran perwujudan tentang Diri-Ku. Padahal kau tahu, Aku berbeda dengan dirimu, yang tidak mungkin dapat disamakan satu sama lain. Dan kamu pasthi mengalami kesulitan dan tidak mungkin dapat melukiskan atau menyebutkan Asma-Ku dengan setepat-tepatnya.
17. namamu yang baik dapat menyerupai nama-Ku Yang Baik (Asmaul Husna); Apakah kamu sudah dapat meraih sebutan nama yang baik itu? Baik di dunia maupun di akhirat? Kamu ini merupakan penerus / pewaris Muhammad Rasulullah, sekaligus Nabi Allah. Ya Illahi, ya Allah Tuhanku... (Bagi pembaca maupun pendengar dianjurkan berdoa pada Allah. Insya Allah berhasil kabul apa yang diinginkan, Amin, amin, amin, ya Rabbal alamin).
18. nabi Khidir mengakhiri pembacaan Firman Allah SWT, kemudian melanjutkan memberi penjelasan pada Sunan Kalijaga; “Tanda-tanda adanya Allah itu, ada pada dirmu sendiri harap direnungkan dan diingat betul. Asal muasal Alip itu, akan menjadikan dirimu bersusah payah selagi hidup; Budi jati sebutannya, yang tidak merasa menimbulkan budi / usaha untuk mengatasi lika-liku kehidupan.
19. Bagi orang yang senang membicarakan dan memuji dirinya sendiri, akan dapat melemahkan semangat usahanya, antara tidak dan iya penuh kebimbangan. Sedangkan yang dimaksudkan dengan johar budi(mutiara budi) ialah, bila sudah mengetahui maksud dari budi iman yaitu menjalankan segala tingkah laku dengan didasari keimanan pada Allah. Alip tercipta karena sudah menjadi suratan ketentuan yang digariskan.
20. ssungguhnya alip itu, tetap kelihatan ada adanya tidak dapat berubah. Itulah yang disebut Alip. Adapun bila terjadi perubahan, itulah yang disebut Alip Adi, yang menyesuaikan diri dengan keadaanmu.
21. Mutiara awal kehidupan (johar awal) dimaksudkan dengan kehidupan tempo dulu yang betul-betul terjadi sebagaimana tinja junub dan jinabat. Johar awal ibarat bebauan / aroma akan tiba saatnya, tidak boleh tidak akan kita laksanakan dan rasakan di dalam kehidupan kita di dunia.
22. jelasnya, kehidupan yang telah digariskan sebelumnya oleh Johar itu, telah memuat garis hidup dan mati kita. Segalanya telah ditentukan di dalam Johar awal. Dari keterangan Johar awal tadi, tentu akan menimbulkan pertanyaan, di antaranya; “Mengapa kamu wajib shalat, di dalam dunia ini?”. Penjelasannya demikian; Asal mula diwajibkan menjalankan shalat itu ialah:
23. Disesuaikan dengan ketentuan di zaman azali, kegaiban yang kau rasakan saat itu; Bukankah kamu juga berdiri tegak, berseidekap menciptakan keheningan hati, bersidekap menyatukan konsentrasi, menyatukan segala gerakmu.24. ucapanmu juga kau satukan, akhirnya kau rukuk tunduk kepada yang menciptakanmu, merasa sedih karena malu sehingga menciptakan timbul, keluar air matamu yang jernih, sehingga tenanglah segala kehidupan ruhmu, rahasia iman dapat kau resapi.
25. Setelah merasakan semua itu, mengapa harus sujud ke bumi? Pangkal mula dikerjakan sujud bermula adanya, cahaya yang memberi pertanda pentingnya sujud, yaitu merasa berhadapan dengan wujud Allah biarpun tidak melihat wujud yang sesungguhnya, dan yakin bahwa Allah melihat segala wujuh gerak kita (pelajaran tentang ihsan).
26. Dengan adanya agama Islam dimaksudkan, agar makhluk yang ada di bumi dan di langit, dan termasuk dirimu itu, beribadah sujud kepada Allah dengan hati yang ikhlas sampai kepala diletekkan dimuka bumi, sehingga bumi dengan segala keindahannya tidak tampak di hadapanmu, hatimu hanya ingat Allah semata-mata. Ya demikianlah seharusnya perasaamu, senantiasa merasa sujud di bumi ini.
27. Mengapa pula menjalankan duduk diam seakan-akan menunggu sesuatu? Melambungkan pengosongan diri dengan harapan ketemu Allah! Padahal sebenarnya itu tidak dapat mempertemukan dengan Allah. Allah yang kau sembah itu betul-betul ada. Dan hanya Allah-lah tempat kamu mengabdikan diri dengan sesungguhnya. Dan janganlah sekali-kali dirimu menggap sebagai Allah.28. Dan dirimu jangan pula menganggap sebagai Nabi Muhammad. Untuk menemukan rahasia (rahsa) yang sebenarnya harus jeli. Sebab antara rahasia yang satu berbeda dengan rahasia yang lain. Dari Allah-lah Nabi Muhammad mengetahui segala rahasia yang tersembunyi; dan Nabi Muhammad sebagai makhluk yang dimuliakan Allah. Dan beliu sering menjalankan puasa.
29. Dan akan dimuliakan makhluk-Nya, kalau mau mengeluarkan shodaqoh; Dan dimuliakan makhluk-Nya, bagi yang dapat naik haji; Dan makhluk-Nya akan dimuliakan, kalau melakukan ibadah shalat.
30. matahari berbeda dengan bulan, perbedaannya terdapat pada cahaya yang dipancarkaannya. Sudahkan hidayat iman (petunjuk iman) terasa dalam dirimu? Taukhid adalah pengetahuan yang penting untuk menyembah pada Allah, juga makrifat harus kita miliki untuk mengetahui kejelasan yang terlihat, ya ru’yat (ya dengan melihat pakai mata telanjang) sebagai saksi adanya yang terlihat dengan nyata.
31. Mari kita dalami sifat Allah, Sifat Allah yang sesungguhnya, Yang asli, aslinya dari Allah. Sesungguhnya Allah itu, Allah yang hidup. Segala af’ale (perbuatannya) adalah berasal dari Allah. Itulah yang dimaksud denga ru’yati.
32.
Kalau hidupmu senantiasa kamu gunakan ru’yat, maka itu namanya khoiroti (kebajikan hidup), makrifat itu hanya ada di dunia. Johar awal khoiroti (mutiara awal kebajikan hidup), sudah berhasil kau dapatkan, untuk itu secara tidak langsung kamu sudah mendapatkan pengawasan kamil (penglihatan yang sempurna).
33. Insan kamil (manusia yang sempurna) berasal dari dzatullah (Dzatnya Allah), sesungguhnya ketentuan ghaib yang telah tersurat, adalah kehendak Dzat yang sebenarnya. Sifat Allah berasal dari Dzat allah. Insan kamil namanya, kalau mengetahui keberadaan Allah itu.
34. Bilamana tidak tertulis namamu, di dalam nuqod ghaib insan kamil; itu bukan berarti tidak tersurat, yaitulah yang dunamakan puji budi (usaha yang terpuji). Berusaha memperbaiki hidup, akan menjadikan kehidupan nyawamu semakin baik.
35. dan serta badannya, akan disebut badan Muhammad, yang mendapat kesempurnaan hidup. Syeh Melaya berkata lemah lembut, “Mengapa sampai ada orang mati yang dimasukkan neraka? Mohon penjelasan yang sebenarnya”.
36. nabi Khidir berkata berkata dengan senyuman manis, “Wahai Melaya! Maksudnya begeini. Neraka Jasmani juga ada di dalam dirimu sendiri, dan yang diperuntukkan bagi siapa saja yang belum mengenal dan meniru laku nabiyullah. Hanya ruh yang tak mati.
37. Hidupnya ruh jasmani itu, yang sama dengan sifat hewan, maka akan dimasukkan ke dalam nerak. Juga mengikuti bujuk rayu iblis, atau mengikuti nafsu yang merajalela seenaknya tanpa terkendali, tidak mengikuti petunjuk Tuhan Allah SWT.
38. Mengandalkan ilmu saja, tanpa mempedulikan sesama manusia keturunan Nabi Adam, itu disebut iman tahdlot. Ketahuilah bahwa umat manusia itu termasuk badan jasmanimu. Pengetahuan tanpa guru itu, ibarat orang menyembah tanpa mengetahui yang disembah.
39. Dapat menjadi kafir tanpa diketahui, karena yang disembah kayu dan batu, tidak mengerti apa hukumnya, itulah kafir yang bakal masuk neraka jahanam. Adapun yang dimaksudkan dengan ruh idhofi adalah, sesuatu yang kelak tetap kekal sampai akhir nanti kiamat dan tetap berbentuk ruh yang berasal dari ruh Allah.
40. Yang dimaksud dengan cahaya adalah yang memancarkan terang serta tidak berwarna, yang seantiasa menerangi hati penuh kewaspadaanyang selalu mawas diri / introspeksi mencari kekurangan diri sendiri serta mempersiapkan akhir kematian nanti, merasa sebagai anak Adam yang harus mempertanggungjawabkan segala perbuata; Ruh Idhofi sudah ada sebelum kau tercipta.
41. Sirik itu dapat terjadi, tergantung saat menerima sesuatu yang ada, itulah yang disebut johar ning. Keenamnya johar awal. Johar awal adalah mutiara ibaratnya. Mutiara yang indah penghias raga agar nampak menarik. Mutiara akan tampak indah menawan.
42. Bermula dari ibarat yang ketujuh, di kala mendengarkan sabda Allah Yang Mutlaq. Ruh serba pasrah kepada Dzatullah. Itulah yang dimaksudkan Ruh Idhofi.
43. Johar awal itu pula, yang menimbulkan Shalat daim. Sahalat daim tidak perlu mengunakan air wudhu; untuk membersihkan khadas tidak disyaratkan. Itulah shalat bathin yang sebenarnya, diperbolehkan makan tidur syahwat maupun berak / buang kotoran.
44. Demikaian tadi cara Shalat Daim (shalat selamanya selagi masih hidup imana saja dan kapan saja serta situasi bagaimanapun juga) perbuatan itu akan termasuk hal yang terpuji, yang sekaligus merupakan perwujudan syukur kepada Allah. Johar tadi bersatu padu menghilangkan sesuatu yang menutupi / mempersulit mengetahui keberadaan Allah Yang Terpilih. Adanya itu menunjukkan adanya Allah, yang mustahil kalau tak berwujud sebelumnya.
45. Kehidupan itu seperti layar dengan wayangnya, sedang wayang itu tidak tahu warna dirinya; Akibat junub sudah bersatu erat, tetap bersih badan jisimmu. Adapun Muhammad, badan Allah; Nama Muhammad tidak pernah pisah dengan nama Allah.
46. Bukankah hidyat itu perlu diyakini? Sebagai pengganti Allah; dapat pula disebut utusan Allah, Nabi Muhammad juga termasuk badan mukmin atau orang yang beriman. Ruh Mukmin identik pula dengan Ruh Idhofi dalam keyakinanmu.
47. Disebut iman maksum, kalau sudah mendapat ketetapan sebagai panutan jati (orang yang sudah layak dijadikan suri tauladan segala tingkah lakunya). Bukankah demikian itu pengetahuanmu? Kalau tidak hidup begitu, berarti itu sama dengan hewan yang tidak tahu adanya sesuatu di masa yang telah lewat.
48. Kelak nanti tidak boleh tidak, karena tidak mengetahui ke-Islaman maka matinya tersesat, kufur serta kafir badannya. Namun bagi yang telah mendapatkan pelajaran ini, segala permasalahan dipahami lebih seksama baru dikerjakan.
49. Allah itu tidak berjumlah tiga. Yang menjadi suri tauladan adalah nabi Muhammad. Bukankah sebenarnya orang kufur itu, mengingkari empat masalah yang prinsip. Di antaranya bingung karena tiada pedoman manusia yang dapat diteladani. Kekafiran mendekatkan pada kufur kafir.
50. Fakir dekat dengan kafir, sebabnya karena kafir itu, buta tuli tidak mengerti tentang surga dan neraka. Fakir tidak akan mendapatkan pada Tuhan. Tidak mungkin terwujud pendekatan itu.
51. Tidak menyembah dan memuji, karena kefakirannya. Sperti itulah kalau fakir terhadap Dzatull
ah . dan sesungguhnya Tuhan Allah, mematikan kefakiran manusia. Kepastiannya ada di tangan Allah semata-mata.
52. Adapun wujud Dzatullah itu, tidak ada satu makhluk pun yang mengetahuinya kecuali allah sendiri. Ruh Idhofi menimbulkan iman. Ruh Idhofi berasal dari Allah Yang Esa. Itulah yang disebut iman tauhid. Meyakini adanya Allah juga adanya Muhammad sebagai Rasulullah.
53. Tauhid hidayat yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan Yang Terpilih. Menyatu dengan Tuhan Allah, baik di dunia maupun di akhirat. Dan kamu harus merasa bahwa Tuhan Allah itu ada dalam dirmu.
54. Ruh Idhofi ada di dalam dirimu. Makrifat itulah sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat (kesaksian), hidup tunggal di dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya, Ruku berarti dekat dengan Tuhan Pilihan.
55. penderitaan yang selalu menyertai menjelang ajal (sekarat0 tidak akan terjadi padamu. Jangan iku takut menghadapi sakaratilmaut, dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah. Perasaan takut itulah yang disebut dengan sekarat. Ruh Idhofi tidak akan mati; Hidup mati, mati hidup.
56. Akuilah sedalam-dalamnya bahwa keberadaanmu itu, terjadi karena Allah itu hidup dan menghidupi dirimu, dan menghidupi segala yang hidup. Sastra lip (huruf alip) harus dimintakan penjelasannya pada guru. Jabar jer-nya-pun harus berani susah payah mendalaminya. Terlebih lagi pengetahuan tentang kafir syirik!.
57. Sesungguhnya semua itu, tidak dapat dijelaskan dengan tepat maksud sesungguhnya. Orang yang menjalankan shalat itu berarti sudah mendapatklan kanugrahan sifat Tuhan Allah. Sebagai saran pengabdian hamba terhadap Tuhan Allah. Yang menjalankan shalat sesungguhnya raga. Raga yang shalat itu terdorong oleh adanya iman yang hidup pada diri orang yang menjalankannya.
58. Seandainya nyawa tidak hidup, maka lam tamsyur (maka tidak akan menonolong) semua perbuatan yang dilajalankan, secara yang tersurat, shalat itu adalah perbuatan dan kehendak orang menjalankan, namun sebenarnya Allah-lah yang berkehendak atas hambanya. Itulah hakikat dari Tuhan penciptanya. Ruh Idhofi berada di tangan orang mukmin.
59. Semua ruh berada ditangan-Nya, yaitu terdapat pada ruh Idhofi, Ruh Idhpfi adalah sifat jamal (sifat yang bagus / indah) keindahan yang berasal dari Dzatullah. Ruh Idhofi nama dari sebuah tingkatan (maqom), yang tersimpan pada diri utusan Allah (Rasulullah).
60. Syarat jisim lathif (jasad halus) itu, harus tetap hidup dan tidak boleh mati. Cahayanya berasal dari ruh itu, yang terus-menerus meliputi jasad. Yang mengisyaratkan adanyasifat jala (sifat yang perkasa) dan sekaligus mengisyaratkan adanya sifat jamal (sfat keindahan).
61. Johar awal mayit (Mutiara awal kematian) itu, memberi isyarat hilangnya diri ini. Jelasnya, semua yang tercipta akan mati. Setelahsemuanya menemui kematian di dunia, maka akan berganti hidup diakhirat. Kurang lebih tiga hari perubahan hidup itu pasti terjadi.
62. Asal mula manusia terlahir dari adanya ayah, ibu serta Tuhan Yang Maha Pencipta. Satu kelahiran berasal dari tiga asal lahir. Ya itulah isyarat dari tiga hari. Setelah dititipkan selama tujuh hari, maka dikembalikan kepada yang menitipkan (yang memberi amanat). Titipan itu harus seperti sedia kala.63. Bukankah tauhid itu sebagai sarana untuk menjadi makrifat? Titipan yang ketiga puluh hari, itu juga ter
masuk titipan, yang ada kemiripan dengan tujuh hari. Kalau menangis mengeluarkan air mata karena menyesali sewaktu masih hidup.
64. Seperti teringat semasa kehidupan itu berasal daru nur. Yang mana cahayanya mewujudkan dirimu. Hal itulah yang menimbulkan kesedihan dan penyesalan berkepanjangan. Tak terkecuali siapun akan merasakan itu semua, sebagaimana kamu mati, saya merasa kehilangan. Mati hilang bertepatan hari kematian yang keempat puluh hari.
65. Bagaimanakah yang lebih tepat untuk melukiskan persamaan sesama makhluk hidup secara keseluruhannya? Allah dan Muhammad masing-masing berjumlah satu. Seratus pun dapat dilukiskan seperti satu bentuk. Seperti diibaratkan dengan adanya cahaya, yang bersumber dari cahaya Muhammad yang sesungguhnya.
66. Sama halnya pada saat kamu memohon sesuatu. Ruh jasad hilang di dalamnya di hadirat Tuhan Yang Maha Pemberi. Tepat pada hari yang keseribu, tidak ada yang tertinggal. Kembali pada Allah sudah dalam keadaan yang sempurna. Sempurna seperti semula pertama diciptakan.
67. Syeh Melaya terang hatinya, mendengar pelajaran yang baru diterimanya, dari guru Syeh Mahyuningrat Nabi Khidir. Sudah senanglah hatinya, tapi belum mau keluar dari tubuh Nabi Khidir, Syeh Melaya menghaturkan sembah, sambil berkata manis seperti gula madu.
PUPUH DHANDHANGGULA
(52 bait)
Episode VI : Sunan Kalijaga menerima wejangan dari Nabi Khidir.
1. Kalau begitu hamba tidak mau keluar dari raga dalam tuan. Sudah nyaman di sini saja. Yang bebas dari segala sengsara derita. Tiada selera makan dan tidur. Tidak merasa ngatuk dan lapar. Tidak harus bersusah payah. Bebas dari rasa pegal dan nyeri. Yang terasa ada hanyalah rasa nikmat dan manfaat. Nabi Khidir memperingatkan : Yang demikian itu tidak boleh kalau tanpa kematian!.
2. Jeng nabi Khidir semakin merasa iba. Kepada pemohon yang meruntuhkan rasa iba. Kata nabi Khidir kalau begitu yang awas sajalah! Terhadap hambatan upaya! Jangan sampai kau kembali! Yang benar memohonnya dan yang waspada! bagimu anggaplah! Kalau sudah kau kuasai! Jangan hanya digunakan dengan dasar bila ingat saja! Karena hal itu sebagai rahasia Allah!.
3. Tidak diperkenankan kalau obrolan! Kepada sesama manusia! Kalau tanpa seizinnya!
Sekiranya ada yang akan mempersoalkan. Memperbincangkan masalah ini! Jangan sampai terlanjur! membanggakan diri! Jangan peduli terhadap gangguan cobaan hidup! Tapi justru terimalah dengan sabar!.
4. Cobaan hidup yang menuju kematian. Ditimbulkan akibat buah pikir. Bentuk yang sebenarnya ialag tersimpan rapat di dalam jagatmu! Hidup tanpa ada yang menghidupi kecuali Allah saja. Tiada antara lamanya tentang adanya itu. Bukankah sudah berada di tubuh? Sungguh bersama lainnya selalu ada dengan kau! Tak mungkin terpisahkan!.
5. Kemudian tidak pernah memberitahukan dari mana asalnya dulu. Yang menyatu dalam gerak perputaran bawana. Bukankah beritanya sebenarnya sudah ada padamu? Cara mendengarnya bagi ruh sejati. Tidaklah menggunakan telinga. Cara melatihnya. Juga tanpa dengan mata. Adapun telinganya, matanya yang diberikan oleh Allah. Ada padamu itu.
6. Secara lahir sukma itu sudah ada padamu. Secara batinnya ada pada sukma itu sendiri. Memang demikanlah penerapannya. Ibarat seperti batang pohon yang dibakar. Pasti ada asapnya api. Menyatu dengan batang pohonnya. Ibarat air dengan alunnya. Seperti minyak dengan susu. Tubuhnya dikuasai oleh gerak dan kata hati. Demikian pun dengan Hyang Sukma.
7. Sekiranya kita mengetahui wajah hamba Tuhan. Dan sukma yang kita kehendaki ada. Diberitahu akan tempatnya. Seperti wayang ragamu itu. Karena dalanglah segala geraknya wayang. Sedangkan panggungnya jagad. Bentuk wayang adalah sebagai bentuk badan/raga. Bergerak bila digerakkan. Segala-galanya tanpa kelihatan jelas antara perbuatan dengan ucapan.
8. Yang berhak menentukan semuanya. Tidak tampak wajahnya kehendak. Justru tanpa wujud dalam bentuknya. Karena sudah ada pada dirimu. Upama yang jelas ketika berhias. Yang berkaca itu Hyang Sukma. Adapun bayangan dalam kaca itu yang ada dalam kaca. Itulah dia yang bernama manusia sesungguhnya. Bentuknya di dalam kaca.
9. Lebih besar lagi pengetahuan tentang kematian ini. Dibandingkan dengan kesirnaan jagad raya. Karena lebih lembut seperti lembutnya air. Bukankah lebih lembut kematian manusia? Artinya lembut ialah karena kecilnya. Sekacil kuman. Bukankah masih karena kecil lembut kesirnaan manusia? Artinya lebih dari “Karena menentukan segalanya”. Sekali lagi artinya lembut ialah sangat kecilnya.
10. Dapat mengenai yang kasar dan yang kecil. Mencakup semua yang merangkak. Melata tiada bedanya. Benar-benar serba lebih. Lebih pula dalam hal menerima perintah tidak boleh mengandalkan. Pada ajaran pada pengetahuan. Karenanya bersungguh-sungguhlah menguasainya. Badan/dirimu doronglah dalam meraihnya. Pahamilah liku-liku ulah tingkah manusia kehidupan!.
11. Ajaran itu ibarat sebagai benih. Yang diajari ibarat lahan. Umpama kacang dan kedelai. Yang disebar di atas batu. Kalau batunya tanpa tanak. Pada saat kehujanan dan kepanasan. Pasti tidak akan tumbuh. Tapi bila kau bijaksana. Melihatmu musnakan pada matamu! Jadikanlah penglihatan sukma dan rasa.
12. Demikan pun wujudmu, suaramu. Serahkan kembali kepada Yang Empunya suara! Justru kau hanya mengakukan saja. Sebagai pemiliknya. Sebenarnya hanya mengatas namai saja. Maka dari itu kau jangan memiliki. Kebiasaan yang menyimpang. Kecuali hanya kepada Hyang Agung. Dengan demikian kau “angraga sukma” yaitu kata hatimu sudah bulat menyatu kawula Gusti. Bicaralah menurut pendapatmu!.
13. Bila pendapatmu benar-benar menyakinkan. Bila masih mearasakan sakit dan masih was-was. Yaitu kejangkitan bimbang sebenarnya. Bila sudah menyatu dalam satu wujud. Apa kata hatimu apa yang kau rasakan. Apa yang kau pikir terwujud ada.yang kau cita-citakan tercapai. Berarti sudah tercakup/kuasai olehmu. Jagad seisinya justru benar-benar untukmu. Sebagai upah atas kesanggupanmu sebagai kholifah di dunia.
14. Bila sudah memahami dan menguasai amalan dan ilmu ini. Hendaknya semakin cermat dan teliti atas berbagai masalah. Masalah itu satu tempat dengan pengaruhnya. Sebagai ibaratnya sekejap pun tak boleh lupa. Lahiriyah kau landasilah. Pengetahuan empat hal. Semuanya tanggapilah secara sama. Kelimanya yang satu itu ialah tersimpan baik. Berguna / dapat dipakai dimana saja!.
15. Artinya mati di dalam hidup. Atau sama dengan hidup di dalam mati.ialah hidup abadi. Yang mati itu nafsunya. Lahiriah badan yang menjalani mati. Tertimpa pada jasad yang sebenarnya. Kenyataannya satu wujud. Raga sirna, sukma muksa. Jelasnya mengalami kematian! Syeh Melaya, terimalah hal ini sebagai ajaranku dengan senang hatimu! Anugerah berupa wahyu akan datang kepadamu.
16. Sepertti bulan yang diterangi cahaya temaram. Bukankah temurunnya wahyu menghilangkan kotoran. Bersih bening hilang kotorannya. Berkala lagi kemudian katanya. Nabi Khidir berkata dengan lemah lembut dan tersemyum. Tak ada yang dituju. Semuanya sudah tercakup haknya. Tidak ada yang diharapkan dengan kaprawiran, kesaktian semuanya sudah berlalu. Toh semuanya itu alat peperangan.
17. Habislah sudah wejangan Jeng Nabi Khidir. Syeh Melaya merasa ewuh pakewuh di dalam hati. Mawas diri ke dalam dirinya sendiri. Kehendak hati rasanya sudah mendapat petunjuk cukup. Rasa batinnya menjelajahi jagad raya tanpa sayap. Ke seluruh penjuru jagad raya. Jasadnya sudah terkendali. Menguasai hakekat semua ilmu. Umpama bunga yang masih lama kuncup. Sekarang sudah mekar berkembang.
18. Ditambah bau semerbaknya. Karena sudah mendapatkan sang Pancaretna, kemudian disuruh keluar dari raganya nabi Khidir kembali ke alamnya semula? Lalu Nabi Khidir berkata He, Melaya. Kau sudah diterima Hyang Sukma. Berhasil menyebarkan aroma Kasturi yang sebenarnya. Dan rasa yang memanaskan hatimu pun lenyap.
19. Sudah dijelajah seluruh permukaan bumi. Berarti kau sudah mengetahui jawaban atas pertanyaanmu! Arti godaan hati ialah rasa qana’ah yang semakin dimantapkan. Ibarat memakai pakaian sutera yang indah. Selalu mau mawas diri. Semua tingkah laku yang halus. Diresapkan ke dalam jiwa, dirawat seperti emas. Dihias-hias dengan keselamatan, dan di pajang seperti permata. Agar mengetahui akan kem
auannya berbagai tingkah laku manusia.
20. Perhaluslah budi pekertimu / akhlak ini! Warna hati kita yang sedang mekar baik. Sering dinamakan kasturi Jati. Sebagai pertanda bahwa kita tidak mudah goyah. Terhadap gerak-gerik sikap hati yang ingin menggapai sesuatu tanpa ilmu. Ingin mendalami pengetahuan tentang Ruh itu justru keliru. Lagi pula cara penataan kita itu ibaratnya busana justru dipakai sebagai kerudung. Sedangkan yang ikat kepala sebagai sarungmu.
21. Kemudian terlibat ingatan kita dulu. Ibarat menjalani mati ketika berada di adalam rongga ragaku. Tampak olehnya Sunan Kalijaga cahaya. Yang warnanya merah dan kuning itu. Sebagai hambatan yang menghadang agar gagal usaha / ikhtiar / cita-citanya. Dan yang putih ditengah itulah. Yang sebenarnya harus diikuti. Kelimanya harus tetap diwaspadai. Kuasailah seketika jangan sampai lupa! Bisa dipercaya sifatnya.
22. Berat kesediaanku berbuat sebagai penyekat. Untuk alat pembebas sifat berbangga diri. Yang selalu didambakan siang dan malam. Bukankah aku banyak sekali melekat / mengetahu. Caranya pemuka agama. Yang ternyata salah. Di dalam penafsiran. Dan penyampaian keterangannya? Anggapannya sudah benar tahunya. Akhirnya malah mematikan pengertian yang benar. Akibatnya terporosok di dalam penerapannya.
23.Ada pemuka agama yang ibaratnya menjadi burung. Ia hanya sekedar mencari tempat bertengger saja. Yaitu pada batang kayu yang baik rimbun, lebat buahnya, kuat batangnya. Untuk kemudian hidup baru. Ada yang orang berpangkat / kedudukan, ada yang ikut orang kaya. Akhirnya dimasyarakatkan. Ada manusia bodoh dan malas yang bergendang paha lewat keduanya. Melebihi posisi orang banyak / masyarakat. Ibaratnya seperti sekedar memperoleh kemulian sepele / naif. Jadinya tersesat-sesat sesatnya / berat.
24. Ada pula yang justru memiliki jalan terpaksa. Menumppuk kekayaan harta dan istri banyak. Ada pula yang memilih jalan mengusai putranya. Putra yang bakal mengusai. Hak asasi orang seseorang. Semuanya ingin mendapatkan yang serba lebih. Di dalam memiliki jalan mereka. Kalau demikan halnya, menurut pendapatku. Belumlah mereka itu para pemuka agama berserah diri sepenuhnya kepada Allah tapi masih berkeinginan pribadi / berambisi. Agar semua itu menjunjung harkat dan martabatnya.
25. Catatan, tatanan yang tidak pasti. Belum bisa disebut manusia utama. Yang demikan itu menurut anggapannya. Dan perasannya mendapatkan kebahagiaan, kekayaan dan mengerti yang hak benar. Bila kemudian tertimpa kedudukaan, terlanjur biasa. Memilih jalan sembarang tempat. Tanpa menghasilkan jerih payahnya dan tanpa hasil. Dalam arti mengalami kegagalan total.
26. Setidak-tidaknya menimbulkan kecuriagaan. Apa kebiasaan kita hidup di dunia. Ketika mengahadapi datangnya maut. Di situlah biasanya. Tidak kuat menerima ajal. Merasa beratnya meninggalkan kehidupan dunia tak tersangkal lagi. Pokonya masih lekat sekali pada kehidupan duniawi. Begitulah beratnya mencari kemuliaan. Tidak boleh lagi merasa terlekat kepada anak-istri. Pada saat-saat menghadap ajalnya.27. bila salah menjawab pernyataan bumi. Lebih baik jangan jadi manusia! Kalau matinya binatang mudah penyelesaiannya. Karena matinya tanpa pertanggungjawaban. Bila kau sudah merasa hatimu benar. Akan hidup abadi tanpa hisab. Ibaratnya tubuh bumi itu. Keterdiamannya tidak membantu. Kesepiannya tidak mencair. Tidak mempedulikan pembicaraan orang lain yang ditujukan kepadanya.
28. Ingatlah pada agamawan selalu mencari penyelesaian yang benar. Yaitu bagaimana hilang dan mati bersama raganya ialah yang diidamkannya. Sehingga mempertinggi semedinya. Untuk / agar mengejar keberhasilan. Tapi sayang tanpa petunujuk Allah, kecuali hanya semedi semata. Tidak disertai dukungan ilmu. Akibatnya hasilnya kosong melompong. Karena hanya mengandalkan pikirnya. Ini berarti belum mendapatkan tata cara hidup yang benar hakiki yang seperti ini adalah idaman yang sia-sia.
29. Bertapanya sampai kurus kering. Karena sedemikaan rupa caranya mengapai tentang kematian. Akhirnya meninggalnya tanpa ketentuan yang benar. Karen terlalu serius. Adapun cara yang benar adalah. Tapa itu hanya sebagai ragi / pemanas / pemantap pendapat. Sedangkan ilmu itu sebagai pendukung. Tapa dan ilmu tidak akan berhasil. Bila ilmu tanpa tapa.
30. Rasanya hambar tidak akan memberi hasil. Berhasil atau tidaknya tergantung pada penerapannya. Dicegah hambatannya yang besar. Sabar dan tawakal. Bukankah banyak agamawan palsu. Ajarannya setengah-setengah. Kepada shabatnya. Para sahabatnya merasa pintar sendiri. Yangtersimpan di hati, segera dilontarkan segala uneg-unegnya. Disampaikan kepada gurunya.
31. Penyampaiaanya hanya berdasarkan perkiraan belaka. Dahulunya belum mendapatkan pelajaran. Sangking tobatnya tidak merasa enak kalau menyanggah. Lalu
ikut-ikutan mendengarkan. Dengan menanamkan. Rekaniwan yang terbesar. Dianggapnya sudah pasti pendapatnya benar. Pendapatnya / ilmunya adalah wahyunya itu anygrah yang khusus diberikan pribadi. Akhirnya sahabatnya diaku sebagai anak.
32. Ditekan-tekankan tuntutan besar berupa ikatan batin. Oleh guru bila sudah akan mejang / menyampaikan ajaran. Duduk mereka sering berdekatan. Sehingga sahabat dikuasai oleh guru, dan snag guru menjadi sahabatnya batin. Luasnya tanggapan bahwa. Segala merupakan wahyu Allah. Kebaikannya, keduanya antara guru dan sahabat. Saling memahami. Kalau seseorang diantara mereka dianggap sebagai orang yang berilmu.
33. Harus ditaati segala apapun yang diucapkan itu. Umpama berjalan juga harus disembah biasanya bertempat di pucuk-pucuk gunung. Pengaruh ajarannya sangat
mengundang perhatian. Menemui perguruannya. Bila ada yang berguru / menghadap. Nasihatnya macam-macam dan banyak sekali. Seperti gong besar yang dipukul. Bukankah yang ajarannya dibeber tapi tidak bermutu / bobot. Akibatnya rugilah mereka yang berguru.
34. Janganlah seperti itu orang hidup. Anggaplah ragamu sebagai wayang. Digerakkan ditempatnya. Terangnya blencong itu. Ibarat panggung kehidupan. Lampunya bulan purnama. Layarnya ibarat alam jagad raga yang sepi kosong. Yang selalu menunggu-nunggu buah pikir / kreasi manusia. Batang pisang ibarat bumi tempat mukimnya wayang / manusia. Hidupnya ditunjang oleh yang naggap.35. Penanggapnya ada di dalam rumah, istana. Tidak diganggu siapa pu boleh berbuat menurut kehendaknya. Hyang premana dalangnya / sutradaranya. Wayang pelakunya. Adakalanya digerakkan ke utara, ke selatan dan barat serta ketimur. Seluruh gerakannya. Digerakkan oleh sutradara. Bila semuanya digerakkan berjalan. Semua ada di tangan dalang.
36. dialognya menyampaikan pesan juga. Bila bercakap, lisannya itu menyampaikan berbagai nasihat. Menurut kehendaknya. Para penanton dibuat terpesona. Diarahkan melekat pada dalang. Adapun yang nanggap itu selamanya tak akan tahu. Karena ia tanpa bentuk dan ia berada di dalam puri / rumah / istana. Ia tanpa warna itulah dia Hyang Sukma.
37. Cara Hyang Premono mendalang / menggerakkan wayang. Mempercakapkan tentang dirimu. Tanpa memperbedakan sesama titah. Di samping itu bukankahdia tidak terlibat sebagai pelaku? Misalnya berada dalam tubuh? Atau yang ibarat minyak di dalam susu. Atau api di dalam kayu? Berhasrat sekali karena belum diberi petunjuk sehingga menggelar do’a di kayu, dakon dan gesekan. Dengan beralatkan sesma batang pohon.
38. Gesekan itu disebabkan oleh angin. Hangusnya kayu, keluarlah kukusnya. Tak lama kemudian apinya. Apai dan asapnya. Keluardari kayu itu. Bermula dari ingat pada saat. Awal mulanya. Semua yang tergelar ini. Berasal dari tiada, manusia diciptakan lebih dari makhluk yang lain. Bukankah itu yang disebut rahsa.
39. Manusia itu tidak paling mulia daripada ciptaan yang lain. Maka dari itu janganl
ah mudah terpengaruh oleh buah pikirmu yang bulat. Bulat atas segala gerak dan kehendak. Adapun isi jagad itu jangan mengira hanya manusia saja. Tetapi berisi segala macam titah, hanya saja manusia itu. Penguasanya satu. Yang menghidupi seluruh jagad seisinya. Demikianlah tekad yang sempurna itu.
40. Hai Syeh Melaya segeralahkan menyudahi. Kembalilah kamu ke pulau Jawa! Bukankah sebenarnya kau mencari dirimu juga? Syeh Melaya bergegas. Bersembah dan berkata dengan beriba kasih untuk memenuhinya. Yang disebut Kalingga Murda. Hamba setia dan taat. Nabi Khidir lalu musnah lenyap. Syeh Melaya tampak berdo’a di samudera. Tapi tidak tersentuh air.
41. Syeh Melaya sangat berjanji dalam hati. Atas peringatan / ajaran sang guru yang sempurna. Bukankah ia masih sangat ingat? Hasrat hati yang telah memiliki / mengetahui ilmu kawekas. Isinya jagad telah terkuasai dalam hati. Merasa mantap dan disimpan baik dalam ingatan. Sehingga serba mengetahui dan tak akan keliru / salah lagi. Diresapi dalam jiwa dan dijunjung tinggi sampai mati. Ia telah lulus dari sumber aroma Kasturi yang sebenarnya. Sehingga sifat panasnya hati lenyap.
42. Sesudah itu Syeh Melaya pulang. Hatinya sudah tidak goyah lagi karena segala ajaran itu tampak jelas dalam batin. Ia tidak salah lagi lihat dirinya siapa sebenarnya. Penjelmaan jiwanya menyatu dalam satu wujud. Walaupun secara lahiriah dirahasiakan. Norma tatacara / perilaku jiwa satria. Berhasil dikuasai. Bukan ia sudah menggunakan mata batinnya yang tajam / peka? Ibarat hewan dengan bebannya!.
43. Sudah tak akan ada / terjadi, kematian dalam kehidupan. Setelah bagaimana ia menerima ajaran gurunya. Sama sekali tidak diragukan lagi. Seluruh ajaran gurunya. Sudah tamat dan dikuasai dengan tersimpan dalam hati. Serta diimankan dengan cermat. Mematuhi semua ajaranguru. Perbuatan pikiran dan rasa. Bukankah diuji dalam hati yang suci dan bening? Benar-benar terasa sebagai anugrah Tuha.
44. Sesungguhnya sang guru benar-benar. Yang sudah hilang raganya tidak ada. Selalu terbayang dalam hatinya. Dan sudah duterapkan sebagai kekasihnya. Adapun segala ketercelaan hati sudah lenyap. Rasanya tenanglah. Adapun segala ketercelaan hati sudah lenyap. Rasnya tenanglah dunia dan akhirat. Karena kebersihan dan kesucian jiwa sudah diketemukan. Sukma suci dalam segala tingkah lakunya itu memahami sepaham-pahamnya.
45. Bukankah sudah memahami buah pikir lewat petunjuk? Sehingga tidak takut akan kematian. Yang sering timbul dalam buah pikiran? Ia sudah mengaharapkan bahwa raganya boleh kalau kematian yang mulia. Yang diridhoi oleh Tuhan / Hyang Widi. Namun sebenarnya tak ada anggapan perasan. Yaitu rasa seperti itu. Tiadanya pandang / wawasan seperti itu. Bukankah sudah lenyap selamanya. Tinggal jiwa suci yang terpuji mulia? Mulia seperti zaman kunanya / awalnya.
46. Tidak meragukan kematian yang sebenarnya. Yang menjelmput maut setiap saat. Tidak merasa akan kematiannya. Toh yang rusak itu nafsunya dan. Badan, jiwa hidup abadi dan aman sejahtera. Senang, mulia dan merdeka. Semuanya itu sudah diterapkan dalam hati. Sehingga berpegang pad dan kuasa-Nya. Semuanya bersih, abadi, suci dan merata sama posisinya. Sudah mengetahui akan makna kematian yang sebenarnya.
47. Ia tidak takut kapan pun maut menjemput. Yang sempurna ialah yang diterima oleh Tuhan. Tak akan tampak wujudnya. Adapun kesempurnaan mati ini. Sekali lagi ialah sudah aman, sejahtera, mulia. Itulah maknakematian yang sempurna. Yaitu tidak meninggalkan hak-Nya Ketujuh alam sudah lenyap. Bukankah lenyapnya alam ini sudah jelas? Kini yang lain ibarat kau sajalaha!
48. Pengusa alam bukankah sudah kita ketahui? Yang bernawa Abirawa artinya yang berkuasa dan berkehendak. Adapun tentang alam yang keenam, artinya ialah yang telah lenyap: 1. timur, 2. barat, 3. utara, 4. selatan, 5. atas. 6. bawah serta kayu dan batu dan diri kita sendiri. Bila kita telah mati. Yang ada awang uwung kosong dan sepi. Yang terdengar hanya deru angin, debur air da kobaran api di alam dahana.
49. matahari, bulan, bukankah yaitu masuk alam juga? Dua puluh tiga alam yang serba nafsu itu. Semuanya baru kadis belaka. Walaupun bukankah sama dahulunya? Syeh Melaya sudah memahami hal itu semua? Kalau itu semuanya adalah alam serba nafsu. Dan alam yang sebenar-benarnya sudah jelas? Penguasa alam semua. Sedang yangmenyelaraskan hanyalah alam anbiyak ini. Alam anbiyak itu baunya harum wewangi.
50. Dan alam berarti itu ialah tempat jiwa suci, terang, bersih. Itulah alam malakut. Artinya ialah sudah tiba menjelang alam kemuliaan. Ibarat ruangan, sekat sebagai pemisah. Adapun alam anbiyak ialah alam mulia yang masih akan digapai. Sifat hidup itulah kehidupannya. Tentang mana mirah mana intan. Sudah jelas nilai dari Kumala Adi. Yaitu sebagus-bagusnya warna dari intan itu sendiri. Lenyapnya bukankah sama dengan lainnya? Itulah alam anbiya.
Alkhamdulillah selesai sudah menulis suluk linglung semoga bermanfaat.