Axis live

Minggu, 21 Juni 2015

Wejangan Kanjeng Nabi Khidir As Kepada Kanjeng Sunan Kali Jaga (Update)





Bissmillahirrahmanirrahim



Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang

Segala puji Bagi Allah tuhan  semesta alam
Maha pemurah lagi maha penyayang
Yang menguasi hari pambalasan
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada engkaulah kami memohon pertolongan
Tunjukanlah kami jalan yang lurus
(Yaitu) jalan orang-orang yang Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Amiiien

Ilmu laduni adalah ilmu yang bersumber dari Allah. Dasarnya adalah Al-Qur`an yang berbunyi; “ Fawajada `abdan min ibadina atainaku rahnatan min`idina wa`alamnahumin laduna`ilma”
Artinya: “Lalu mereka berjumpa dengan seorang hamba Kami yang Kami berikan dari Kami dan Kami ajarkan kepadnya ilmu laduni”. (Surat Al-Kahfi 18 ayat 65);

Rindu Kasih Sayang
Pupuh Asmaran Dana
(23 bait)
Episode I: Sunan kali jaga berguru kepada sunan bonang serta wejangan–wejangan (petunjuk-petunjuk)
                  yang diterima.
1.      Penulis sangan tertarik akan cerita yang ia dengar, ada zaman dulu ada sebuah kisah, Kanjeng Sunan Kali Jaga ketika mencari hakikat hidup, berguru kepada orang yang tinggi ilmunya, bersunyi diri didesa benang.
2.      Berguru menuntut ilmu sudah cukup lama, namun merasa belum mendapa t manfaat yang nyata , rasanya Cuma penderitaan yang didapat , sebab disuruh memperbanyak bertapa , oleh kanjeng suan boning, diperintahkan menunggui pohon gurda sudah dilaksanakan , tidak diperbolehkan meninggalkan tempat.
3.      Berafda ditengah hutan bbelantara tempat tumbuhnya pohon gurda yang banyak sekali dengan tenggang waktu setahun lamanya kemudian disuruh “ngluwat” ditanam ditengah hutan.,. setahun kemudian dibongkar oleh Kanjeng Sunan Bonan.
4.      Kemudian perintahkan pindahTafakur (merenung)ditepisungai yang nantinya veralih menjadi nama sebutannya(Kali Jaga=menjaga sungai). Setahun tidak boleh tidur, ataupun maka, lalu ditinggalkan ke Mekaholeh Sunan Bonang.
5.      Nyata sudah genanp setahun, ssyeh Malaya ditngaok, ditemui masih tafakursaja. Kanjeng sunan boning berkat, “ Eh Jabeng (anak) sudahilah tafakurmu, berjuluklah kamu wali penutup yang ikut menyiarkan agama .
6.      Perbaikilah ketidak aturan yang ada,  agama itu tata kram, kesopanan untuk kemuliaan Tuhan Yang Maha Mengetahui, bila kau berpegang pada syaria, sertasegala kektentuan iman hidayatitu dari Tuhan Allah  Yang Maha Agung. Yang sangat besar kanugraha-NYA,
7.      Kanugrahan Tuhan Allah meliputi dan menimbulkan keluhuran bud., adapun kekuasaan-NYA menumbuhkan kekuatan luar biasa dan keberaniaan, serta meliputi segala kebutuhan perang, yang demikian itu tidak lain adalah anugerah yang besa, paling utama dari segala dari yang utama(keutamaan).
8.      Keutamaan ibarat bayisiapapun ingin memelihara yang mencukupi bayi, menguasai pula terhdap dirimu, tapi kmau tak punya hak menentukan karena kau ini huga yang menntukan Tuhan Allah Yang Maha Agung, karena itu mantapkanlah hatimu dalam pasrah diri kepada-NYA/
9.      Dyeh Malaya berkata pelan, sungguh hamba sangat berterima kasih semua nasihat akan kami junjung tinggi, tapi memohon kepada guru, mohon agar dijelaskan, tentang maksud sebenarnya dari sukma luhur (nyawa yang berderajat tinggi), yang tadi diberi istilah iman hidayat. 
10.  Yang harus mantap berserah diri kepada Tuhan Allah, yang mana yang dimaksud sebenarnya, hamba mohon penjelasan yang sejelas-jelasnya, Kalau hanya ucapan semata, hambapun mampu mengucapkannya, tapi kalau menemui kesalahan hamba ibarata asap belaka tanpa gun amenjalankan semua yang kukerjakan.
11.  Kanjeng Sunan Bonang menjawab lembut “ Syeh Malaya benar ucapanmu saat kau bertapa kau bertemu denganku, yang dimaksud berserah diri ialah selalu ingat perilaku\pekerjaan, seperti awal mula diciptakan, bukankah itu sama halnya seperti asap.       
12.  Itu tadi seperti hidayat wening (petuntuk yang jernih), serupa dengan iman hidaya. Apakah itu Nampak dengan sebenarnya? Namun ketahuilah itu semua tidak dapat diketahui sebelumnya dan sesudahnya, sekalipun kau gunakan dengan mata kepala.
13.  Aku  juga seperimu, ingin ingin juga mengetahuinya, tentang hidayat yang sejelas-jelasnyatapi aku belum mempunyai kepandaian untuk meraihnya, kejelasn tentang iman hidayat, hanya keterangan yang saya percayai, karena keterangan itu berasal dari Firman Tuhan Allah.
14.   Berkata Kanjeng Sunan Kali Jaga “Bapak guru yang bijaksan, hamba mohon dijelaskan apa maksudnya aada nama tanpa sifat ada sifat tanpa nama? Say mohon petunjuk tingal itu yang ingin saya tanyakan yang terakhir kali ini saja”.
15.  Sunan Bonang berkata lemah lembut “ kalau kamu ingin keerangan yang jelas tuntas, matikanlah dirinu sendiri, belajarlah kamu tentang mati, selagi kau masih hidup, besepi dirillalh kamu kehutan rimab, tapi jangan sampai  ketahuan manusia.



16.  Sudah habis segala wejangan yang perlu disampaikan, kanjeng Sunan Bonang segera meninggalkan temapt dari hadapan kanjeng Sunan Kali jagatimur laut arah langkah yang dituju, kira-kira baru beberapa langkah berlalu Syeh Malaya ikut meninggalkan tempat itu. Masuk hutan belantara.
17.  Untuk menjalankan laku kijang, nernbaur dengan kijangbilamana ingin tidur, ia mengikuti cara tidurterbalik seperti tidurnya Kijang kalau pergi mencari makan mengikuti saranya anak kijang.
18.  Bilaada manusia yang mengetehui para kijang berlari tungggang langgang . jeng sunan Kali Jaga ikut berlari kencang larinya dengan merangkak seperti lrinya kijang pontang-panting jangan sampai ketingalan mengikuti sepak terjang kijang.
19.  Nyata sudah cukup setahun Syeh Malaya menjalani laku kijang bahkan melebihi dari yang ditetapkan. Ketika itu Sunan Bonang bermaksud shalat ke Mekah dalam  sekejap mata sudah sampai setelah salat segera dating kembali.
20.  Kanjeng Sunan Bonang menuju kehuan melihat kijang sama berlari sedang anaknya sempoyongan mengikuti. Sunan Bonang ingat dalam hati kalau ada Wali berlaku seperti laku kijang Syeh Malaya namanya segera ia mendekati.
21.  Syeh Malay berusaha lari menjauhi larinya tunggang-langgang tanpa memperhitungkan jurang tebing, ditubruk tidak tertangkap , dijaring dan diberi jerat dapat lolos, kalau kena jaring dapat melompatinya.
22.  Marahlah sang guru Sunan Bonan, bersumpah dalam hatinya” wali wadatpun aku tak peduli, memanaskan hati kau kijang, bagiku mememgang angin yang lebih lembut saja tidak pernah lolos, yang kasar mngkinkah akan gagal.
23.  Kalau tidak berhasil sekali ini lebih baik aku tidak usah menjadi manusia lebih pantas kalau jasi binatang saja.” Bergerak penuh amarah Jeng Sunan Bonang dan berusaha menciptakan nasi tiga kepal tangan telah disiapakan dan mundur siap dibuat melem[par kijang.

PUPUH DARMA
Episode 2: Sunan Kali Jaga diperintahkan ibadah haji ke Mekah dan bertemu dengan NNabi Khidir                   As ditengah samudera
1.      Sunan Bonang segera menerobos ke dalam hutan yang lebih lebat dan sulit dilewati setelah benar-benar menemukan yang sedang laku kijang yang tengah berlari segera dilempar  dengan nasi satu kepal tepat mengenai punggungnya.
2.      Syeh Malaya agak lamban larinya lalu lemparan yang kedua mengenai lambungnya jatuh tertududuk Styeh Malaya kemudian dilempar lagi nasi satu kepal ingat dan sadar kemudian berbakti kepada Sunan Bonang.
3.      Dia berlutut hormat mencium kaki Sunan Bonang berkata guru Sunan Bonang “ Anakuketahuilah olehmu bila kau ingin mendapatkan kepandaian yang bersifat hidayatullah naiklah haji menuju Mekah dengan hati tulus suci/ikhlas.
4.      Ambillah air Zam-Zam ke Mekah itu adalah air yang suci serta sekaligus mengharap berkah syafaat Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang menjadi suri tauladan manusia Syeh Malaya berbakti mencium kaki memohon dan memohon diri menuju tujuan.
5.      Sunan Bonang sudah lebih dulu melangkahkan kaki menuju desa benang yang sepi. Dan selanjutnya kita ikuti perjalanan Syeh Malaya yang berkehendak naik haji menuju Mekah. Dia menempuh jalan pintas
6.      Menerobos hutan naik gunung turun jurang tetebingan didakinya memutar melintasi jurang dan tanjakan tanpa terasa perjalanannya sampai ditepi pantai, hatinya bingung kesulitan menempuh jalan selanjutnya.
7.      Terhalang oleh samudera yang luas sejauh mata memandang tampak air semata. Dia diam tercenung lama sekali memutar otak mencari jalan yang sebaiknya ditempuh dirtepi samudera syahdan tersebutlah seseorang manusia yangf bernama sang Pajuningrat, mengetaui kedatangan seseorang yang tengah bingung (Syeh Malaya).
8.      Sang  Pajuningrat tahu segala perjalanan yang dialami oleh Syeh Malaya dengan sejuta keprihatinan, karna ingin meraih hidayat; berbagai cara telah ditempuh juga melalui penghayatan kejiwaan dan berusaha mengungkap berbagai rahasia yang tersembunyi, namun mustahil dapat menemukan hidayat kecuali kalau mendapatkan kanugrahan Allah yang haq.
9.      Syeh Malaya  ternyata sudah terjun mengarungi lautan luas tidak memperdulikan nasib jiwanya sendiri semakin lama Syeh Malaya  sudah hampir ditengah samudera mengikuti jalan untuk mencapai hakikat yang tertinggi dari Allah tidak sampai lama sampailah ditengah samudera.
10.  Ternyata setelah Sunan Kalijaga sampai ditengah samudera penglihatanya melihat seseorang yang sedang berjalan tenang diatas air yang berjuluk Nabi Khidir As yang tidak diketahui dari mana datangnya bertanya dengan lemah lembut.
11.  “ Syeh Malaya apakah tujuanmu? Mendatangi tempat ini? Apakah yang kau harapkan? Padahal disini tidak ada apa-apa? Tidak ada yang dapat dibuktikan apalagi untuk dimakan juga untuk berpakaianpun tidak ada.
12.   Yang ada hanyalah daun kering yang tertiup angin jatuh didepanku, itu yang saya makan, kalau tidak ada tentu tidak makan; senangkah kamu dengan melihat itu semu/ Kanjeng sunan Kalijaga heran mengetahui penjelasan itu.
13.  Nabi Khidir As berkata lagi kepada unan Kalijaga “ cucuku disini ini bnyak bahayanya kalau tidak benar-benar mati-matian berani bertaruh nyawa tentu tidak mungkin sampai disini ditempat ini. Segalanya tidak ada yang dapat diharapkan hasilnya.”
14.  “mengandalkan pikiranmu saja masih belum apa-apa padahal kamu tidak takut mati. Kutegaskan sekali lagi disini mungkin kau dapatkan yang kau maksudkan.”
Syeh Malaya bingung hatinya tidak tahu apa yang harus diperbuat dia menjawab, bahwa dia tidak mengetahui akan langkah yang sebaiknya yang perlu ditempuh selanjutnya.
15.  Semakin pelan ucapan Syeh Malaya “Terserah bagaimana baiknya menurut guru.”sang guru Nabi Khidir As menebak “ apakah kamu juga sangat mengharapkan hidayatullah (petunjuk Allah)?” akhirnya Nabi Khidir As menjelaskan “ Ikutllah petunnjukku sekarang ini!”
16.  “ Menjalankan petunjuk gurumu Sunan Bonang sang guru memberi petunjuk kepadamu menyuruh menuju kota Mekah dengan keperluan naik haji maka ketahuilah olehmu, sungguh sulit menjalankan liki-liku  kehidupan itu.
17.  “ jangan pergi kalau belum tahu apa yang kau tuju dan jangan makan juga kalau belum tahu rasanya yang dimakan jangan berpakaian juga kalau belum tahu kegunaan berpakaian.”
18.  “ Lebih jelasnya tanyalah sesame manusia sekaligud dengan persmaanya. Kalau sudah jelasa amalkanlah! Demikiaanlah seharusnya hidup itu ibarat ada orang bodoh dari gunung akan membeli emas oleh tukang emasa diberi”.
19.  “ Biaarpun kuningan tetap dianggap emas mulia demikian pula dengan orang berbakti bila belum yakin benar pada siapakah yang harus disembah?”
Syeh Malaya ketika mendengar itu spontan terduduk berlutut memohon belas jkasihan setelah emendap[at kenyataan bahwa Nabi Khidir As betul-betul serba tahu yang terkandung dihatinya.
20.  Dengan duduk bersila dia berkata” Yang kami dengar akan kami laksanakan.”
Syeh Malaya meminta kasih saying memohon keterangan yang jelas “ siapakah nama tuan? Mengapa disini sendiriaan?
Sang Prajuningrat menjawab “ Sesungguhnya saya ini Nabi Khidir.”
21.  Syeh Malaya berkata “ saya menghaturkan hoormat sedalam-dalamnya kepada tuan junjunganku mohon petunju, adapun saya perlu dikasihnai: saya juga tidak tahu benar tidaknya pengabdian ini. Tidak lebih bedanya dengan hewan dihutan, itupun masih tidak seberapa, bila mau menyelidiki kesucian diriku ini.
22.  Dapat dikatakan lebih bodoh dungu serta tercela dijagad, menjadi bahan tertawaan dimuka buimi; saya ibarata keris tanpa kerangka keris, bacaan yang tanpa isi yang tersirat.”
Maka berkata dengan masidnya sang Nabi Khidir As kepada Sunan Kalijaga.


SANG NABI KHIDIR
PUPUH DHANGDHANG GULA
Episode iv dialog antara Syeh Malaya dengan Nabi Khidir yang berisikan wejangan tentang hidayatullah dan kmauan dengan berbagai aspeknya.
1.      “ Jika kamu berkehendak naik haji ke Mekkah kamu harus tahu tujuan yang sebenarnya menuju ke Mekkah itu. Ketahuilah Mekah itu hanyalah tapak tilas saja. Yaitu bekas tempat tinggal Nabi Ibrahim As zaman dulu. Beliaulah yang membuat bangunan Ka`bah Masjidil Haram, serta menghiasi Ka`bah itu dengan benda yang berupa batu hitam (Hajar Aswad) yang tergantung didinding Ka`bah tanpa digantungkan. Apakah Ka`bah itu yang hendakamu sembah? Kalau itu ynag menjadi niatmu, berarti kamu sama halnya menyembah berhala/bangunan yang dibuat dari batu.
2.      “Perbuatanmu itu tidak jauh berbeda dengan yang diperbuat oleh orang kafir, karena hanya sekedar menduga-duga saja wujud Allah yang disembah. Dengan senantiasa menghadap kepada berhalanya. Oleh karena itu biarpun kamu sudah naik Haji bila belum tahu tujuan yang sebenarnya dari ibadah haji tentu kamu akan rugi besar,.
Maka dari itu, ketahuilah bahwwa Ka`bah yang sedang kau tuju itu, bukanya yang terbuat dari tanah atau kayu apalagi batu tetapi Ka`bah yang hendak kau kunjungi itu esebenarnya Ka`batullah (Ka`bah Allah).
Demikian itu sesungguhnya iman hidayat yang harus kamu yakinkan dalam hati.
3.      Nabi Khidir memerintah “Syeh Malaya segeralah kemari secepatnya masuklah kedalam tubuhku!”
Syeh Malaya terhenyak hatinya tak dapat dicegah lagi keluarlah tawanya bahkan sampai mengeluarkan air mata seraya berkata dengan halus,
“Melalui jalan manakah aku harus masuk kedalam tubuhmu, padahal saya tinggi besar melebihi tubuhmu, kira-kira cukupkah? Melalui jalan manakah usaha saya untuk masuk? Padahal Nampak olehku buntu semua.”
4.      Nabi Khidir berkata  dengan lemah lembut,” Besar mana kamu dengan bumi semua ini beserta isinya, hutan rimba dan samudera serta gunung, tidak bakal penuh bila dimasukan kedalam tubuhku, jangan khawatir bila tidak cukup masuklah didalam tubuhku ini .”
Syeh Malaya setelah mendengarnya semakin takut sekali bersedia melaksanakanya; Menolehlah Nabi Khidir.
5.      “ ini jalan ditelingaku ini,” Syeh Malaya masuk dengan segera, sudah samapai didalam tubuh Nabi Khidir. Melihat samudera luas tiada bertepi sejauh mata memandang semakin diamati semakin jauh tampaknya; Nabi Khidir bertanya keras-keras” Hai apa yang kamu lihat?”
Segera menjawab Syeh Malaya “ Ya jauh, tak ada yang kelihatan.”
6.      Syeh Malaya melanjutkan jawabanya, “ Angkasa raya yang kuamati, kosong melompong jauh tidak kelihatan apa-apa, kemana kakiku melangkah tidak tahu arah utara selatan barat timurpun tidak kami kenal lagi, bawah dan atas serta muka juga belakang saya tidak mampu membedakan; Bahkan semakin membingungkanku;” Nabi Khidir berkata lemah-lembut “ usahakan jangan sampai bingung hatimu.”
7.      Tiba-tiba terang kelihatan dihadapannya Nabi Khidir, Syeh Malaya melihat Nabi Khidir melayang diudara kelihatan memancarkan cahaya gemerlapan, saat itulah Syeh Malaya melihat lagi arah utara selatan, barat dan timur sudah kelihatan jelas atas bawah juga sudah terlihat dan mampu  menjaring matahari tenang rasanyasebab melihat Nabi Khidir rasanya berada ditemapt yang lain dari yang lain.
8.      Kanjeng Nabi Khidir berkata lembut, “ jangan berjalan hanya sekedar berjalan, lihatlah dengan sungguh-sungguh apa yang terlihat olehmu.” Syeh Malaya menjawab,” Ada warna empat macam yang tampak padaku, semua itu sudah tidak kelihatan lagi hanya empat macam yang kuingat yaitu merah hitam kuning dan putih.”
9.      Berkata Kanjeng Nabi Khidir “ yang  pertama kau lihat cahaya mencorong tapi tidak tahu namanya ketahuilah itu namanya pancamaya yang sebenarnya ada didalam  hatimu sendiri yang mengatur dirimu  pancaya yang indah itu disebut (mukasafah) bilamana kamu sangup membimbing dirimu kearah yang terpuji yaitu sifat yang asli.
10.  Maka dari itu jangan asal bertindak selidikilah semua bentuk jangan samapai tertipu nafsu usahakan semaksimal mungkin agar hatimu menduduki sifat asli, perhatikan terus hatimu itu supaya tetap dalam jati diri.”
Tenteramlah hati Syeh Malaya setelah mengerti hal itu semua, dan baru mantap rasa hatinya serta gembira. Adapun yang merah kuning hitam dan putih itu penghalang hatinya.
11.  Sebab isinya  dunia ini sudah lengkap yaitu terbagi kedalam tiga golongan semuanya adalah penghalang tingkah laku kalau bias menjauhi itu pasti bias berkumpul dengan ghaib itu yang menghalangi meningkatkan citra diri hati yang tiga macam hitam merah kuning, semua itu menghalangi pikiran  dan kehendak tiada putus-putusnya akan menyatunya dengan Tuhan Yang memberi nyawa lagi mulia.
12.  Jika tidak bercampur tiga hal itu tentu terjadi hilangnya jiea abadi sensantiasa berdekatan rapt namun perlu diperhatikan dan diingat dengan seksama bahwa penghalang yang asa di dalam hati mempunyai kelebihan yang perlu kamu ketahui dan sumber inti kekuatanya yang hitam lebih perkasa pekerjaanya mudah marah angkara membabi bhuta.
13.  Itulah hati yang menghalangi  menutupi kepada kebajikan yang demikian itu pekerjaan dihitam, sedang yang berwarna merah menunjukan nafsu yang tidak baik segala keinginan nafsu keluar dari simerah mudah emosi dalam emxcapai tujuan hingga menutupi  akhir hidup yang baik (khunul khotimah).
14.  Adapun yang berwarna kuning kemampuanya menanggulangi segala hal pikiran yang baik akan menjadi lebih baik hati kuninglah yang meenghalangi timbulnya pikiran yang tidak baik hanya membuat kerusakan menelantarkan kejurang kehancuran, sedang yang putih itulah yang membuat hati tanang serta suci tanpa ini itu pahlawan tanpa jasa.
15.  Hanya itulah yang dapat dirasakan manusia akan kesaksiannya sesungguhnya yang terwujud adanya hanya menerima kanugerahan semata-mata, hanya itulah yang dapat dilaksanakan. Kalau tetap berusaha agar abadi berkumpulnya diri dekat Tuhan, maka senantiasa menghadapi tiga  musuh,  yang  sangat  kejam  besar  dan  tinggi  hati  (sobong),  ketiga musuhmu  itu  saling  kerjasama;  Padahal  si  putih  tanpa  teman,  hanya sendirian saja, makanya sering dapat dikalahkan.
16. Kalau sekiranya dapat mengatasi, akan segala kesukaran yang timbul dari    tiga    hal    itu,    maka    jadilah    persatuan    erat    terwujud,    tanpa berpedoman  itu  semua  tidak  akan  terjadi  persatuan  erat  antara  manusia dan  penciptanya.  Syeh  Melaya  sudah  memahaminya  dengan  semangat mulia  berusaha,  diserta  tekad  membaja,  demi  mendapatkan  pedoman akhir kehidupan, demi kesempurnaan dekatnya dengan Allah SWT.
17. “Setelah  hilang  empat  macam  warna  ada  hal  lain  lagi,  nyala  satu delapan   warnanya”,   Syeh   Melaya   pelan   berkata,   “Apakah   namanya, nyala   satu   delapan   warnanya,   apakah   yang   dimaksud   sebenarnya? Nyalanya  semakin  jelas  nyata,  ada  yang  seperti  ratna  bersinar  (mutiara berkilau), ada yang nampak berubah-rubah warna menyambar-nyambar, ada yang seperti permata yang berkilat-tajam sinarnya”.
18. Sang  luhur  budi  Nabi  Khidir  berpesan,  “Hiya  itulah  sesungguhnya tunggal.   Pada   dirimu   sendiri   sudah   tercakup   makna   di   dalamnya, rahasianya  terdapat  pada  dirimu  juga,  serta  seluruh  isi  bumi,  tergambar pada  tubuhmu,  dan  juga  seluruh  alam  semesta;  Dunia  kecil  tidak  jauh berbeda; Ringkasnya utara barat selatan itu, timur dan atas serat bawah”.
19. “Juga  warna  hitam  merah  kuning  putih,  itulah  isi  kehidupan  dunia, dunia   kecil   dan   alam   semesta,   dapat   dikatakan   sama   isinya,   kalau ditimbang  dengan  yang  ada  dalam  dirimu  ini,  kalau  hilang  warna  yang ada,   dunia   kelihatan   kosong,   kesulitannya   tidak   ada,   dikumpulkan kepada wujud rupa Yang Satu, tidak lelaki tidak pula perempuan”.
20. “Sama  pula  bentuk  dengan  bentuk  yang  ada  ini,  yang  bila  dilihat berubah-ubah putih, camkanlah dengan cermat semua ini”, Syeh melaya mengamati,   yang   seperti   cahaya berganti-ganti   kuning,   cahayanya terang-benderang  memancar,  melingkar  mirip  pelangi,  apakah  itu  yang dimaksudkan,   wujud   dari   Dzat   yang   dicari   dan   didambakan?   Yang merupakan hakikat wujud sejati?”.
21. Nabi  Khidir  menjawab  dengan  lemah-lembut,  “Itu  bukan  yang  kau dambakan,    yang    dapat    menguasai    segala    keadaan;    Yang    kamu dambakan  tidak  dapat  kamu  lihat,  tiada  berbentuk  apalagi  berwarna, tidak  berwujud  garis,  tidak  dapat  ditangkap  mata,  juga  tidak  bertempat tinggal, hanya dapat dirasakan oleh orang yang awas mata hatinya, hanya berupa  penggambaran-penggmabaran  (simbol)  memenuhi  jagad-raya, dipegang tidak dapat”.
22. Bila  kamu  lihat,  yang  nampak  seperti  seperti  berubah-ubah  putih, yang  terang-benderang  sinarnya,  memancarkan  sinar  yang  menyala-nyala,   Sang   Permana   itulah   sebutannya,   hidupnya   ada   pada   dirimu; Permana  itu,  menyatu  pada  dirimu  sendiri,  tetapi  tidak  ikut  merasakan suka dan duka, tempat tinggalnya pada ragamu.
23. Tidak ikut suka dan duka, juga tidak ikut sakit dan menderita, dan jika Sang  Permana  meninggalkan  tempatnya,  raga  menjadi  tidak  berdaya, dan  pasti  lemahlah  seluruh  badanmu,  sebab  itulah  letak  kekuatannya; Ikut    merasakan,    kehidupan    bersama    nyawa,    yaitu    yang    berhak merasakan kehidupan, yang mengerti rahasia di dunia.
24. Dan  itulah  yang  sedang  mengenai  pada  dirimu,  seperti  diibaratkan bulu pada hewan, yang tumbuh di sekitar raga, hidupnya karena adanya Permana,  dihidupi oleh  nyawa  yang  mempunyai  kelebihan,  menguasai seluruh badan, Permana itu bila mati ikut menanggung, namun bila telah hilang nyawa, kemudian yang hidup hanyalah sukma / nyawa yang ada.
25. Kehilangan   itulah   yang   didapatkan, kehidupan   nyawalah   yang sesungguhnya,  yang  sudah  berlalu  diibaratkan,  seperti  rasanya  pohon yang  tidak  berbuah,  Sang  Permana  yang  mengetahui  dengan  sabar, sesungguhnya  satu  asal,  perhatikan  secara  seksama  penjelasan  tadi. Menjawablah  Syeh  Melaya,  “Kalau  begitu  manakah  warna  bentuk  yangsebenarnya?”. Nabi Khidir berkata.
26. “hal itu tidak dapat kau pahami di dalam keadaan nyata semata-mata, tidak   semudah   itu   untuk   mendapatkannya”,   Syeh   Melaya   menyela pembicaraan,  “Saya  mohon  pelajaran  lagi,  sampai  paham  betul,  sampai tuntas.  Saya  menyerahkan  hidup  dan  mati,  demi  mengharapkan  tujuan yang pasti, jangan sampai tanpa hasil”.

                                                          PUPUHKINANTHI
                                                                   (67 bait) 
Episode V : Berisi ajaran Nabi Khidir kepada Sunan Kalijaga tentang ilmu yakin, ainul yaqin,
ma’rifatul yaqin dan iman hidayat serta sifat-sifat yang terpuji. 

1. Nabi   Khidir   berkata   lembut   dan   manis   yang   isinya   bercampur perlambang   dan sindiran,   “Umpamanya   ada   orang   membicarakan sesuatu  hal.  Lotnya  seharusnya  baik,  nyatanya  lotnya  justru  bumbunya, bercampur dengan rahasia yang terasa sebagai jiwa suci.
2. Nubuat yang penuh rahasia itu sebenarnya sebenarnya rahasia ini yaitu ketika masih berada di sifat jamal ialah johar awal bila bila sudah keluar menjadi johal akhir yang sudah dewasa yang awal itulah rahasia sejati.
3. Sijohar  akhir  itu  ternyata  dalam  satu  wujud  satu  pati  dan  satu  hidup dengan  johar  ketika  dalam  kesatuan  satu  wujud  satu  raksa  satu  hidup menyatu dengan johar awal. Adapun johar akhir ini ialah.
4. Satu  wujud  dalam  keadaan  sehidup-semati  segala  ulah  johar  akhir selamanya  bersikap  pasrah.  Sedangkan  johar  batin  ini  ialah  yang  dipuji dan disembah hanyalah Allah yang sejati.
5.  Tidak  ada  sama  sekali  rasa  sakit  karena  sebenarnya  kamu  ini  nuqod ghoib  ialah  nuqod  ghoib  ketika  di  masa  awal  /  kuna  ia  tidak  hidup  juga tidak  mati  dan  sebe
narnya  yang  dikatakan  nuqod  itu  tdak  lain  ghoib jugalah namanya itu.

6.  Sudah  tiba  datang  nuqod  yang  sudah  hidup  sejak  dulunya  dicpta menjadi   Alip.   Alip   itu   sendiri   jisim   latip   dan   keberadaanmu   yang sebenarnya itulah yang disebut / dinamakan neqdu.
7.  Se
karang  johar  jati  yaitu  namamu  itu  semasa  hidup  yaitu  syahdat  jati dalam hidup itu sendiri ialah yang dimanakan Rasulullah rasa sejati.

8.
Syahdat jati adalah darah yaitu tenpat segala dzat / makhluk merasakan rasa yang sebenarnya tentang hidup dan kehidupan sama dengan satuan Jibril-Muhammad-Allah.  Ketiganya  dan  keempatnya  adalah  yang  disebut Darah hidup. Jelasnya coba perhatikan orang mati.

9. Apa ada darahnya? Darah itu hilang kini, hilangnya bersama / menyatu dengan  sukma.sukma/ruh  hilang  adalah  kembali  pada  Alip  tersebut.
Sukma yang hilang dan kembali kepada Alip itu  disebut ruh idhofi.

10. Pengertian Jisim Latip atau yang disebut Jisim Latip ialah Jisim Angling
yang  sudah  reda  terdahulu  kala  yaitu  Alip  yang  disebut  angling  padahal Alip itu tanpa mata tidak berkata-kata tidak mendengar.

11. Tanpa perilaku tidak melihat dan itulah
 Alip yang artinya sebenarnya
luqkawi.  Alip  jatuh  /  bertempat  /  berada  pada  nuqodnya.  Ketiadaannya
keberadaannya  menjadi  Alip  itu  karena  dijabarkan  /  dikembangkan,
bukankah
ruh idhofi itu bagian Dzatullah?.

12.  setelah  diajarkan  semua  pelajaran  sampai  selesai,  tentang  ruh  idhofi
yang menjadi inti pembahasannya; Adapunwujud sesungguhnya Alip itu,
asal dan muasalnya itu, berasal dari johar Alip itu, yang dinamakan kalam
karsa.

13.
Timbullah hasrat kehendak Allah itu menjadikan terwujudnya dirimu;
dengan  adanya  wujud  dirimu  menunjukkan  akan  adanya  Allah  dengan
sesungguhnya;  Allah  itu  tidak  mungkin  ada  dua  apalagi  tiga.  Siapa  yang
mengetahui  asal  /  muasal  kejadian  dirinya,  saya
berani  memastikan
bahwa orang itu tidak akan membanggakan dirinya sendiri!.

14.  Adapun  sifat  jamal  (sifat
  yang  bagus)  itu  ialah,  sifat  yang  selalu
berusaha menyebutkan, bahwa pada dasarnya adanya dirinya itu, karena
ada   yang   mewujudkan   adanya.   Demikianlah
   yang   difirmankan   Allah
kepada Nabi Muhammad yang menjadi Kekasih-Nya.

15.  “Kalau  tidak  ada  dirimu,  saya  Allah  tidak  akan  dikenal  /  disebut; Hanya   dengan   sebab   adanya   kamulah   yang   menyebutkan   akan keberadaan-KU;  Sehingga  kelihatan  seolah-olah  satu  dengan dirimu, Adanya  Aku,  Allah,  menjadikan  ada  dirimu,  Wujudmu  menunjukkan adanya wujud Dzat-KU”.
16. Dan untuk memperjelas jati dirimu, tidaklah kau sadari, bahwa hampir ada  persamaan  Asma-Ku  yang  baik  (Asmaul  Husna)  dengan  sebutan manusia  yang  baik  (misal  : Allah  Yang  Maha  Pengasih,  dengan:  Siti Fatimah    mengasihi    anaknya).    Itu    semua    kau    maksudkan    untuk memudahkan  penggambaran  perwujudan  tentang  Diri-Ku.  Padahal  kau tahu, Aku berbeda dengan dirimu, yang tidak mungkin dapat disamakan satu sama lain. Dan kamu pasthi mengalami kesulitan dan tidak mungkin dapat melukiskan atau menyebutkan Asma-Ku dengan setepat-tepatnya.
17. namamu  yang  baik  dapat  menyerupai  nama-Ku  Yang  Baik  (Asmaul Husna);  Apakah  kamu  sudah  dapat  meraih  sebutan  nama  yang  baik  itu? Baik di dunia maupun di akhirat? Kamu ini merupakan penerus / pewaris Muhammad Rasulullah, sekaligus Nabi Allah. Ya Illahi, ya Allah Tuhanku... (Bagi  pembaca  maupun  pendengar  dianjurkan  berdoa  pada  Allah.  Insya Allah  berhasil  kabul  apa  yang  diinginkan,  Amin,  amin,  amin,  ya  Rabbal alamin).
18.  nabi  Khidir  mengakhiri  pembacaan  Firman  Allah  SWT,  kemudian melanjutkan   memberi   penjelasan   pada   Sunan   Kalijaga;   “Tanda-tanda adanya  Allah  itu,  ada  pada  dirmu  sendiri  harap  direnungkan  dan diingat betul.  Asal  muasal  Alip  itu,  akan  menjadikan  dirimu  bersusah  payah selagi hidup; Budi jati sebutannya, yang tidak merasa menimbulkan budi / usaha untuk mengatasi lika-liku kehidupan.
19. Bagi  orang  yang  senang  membicarakan  dan  memuji  dirinya  sendiri, akan  dapat  melemahkan  semangat  usahanya,  antara  tidak  dan  iya penuh kebimbangan.   Sedangkan   yang   dimaksudkan   dengan    johar   budi(mutiara budi) ialah, bila sudah mengetahui maksud dari budi iman yaitu menjalankan  segala  tingkah  laku  dengan  didasari  keimanan  pada  Allah. Alip tercipta karena sudah menjadi suratan ketentuan yang digariskan.
20. ssungguhnya alip itu, tetap kelihatan ada adanya tidak dapat berubah. Itulah  yang  disebut  Alip.  Adapun  bila  terjadi  perubahan,  itulah  yang disebut Alip Adi, yang menyesuaikan diri dengan keadaanmu.
21. Mutiara awal kehidupan (johar awal) dimaksudkan dengan kehidupan tempo dulu yang betul-betul terjadi sebagaimana tinja junub dan jinabat. Johar  awal  ibarat  bebauan  /  aroma  akan  tiba  saatnya,  tidak  boleh  tidak akan kita laksanakan dan rasakan di dalam kehidupan kita di dunia.
22. jelasnya, kehidupan yang telah digariskan sebelumnya oleh Johar itu, telah  memuat  garis  hidup  dan  mati  kita.  Segalanya  telah  ditentukan  di dalam    Johar   awal.    Dari    keterangan    Johar    awal    tadi,    tentu    akan menimbulkan pertanyaan, di antaranya; “Mengapa kamu wajib shalat, di dalam   dunia   ini?”.   Penjelasannya   demikian;   Asal   mula   diwajibkan menjalankan shalat itu ialah:
23.  Disesuaikan  dengan  ketentuan  di  zaman  azali,  kegaiban  yang  kau rasakan   saat   itu;   Bukankah   kamu   juga   berdiri   tegak,   berseidekap menciptakan   keheningan   hati,   bersidekap   menyatukan   konsentrasi, menyatukan segala gerakmu.24. ucapanmu juga kau satukan, akhirnya kau rukuk tunduk kepada yang menciptakanmu,   merasa   sedih   karena   malu   sehingga   menciptakan timbul,   keluar   air   matamu   yang   jernih,   sehingga   tenanglah   segala kehidupan ruhmu, rahasia iman dapat kau resapi.
25. Setelah   merasakan   semua   itu,   mengapa   harus   sujud      ke   bumi? Pangkal  mula  dikerjakan  sujud  bermula  adanya,  cahaya  yang  memberi  pertanda  pentingnya  sujud,  yaitu  merasa  berhadapan  dengan  wujud Allah biarpun tidak melihat wujud yang sesungguhnya, dan yakin bahwa Allah melihat segala wujuh gerak kita (pelajaran tentang ihsan).
26. Dengan adanya agama Islam dimaksudkan, agar makhluk yang ada di bumi  dan  di  langit,  dan  termasuk  dirimu  itu,  beribadah  sujud  kepada Allah  dengan  hati  yang  ikhlas  sampai  kepala  diletekkan  dimuka  bumi, sehingga    bumi    dengan    segala    keindahannya    tidak    tampak    di hadapanmu,   hatimu   hanya   ingat   Allah   semata-mata.   Ya   demikianlah seharusnya perasaamu, senantiasa merasa sujud di bumi ini.
27. Mengapa   pula   menjalankan  duduk   diam  seakan-akan   menunggu sesuatu?   Melambungkan   pengosongan   diri   dengan   harapan   ketemu Allah! Padahal sebenarnya itu tidak dapat mempertemukan dengan Allah. Allah  yang  kau  sembah  itu  betul-betul  ada.  Dan  hanya  Allah-lah  tempat kamu mengabdikan diri dengan sesungguhnya. Dan janganlah sekali-kali dirimu menggap sebagai Allah.28. Dan  dirimu jangan  pula  menganggap  sebagai  Nabi  Muhammad. Untuk  menemukan  rahasia  (rahsa)  yang  sebenarnya  harus  jeli.  Sebab antara  rahasia  yang  satu  berbeda  dengan  rahasia  yang  lain.  Dari  Allah-lah  Nabi  Muhammad  mengetahui  segala  rahasia  yang  tersembunyi;  dan Nabi  Muhammad  sebagai  makhluk  yang  dimuliakan  Allah.  Dan  beliu sering menjalankan puasa.
29.   Dan   akan   dimuliakan   makhluk-Nya,   kalau   mau   mengeluarkan shodaqoh;  Dan  dimuliakan  makhluk-Nya,  bagi  yang  dapat  naik  haji;  Dan makhluk-Nya akan dimuliakan, kalau melakukan ibadah shalat.
30.   matahari   berbeda   dengan   bulan,   perbedaannya   terdapat   pada cahaya  yang  dipancarkaannya.  Sudahkan  hidayat  iman  (petunjuk  iman) terasa  dalam  dirimu?  Taukhid  adalah  pengetahuan  yang  penting  untuk menyembah pada Allah, juga makrifat harus kita miliki untuk mengetahui kejelasan   yang   terlihat,   ya   ru’yat   (ya   dengan   melihat   pakai   mata telanjang) sebagai saksi adanya yang terlihat dengan nyata.
31. Mari kita dalami sifat Allah, Sifat Allah yang sesungguhnya, Yang asli, aslinya  dari  Allah.  Sesungguhnya  Allah  itu,  Allah  yang  hidup.  Segala af’ale  (perbuatannya)  adalah  berasal  dari  Allah.  Itulah  yang  dimaksud denga ru’yati.
32.
Kalau  hidupmu  senantiasa  kamu  gunakan  ru’yat,  maka  itu  namanya khoiroti  (kebajikan  hidup),  makrifat  itu  hanya  ada  di  dunia.  Johar  awal khoiroti  (mutiara  awal  kebajikan  hidup),  sudah  berhasil  kau  dapatkan, untuk  itu  secara  tidak  langsung  kamu  sudah  mendapatkan  pengawasan kamil (penglihatan yang sempurna).

33. Insan kamil (manusia yang sempurna) berasal dari dzatullah (Dzatnya Allah),   sesungguhnya   ketentuan   ghaib   yang   telah   tersurat,   adalah kehendak Dzat yang sebenarnya. Sifat Allah berasal dari Dzat allah. Insan kamil namanya, kalau mengetahui keberadaan Allah itu.
34. Bilamana tidak tertulis namamu, di dalam nuqod ghaib insan kamil; itu bukan  berarti  tidak  tersurat,  yaitulah  yang  dunamakan  puji  budi  (usaha yang terpuji). Berusaha memperbaiki hidup, akan menjadikan kehidupan nyawamu semakin baik.
35. dan serta badannya, akan disebut badan Muhammad, yang mendapat kesempurnaan  hidup.  Syeh  Melaya  berkata  lemah  lembut,  “Mengapa sampai ada orang mati yang dimasukkan neraka? Mohon penjelasan yang sebenarnya”.
36. nabi   Khidir   berkata      berkata   dengan   senyuman   manis,   “Wahai Melaya!  Maksudnya  begeini.  Neraka  Jasmani  juga  ada  di  dalam  dirimu sendiri,  dan  yang  diperuntukkan  bagi  siapa  saja  yang  belum  mengenal dan meniru laku nabiyullah. Hanya ruh yang tak mati.
37. Hidupnya ruh jasmani itu,  yang sama dengan sifat hewan, maka akan dimasukkan   ke   dalam   nerak.   Juga   mengikuti   bujuk   rayu   iblis,   atau mengikuti   nafsu   yang   merajalela   seenaknya   tanpa   terkendali,   tidak mengikuti petunjuk Tuhan Allah SWT.
38.   Mengandalkan   ilmu   saja,   tanpa   mempedulikan   sesama   manusia keturunan  Nabi  Adam,  itu  disebut  iman  tahdlot.  Ketahuilah  bahwa  umat manusia  itu  termasuk  badan  jasmanimu.  Pengetahuan  tanpa  guru  itu, ibarat orang menyembah tanpa mengetahui yang disembah.
39. Dapat menjadi kafir tanpa diketahui, karena yang disembah kayu dan batu, tidak mengerti apa hukumnya, itulah kafir yang bakal masuk neraka jahanam.  Adapun  yang  dimaksudkan  dengan  ruh  idhofi  adalah,  sesuatu yang kelak tetap kekal sampai akhir nanti kiamat dan tetap berbentuk ruh yang berasal dari ruh Allah.
40.  Yang  dimaksud  dengan  cahaya  adalah  yang  memancarkan  terang serta tidak berwarna, yang seantiasa menerangi hati penuh kewaspadaanyang  selalu  mawas  diri  /  introspeksi  mencari  kekurangan  diri  sendiri serta  mempersiapkan  akhir  kematian  nanti,  merasa  sebagai  anak  Adam yang   harus   mempertanggungjawabkan   segala   perbuata;   Ruh   Idhofi sudah ada sebelum kau tercipta.
41.  Sirik  itu  dapat  terjadi,  tergantung  saat  menerima  sesuatu  yang  ada, itulah yang disebut johar ning. Keenamnya johar awal. Johar awal adalah mutiara   ibaratnya.   Mutiara   yang   indah   penghias   raga   agar   nampak menarik. Mutiara akan tampak indah menawan.
42. Bermula dari ibarat yang ketujuh, di kala mendengarkan sabda Allah Yang    Mutlaq.    Ruh    serba pasrah    kepada    Dzatullah.    Itulah    yang dimaksudkan Ruh Idhofi.
43.  Johar  awal  itu  pula,  yang  menimbulkan  Shalat  daim.  Sahalat  daim tidak  perlu  mengunakan  air  wudhu;  untuk  membersihkan  khadas  tidak disyaratkan. Itulah shalat bathin yang sebenarnya, diperbolehkan makan tidur syahwat maupun berak / buang kotoran.
44. Demikaian tadi cara Shalat Daim (shalat selamanya selagi masih hidup imana  saja  dan  kapan  saja  serta  situasi  bagaimanapun  juga)  perbuatan itu    akan    termasuk    hal    yang    terpuji,    yang    sekaligus    merupakan perwujudan syukur kepada Allah. Johar tadi bersatu padu menghilangkan sesuatu  yang  menutupi  /  mempersulit  mengetahui  keberadaan  Allah Yang  Terpilih.  Adanya  itu  menunjukkan  adanya  Allah,  yang  mustahil kalau tak berwujud sebelumnya.
45.  Kehidupan  itu  seperti  layar  dengan  wayangnya,  sedang  wayang  itu tidak  tahu  warna  dirinya;  Akibat  junub  sudah  bersatu  erat,  tetap  bersih badan  jisimmu.  Adapun  Muhammad,  badan  Allah;  Nama  Muhammad tidak pernah pisah dengan nama Allah.
46.  Bukankah  hidyat  itu  perlu  diyakini?  Sebagai  pengganti  Allah;  dapat pula disebut utusan Allah, Nabi Muhammad juga termasuk badan mukmin atau  orang  yang  beriman.  Ruh  Mukmin  identik  pula  dengan  Ruh  Idhofi dalam keyakinanmu.
47.  Disebut  iman  maksum,  kalau  sudah  mendapat  ketetapan  sebagai panutan  jati  (orang  yang  sudah  layak  dijadikan  suri  tauladan  segala tingkah  lakunya).  Bukankah  demikian  itu  pengetahuanmu?  Kalau  tidak hidup  begitu,  berarti  itu  sama  dengan  hewan  yang  tidak  tahu  adanya sesuatu di masa yang telah lewat.
48.  Kelak  nanti  tidak  boleh  tidak,  karena  tidak  mengetahui  ke-Islaman maka  matinya  tersesat,  kufur  serta  kafir  badannya.  Namun  bagi  yang telah  mendapatkan  pelajaran  ini,  segala  permasalahan  dipahami  lebih seksama baru dikerjakan.
49. Allah itu tidak berjumlah tiga. Yang menjadi suri tauladan adalah nabi Muhammad.  Bukankah  sebenarnya  orang  kufur  itu,  mengingkari  empat masalah   yang   prinsip.   Di   antaranya   bingung   karena tiada   pedoman manusia yang dapat diteladani. Kekafiran mendekatkan pada kufur kafir.
50.  Fakir  dekat  dengan  kafir,  sebabnya  karena  kafir  itu,  buta  tuli  tidak mengerti  tentang  surga  dan  neraka.  Fakir  tidak  akan mendapatkan  pada Tuhan. Tidak mungkin terwujud pendekatan itu.
51.  Tidak  menyembah  dan  memuji,  karena  kefakirannya.  Sperti  itulah kalau   fakir   terhadap   Dzatull
ah   .   dan   sesungguhnya   Tuhan   Allah, mematikan kefakiran manusia. Kepastiannya ada di tangan Allah semata-mata.
52.   Adapun   wujud   Dzatullah   itu,   tidak   ada   satu   makhluk   pun  yang mengetahuinya  kecuali  allah  sendiri.  Ruh  Idhofi  menimbulkan  iman.  Ruh Idhofi  berasal  dari  Allah  Yang  Esa.  Itulah  yang  disebut  iman  tauhid. Meyakini adanya Allah juga adanya Muhammad sebagai Rasulullah.
53. Tauhid hidayat yang sudah ada padamu, menyatu dengan Tuhan Yang Terpilih.  Menyatu  dengan  Tuhan  Allah,  baik  di  dunia  maupun  di  akhirat. Dan kamu harus merasa bahwa Tuhan Allah itu ada dalam dirmu.
54. Ruh Idhofi ada di dalam dirimu. Makrifat itulah sebutannya. Hidupnya disebut Syahadat (kesaksian), hidup tunggal di dalam hidup. Sujud rukuk sebagai penghiasnya, Ruku berarti dekat dengan Tuhan Pilihan.
55.  penderitaan  yang  selalu  menyertai  menjelang  ajal  (sekarat0  tidak akan  terjadi  padamu.  Jangan  iku  takut  menghadapi  sakaratilmaut,  dan jangan ikut-ikutan takut menjelang pertemuanmu dengan Allah. Perasaan takut  itulah  yang  disebut  dengan  sekarat.  Ruh  Idhofi  tidak  akan  mati; Hidup mati, mati hidup.
56.  Akuilah  sedalam-dalamnya  bahwa  keberadaanmu  itu,  terjadi  karena Allah  itu  hidup  dan  menghidupi  dirimu,  dan  menghidupi  segala  yang hidup.  Sastra  lip  (huruf  alip)  harus  dimintakan  penjelasannya  pada  guru. Jabar jer-nya-pun harus berani susah payah mendalaminya. Terlebih lagi pengetahuan tentang kafir syirik!.
57. Sesungguhnya semua itu, tidak dapat dijelaskan dengan tepat maksud sesungguhnya.   Orang   yang   menjalankan   shalat   itu   berarti   sudah mendapatklan  kanugrahan  sifat  Tuhan  Allah.  Sebagai  saran  pengabdian hamba  terhadap  Tuhan  Allah.  Yang menjalankan  shalat  sesungguhnya raga.  Raga  yang  shalat  itu  terdorong  oleh  adanya  iman  yang  hidup  pada diri orang yang menjalankannya.
58.  Seandainya  nyawa  tidak  hidup,  maka  lam  tamsyur  (maka  tidak  akan menonolong)    semua  perbuatan  yang  dilajalankan,  secara  yang  tersurat, shalat  itu  adalah  perbuatan  dan  kehendak  orang  menjalankan,  namun sebenarnya  Allah-lah  yang  berkehendak  atas  hambanya.  Itulah  hakikat dari Tuhan penciptanya. Ruh Idhofi berada di tangan orang mukmin.
59.  Semua  ruh  berada  ditangan-Nya,  yaitu  terdapat  pada  ruh  Idhofi,  Ruh Idhpfi  adalah  sifat  jamal  (sifat  yang  bagus  /  indah)  keindahan  yang berasal  dari  Dzatullah.  Ruh  Idhofi  nama  dari  sebuah  tingkatan  (maqom), yang tersimpan pada diri utusan Allah (Rasulullah).
60. Syarat  jisim  lathif  (jasad  halus)  itu,  harus  tetap  hidup  dan  tidak  boleh mati. Cahayanya berasal dari ruh itu, yang terus-menerus meliputi jasad. Yang mengisyaratkan adanyasifat jala (sifat yang perkasa) dan sekaligus mengisyaratkan adanya sifat jamal (sfat keindahan).
61.   Johar   awal   mayit   (Mutiara   awal   kematian)   itu,   memberi   isyarat hilangnya  diri  ini.  Jelasnya,  semua  yang  tercipta  akan  mati. Setelahsemuanya   menemui   kematian   di   dunia,   maka   akan   berganti   hidup diakhirat. Kurang lebih tiga hari perubahan hidup itu pasti terjadi.
62.  Asal  mula  manusia  terlahir  dari  adanya  ayah,  ibu  serta  Tuhan  Yang Maha Pencipta. Satu kelahiran berasal dari tiga asal lahir. Ya itulah isyarat dari  tiga  hari.  Setelah  dititipkan  selama  tujuh  hari,  maka  dikembalikan kepada   yang   menitipkan   (yang   memberi   amanat).   Titipan   itu   harus seperti sedia kala.63.  Bukankah  tauhid  itu  sebagai  sarana  untuk  menjadi  makrifat?  Titipan yang  ketiga  puluh  hari,  itu  juga  ter
masuk  titipan,  yang  ada  kemiripan dengan   tujuh   hari.   Kalau   menangis   mengeluarkan   air   mata   karena menyesali sewaktu masih hidup.
64.  Seperti  teringat  semasa  kehidupan  itu  berasal  daru  nur.  Yang  mana cahayanya  mewujudkan  dirimu.  Hal  itulah  yang  menimbulkan kesedihan dan  penyesalan  berkepanjangan.  Tak  terkecuali  siapun  akan  merasakan itu semua, sebagaimana kamu mati, saya merasa kehilangan. Mati hilang bertepatan hari kematian yang keempat puluh hari.
65. Bagaimanakah yang lebih tepat untuk melukiskan persamaan sesama makhluk  hidup  secara  keseluruhannya?  Allah  dan  Muhammad  masing-masing berjumlah satu. Seratus pun dapat dilukiskan seperti satu bentuk. Seperti diibaratkan dengan adanya cahaya, yang bersumber dari cahaya Muhammad yang sesungguhnya.
66.  Sama  halnya  pada  saat  kamu  memohon  sesuatu.  Ruh  jasad  hilang  di dalamnya  di  hadirat  Tuhan  Yang  Maha  Pemberi.  Tepat  pada  hari  yang keseribu,  tidak  ada  yang  tertinggal.  Kembali  pada  Allah  sudah  dalam keadaan yang sempurna. Sempurna seperti semula pertama diciptakan.
67.   Syeh   Melaya   terang   hatinya,   mendengar   pelajaran   yang   baru diterimanya,  dari  guru  Syeh  Mahyuningrat  Nabi  Khidir. Sudah  senanglah hatinya,  tapi  belum  mau  keluar  dari  tubuh  Nabi  Khidir,  Syeh  Melaya menghaturkan sembah, sambil berkata manis seperti gula madu.

                                                     PUPUH DHANDHANGGULA
                                                                             (52 bait)
Episode VI : Sunan Kalijaga menerima wejangan dari Nabi Khidir.

1.  Kalau  begitu  hamba  tidak  mau  keluar  dari  raga  dalam  tuan.  Sudah nyaman di sini saja. Yang bebas dari segala sengsara derita. Tiada selera makan  dan  tidur.  Tidak  merasa  ngatuk  dan  lapar.  Tidak  harus  bersusah payah.  Bebas  dari  rasa  pegal  dan  nyeri.  Yang  terasa  ada  hanyalah  rasa nikmat  dan  manfaat.  Nabi  Khidir  memperingatkan  :  Yang  demikian  itu tidak boleh kalau tanpa kematian!.
2.   Jeng   nabi   Khidir   semakin   merasa   iba.   Kepada   pemohon   yang meruntuhkan    rasa  iba.  Kata  nabi  Khidir  kalau  begitu  yang  awas  sajalah! Terhadap  hambatan  upaya!  Jangan  sampai  kau  kembali!  Yang  benar memohonnya  dan  yang  waspada!  bagimu  anggaplah!  Kalau  sudah  kau kuasai! Jangan hanya digunakan dengan dasar bila ingat saja! Karena hal itu sebagai rahasia Allah!.
3.  Tidak  diperkenankan  kalau  obrolan!  Kepada  sesama  manusia!  Kalau tanpa seizinnya!
Sekiranya ada yang akan mempersoalkan. Memperbincangkan masalah ini! Jangan sampai terlanjur! membanggakan  diri!  Jangan  peduli  terhadap  gangguan  cobaan  hidup! Tapi justru terimalah dengan sabar!.

4.  Cobaan  hidup  yang  menuju  kematian.  Ditimbulkan  akibat  buah  pikir. Bentuk  yang  sebenarnya  ialag  tersimpan  rapat  di  dalam  jagatmu!  Hidup tanpa  ada  yang  menghidupi  kecuali  Allah  saja.  Tiada  antara  lamanya tentang  adanya  itu.  Bukankah  sudah  berada  di  tubuh?  Sungguh  bersama lainnya selalu ada dengan kau! Tak mungkin terpisahkan!.
5. Kemudian tidak pernah memberitahukan dari mana asalnya dulu. Yang menyatu    dalam    gerak    perputaran    bawana.    Bukankah    beritanya sebenarnya  sudah  ada  padamu?  Cara  mendengarnya  bagi  ruh  sejati. Tidaklah  menggunakan  telinga.  Cara  melatihnya.  Juga  tanpa  dengan mata.   Adapun   telinganya,   matanya   yang   diberikan   oleh   Allah.   Ada padamu itu.
6.  Secara  lahir  sukma  itu  sudah  ada  padamu.  Secara  batinnya  ada  pada sukma  itu  sendiri.  Memang  demikanlah  penerapannya.  Ibarat  seperti batang  pohon  yang  dibakar.  Pasti  ada  asapnya  api.  Menyatu  dengan batang  pohonnya.  Ibarat  air  dengan  alunnya.  Seperti  minyak  dengan susu. Tubuhnya dikuasai oleh gerak dan kata hati. Demikian pun dengan Hyang Sukma.
7.  Sekiranya  kita  mengetahui  wajah  hamba  Tuhan.  Dan  sukma  yang  kita kehendaki  ada.  Diberitahu  akan  tempatnya.  Seperti  wayang  ragamu  itu. Karena  dalanglah  segala  geraknya  wayang.  Sedangkan  panggungnya jagad. Bentuk wayang adalah sebagai bentuk badan/raga. Bergerak bila digerakkan.   Segala-galanya   tanpa   kelihatan   jelas   antara   perbuatan dengan ucapan.
8.    Yang    berhak    menentukan    semuanya.    Tidak    tampak    wajahnya kehendak.  Justru  tanpa  wujud  dalam  bentuknya.  Karena  sudah  ada  pada dirimu. Upama yang jelas ketika berhias. Yang berkaca itu Hyang Sukma. Adapun  bayangan  dalam  kaca  itu  yang  ada  dalam  kaca.  Itulah  dia  yang bernama manusia sesungguhnya. Bentuknya di dalam kaca.
9.  Lebih  besar  lagi  pengetahuan  tentang  kematian  ini.  Dibandingkan dengan kesirnaan jagad raya. Karena lebih lembut seperti lembutnya air. Bukankah  lebih  lembut  kematian  manusia?  Artinya  lembut  ialah  karena kecilnya.  Sekacil  kuman.  Bukankah  masih  karena  kecil  lembut  kesirnaan manusia?  Artinya  lebih  dari  “Karena  menentukan  segalanya”.  Sekali  lagi artinya lembut ialah sangat kecilnya.
10.  Dapat  mengenai  yang  kasar  dan  yang  kecil.  Mencakup  semua  yang merangkak.  Melata  tiada  bedanya.  Benar-benar  serba  lebih.  Lebih  pula dalam  hal  menerima  perintah  tidak  boleh  mengandalkan.  Pada  ajaran pada  pengetahuan.  Karenanya  bersungguh-sungguhlah  menguasainya. Badan/dirimu   doronglah   dalam   meraihnya.   Pahamilah   liku-liku   ulah tingkah manusia kehidupan!.
11.  Ajaran itu  ibarat  sebagai  benih.  Yang  diajari  ibarat  lahan.  Umpama kacang  dan  kedelai.  Yang  disebar  di  atas  batu.  Kalau  batunya  tanpa tanak. Pada saat kehujanan dan kepanasan. Pasti tidak akan tumbuh. Tapi bila   kau   bijaksana.   Melihatmu   musnakan   pada   matamu!   Jadikanlah penglihatan sukma dan rasa.
12. Demikan  pun  wujudmu,  suaramu.  Serahkan  kembali  kepada  Yang Empunya suara! Justru kau hanya mengakukan saja. Sebagai pemiliknya. Sebenarnya   hanya   mengatas   namai   saja.   Maka   dari   itu   kau   jangan memiliki.  Kebiasaan  yang  menyimpang.  Kecuali  hanya  kepada  Hyang Agung.  Dengan  demikian  kau  “angraga  sukma”  yaitu  kata  hatimu  sudah bulat menyatu kawula Gusti. Bicaralah menurut pendapatmu!.
13.   Bila  pendapatmu  benar-benar  menyakinkan.  Bila  masih  mearasakan sakit  dan  masih  was-was.  Yaitu  kejangkitan  bimbang  sebenarnya.  Bila sudah menyatu dalam satu wujud. Apa kata hatimu apa yang kau rasakan. Apa  yang  kau  pikir  terwujud  ada.yang  kau  cita-citakan  tercapai.  Berarti sudah   tercakup/kuasai   olehmu.   Jagad   seisinya   justru   benar-benar untukmu. Sebagai upah atas kesanggupanmu sebagai kholifah di dunia.
14. Bila sudah memahami dan menguasai amalan dan ilmu ini. Hendaknya semakin cermat dan teliti atas berbagai masalah. Masalah itu satu tempat dengan  pengaruhnya.  Sebagai  ibaratnya  sekejap  pun tak  boleh  lupa. Lahiriyah kau landasilah. Pengetahuan empat hal. Semuanya tanggapilah secara  sama.  Kelimanya  yang  satu  itu  ialah  tersimpan  baik.  Berguna  / dapat dipakai dimana saja!.
15.  Artinya  mati  di  dalam  hidup.  Atau  sama  dengan  hidup  di  dalam mati.ialah  hidup  abadi.  Yang  mati  itu  nafsunya.  Lahiriah  badan  yang menjalani  mati.  Tertimpa  pada  jasad  yang  sebenarnya.  Kenyataannya satu  wujud.  Raga  sirna,  sukma  muksa.  Jelasnya  mengalami  kematian! Syeh  Melaya,  terimalah  hal  ini  sebagai  ajaranku  dengan  senang  hatimu! Anugerah berupa wahyu akan datang kepadamu.
16. Sepertti bulan yang diterangi cahaya temaram. Bukankah temurunnya wahyu menghilangkan kotoran. Bersih bening hilang kotorannya. Berkala lagi  kemudian  katanya.  Nabi  Khidir  berkata  dengan  lemah  lembut  dan tersemyum.  Tak  ada  yang  dituju.  Semuanya  sudah  tercakup  haknya. Tidak  ada  yang  diharapkan  dengan  kaprawiran,  kesaktian  semuanya sudah berlalu. Toh semuanya itu alat peperangan.
17. Habislah sudah wejangan Jeng Nabi Khidir. Syeh Melaya merasa ewuh pakewuh  di  dalam  hati.  Mawas  diri  ke  dalam  dirinya  sendiri.  Kehendak hati  rasanya  sudah  mendapat  petunjuk  cukup.  Rasa  batinnya  menjelajahi jagad  raya  tanpa  sayap.  Ke  seluruh  penjuru  jagad  raya.  Jasadnya  sudah terkendali.  Menguasai  hakekat  semua  ilmu.  Umpama  bunga  yang  masih lama kuncup. Sekarang sudah mekar berkembang.
18. Ditambah   bau   semerbaknya.   Karena   sudah   mendapatkan   sang Pancaretna,  kemudian  disuruh  keluar  dari  raganya  nabi  Khidir  kembali ke  alamnya  semula?  Lalu  Nabi  Khidir  berkata  He,  Melaya.  Kau  sudah diterima   Hyang   Sukma.   Berhasil   menyebarkan   aroma   Kasturi   yang sebenarnya. Dan rasa yang memanaskan hatimu pun lenyap.
19.   Sudah   dijelajah   seluruh   permukaan   bumi.   Berarti   kau   sudah mengetahui  jawaban  atas  pertanyaanmu!  Arti  godaan  hati  ialah  rasa qana’ah yang semakin dimantapkan. Ibarat memakai pakaian sutera yang indah. Selalu mau mawas diri. Semua tingkah laku yang halus. Diresapkan ke  dalam  jiwa,  dirawat  seperti  emas.  Dihias-hias  dengan  keselamatan, dan   di   pajang   seperti  permata.   Agar   mengetahui   akan   kem
auannya berbagai tingkah laku manusia.

20. Perhaluslah budi pekertimu / akhlak ini! Warna hati kita yang sedang mekar  baik.  Sering  dinamakan  kasturi  Jati.  Sebagai  pertanda  bahwa  kita tidak   mudah   goyah.   Terhadap   gerak-gerik   sikap   hati   yang   ingin menggapai sesuatu  tanpa  ilmu.  Ingin  mendalami  pengetahuan  tentang Ruh  itu  justru  keliru.  Lagi  pula  cara  penataan  kita  itu  ibaratnya  busana justru  dipakai  sebagai  kerudung.  Sedangkan  yang  ikat  kepala  sebagai sarungmu.
21.  Kemudian  terlibat  ingatan  kita  dulu.  Ibarat menjalani  mati  ketika berada   di   adalam   rongga   ragaku.   Tampak   olehnya   Sunan   Kalijaga cahaya.  Yang  warnanya  merah  dan  kuning  itu.  Sebagai  hambatan  yang menghadang  agar  gagal  usaha  /  ikhtiar  /  cita-citanya.  Dan  yang  putih ditengah  itulah.  Yang  sebenarnya  harus  diikuti.  Kelimanya  harus  tetap diwaspadai.   Kuasailah   seketika   jangan   sampai   lupa!   Bisa   dipercaya sifatnya.
22.  Berat  kesediaanku  berbuat  sebagai  penyekat.  Untuk  alat  pembebas sifat   berbangga   diri.   Yang   selalu   didambakan   siang   dan   malam. Bukankah  aku  banyak  sekali  melekat  /  mengetahu.  Caranya  pemuka agama.  Yang  ternyata  salah.  Di  dalam  penafsiran.  Dan  penyampaian keterangannya?   Anggapannya   sudah  benar   tahunya.   Akhirnya   malah mematikan   pengertian   yang   benar.   Akibatnya   terporosok   di   dalam penerapannya.
23.Ada   pemuka   agama   yang   ibaratnya   menjadi   burung.   Ia   hanya sekedar  mencari  tempat  bertengger  saja.  Yaitu  pada  batang  kayu  yang baik  rimbun,  lebat  buahnya,  kuat  batangnya.  Untuk  kemudian  hidup baru.  Ada  yang  orang  berpangkat  /  kedudukan,  ada  yang  ikut  orang kaya.  Akhirnya  dimasyarakatkan.  Ada  manusia  bodoh  dan  malas  yang bergendang   paha   lewat   keduanya.   Melebihi   posisi   orang   banyak   / masyarakat.  Ibaratnya  seperti  sekedar  memperoleh  kemulian  sepele  / naif. Jadinya tersesat-sesat sesatnya / berat.
24.  Ada  pula yang  justru  memiliki  jalan  terpaksa.  Menumppuk  kekayaan harta  dan  istri  banyak.  Ada  pula  yang  memilih  jalan  mengusai  putranya. Putra  yang  bakal  mengusai.  Hak  asasi  orang  seseorang.  Semuanya  ingin mendapatkan  yang  serba  lebih.  Di  dalam  memiliki  jalan  mereka.  Kalau demikan halnya, menurut pendapatku. Belumlah mereka itu para pemuka agama  berserah  diri  sepenuhnya  kepada  Allah  tapi  masih  berkeinginan pribadi / berambisi. Agar semua itu menjunjung harkat dan martabatnya.
25. Catatan, tatanan  yang tidak pasti. Belum bisa disebut manusia utama. Yang  demikan  itu  menurut  anggapannya.  Dan  perasannya  mendapatkan kebahagiaan,  kekayaan  dan  mengerti  yang  hak  benar.  Bila  kemudian tertimpa  kedudukaan,  terlanjur  biasa.  Memilih  jalan  sembarang  tempat. Tanpa   menghasilkan   jerih   payahnya   dan   tanpa   hasil.   Dalam   arti mengalami kegagalan total.
26.   Setidak-tidaknya   menimbulkan   kecuriagaan.   Apa   kebiasaan   kita hidup di dunia. Ketika mengahadapi datangnya maut. Di situlah biasanya. Tidak  kuat  menerima  ajal.  Merasa  beratnya  meninggalkan  kehidupan dunia  tak  tersangkal  lagi.  Pokonya  masih  lekat  sekali  pada  kehidupan duniawi. Begitulah beratnya mencari kemuliaan. Tidak boleh lagi merasa terlekat kepada anak-istri. Pada saat-saat menghadap ajalnya.27.   bila   salah   menjawab   pernyataan   bumi.   Lebih   baik   jangan   jadi manusia!   Kalau   matinya   binatang   mudah   penyelesaiannya.   Karena matinya   tanpa   pertanggungjawaban.   Bila   kau   sudah   merasa   hatimu benar.   Akan   hidup   abadi   tanpa   hisab.   Ibaratnya   tubuh   bumi   itu. Keterdiamannya   tidak   membantu.   Kesepiannya   tidak   mencair.   Tidak mempedulikan pembicaraan orang lain yang ditujukan kepadanya.
28. Ingatlah  pada  agamawan  selalu  mencari  penyelesaian  yang  benar. Yaitu    bagaimana    hilang    dan    mati    bersama    raganya    ialah    yang diidamkannya.    Sehingga    mempertinggi    semedinya. Untuk    /    agar mengejar   keberhasilan.   Tapi   sayang   tanpa   petunujuk   Allah,   kecuali hanya  semedi  semata.  Tidak  disertai  dukungan  ilmu.  Akibatnya  hasilnya kosong  melompong.  Karena  hanya  mengandalkan  pikirnya.  Ini  berarti belum  mendapatkan  tata  cara  hidup  yang  benar  hakiki  yang  seperti  ini adalah idaman yang sia-sia.
29. Bertapanya  sampai  kurus  kering.  Karena  sedemikaan  rupa  caranya mengapai  tentang  kematian.  Akhirnya  meninggalnya  tanpa  ketentuan yang  benar.  Karen  terlalu  serius.  Adapun  cara  yang  benar  adalah.  Tapa itu hanya sebagai ragi / pemanas / pemantap pendapat. Sedangkan ilmu itu  sebagai  pendukung.  Tapa  dan  ilmu  tidak  akan  berhasil.  Bila  ilmu tanpa tapa.
30.  Rasanya  hambar  tidak  akan  memberi  hasil.  Berhasil  atau  tidaknya tergantung   pada   penerapannya.   Dicegah   hambatannya   yang   besar. Sabar   dan   tawakal.   Bukankah   banyak   agamawan   palsu.   Ajarannya setengah-setengah.  Kepada  shabatnya.  Para  sahabatnya  merasa  pintar sendiri. Yangtersimpan di hati, segera dilontarkan segala uneg-unegnya. Disampaikan kepada gurunya.
31.  Penyampaiaanya  hanya  berdasarkan  perkiraan  belaka.  Dahulunya belum  mendapatkan  pelajaran.  Sangking  tobatnya  tidak  merasa  enak kalau menyanggah. Lalu
ikut-ikutan mendengarkan. Dengan menanamkan.   Rekaniwan   yang   terbesar.   Dianggapnya   sudah   pasti pendapatnya benar. Pendapatnya / ilmunya adalah wahyunya itu anygrah yang khusus diberikan pribadi. Akhirnya sahabatnya diaku sebagai anak.

32. Ditekan-tekankan  tuntutan  besar  berupa  ikatan  batin.  Oleh  guru  bila sudah   akan   mejang   /   menyampaikan   ajaran.   Duduk   mereka   sering berdekatan. Sehingga sahabat dikuasai oleh guru, dan snag guru menjadi sahabatnya  batin.  Luasnya  tanggapan  bahwa.  Segala  merupakan  wahyu Allah.    Kebaikannya,    keduanya    antara    guru    dan    sahabat.    Saling memahami.  Kalau  seseorang  diantara  mereka  dianggap  sebagai  orang yang berilmu.
33.  Harus  ditaati  segala  apapun  yang  diucapkan  itu.  Umpama  berjalan juga   harus   disembah   biasanya   bertempat   di   pucuk-pucuk   gunung. Pengaruh ajarannya sangat
mengundang perhatian. Menemui perguruannya.  Bila  ada  yang  berguru  / menghadap.  Nasihatnya  macam-macam  dan  banyak  sekali.  Seperti  gong  besar  yang  dipukul.  Bukankah yang  ajarannya  dibeber  tapi  tidak  bermutu  /  bobot.  Akibatnya  rugilah mereka yang berguru.

34. Janganlah   seperti   itu   orang   hidup.   Anggaplah   ragamu   sebagai wayang.   Digerakkan   ditempatnya.   Terangnya   blencong   itu.   Ibarat panggung  kehidupan.  Lampunya  bulan  purnama.  Layarnya  ibarat  alam jagad raga yang sepi kosong. Yang selalu menunggu-nunggu buah pikir / kreasi  manusia.  Batang  pisang  ibarat  bumi  tempat  mukimnya  wayang  / manusia. Hidupnya ditunjang oleh yang naggap.35.  Penanggapnya  ada  di  dalam  rumah,  istana.  Tidak  diganggu  siapa  pu boleh   berbuat   menurut   kehendaknya.   Hyang   premana   dalangnya   / sutradaranya.  Wayang  pelakunya.  Adakalanya  digerakkan  ke  utara,  ke selatan  dan  barat  serta  ketimur.  Seluruh  gerakannya.  Digerakkan  oleh sutradara.  Bila  semuanya  digerakkan  berjalan.  Semua  ada  di  tangan dalang.
36.  dialognya  menyampaikan  pesan  juga.  Bila  bercakap,  lisannya  itu menyampaikan  berbagai  nasihat.  Menurut  kehendaknya.  Para  penanton dibuat   terpesona.   Diarahkan   melekat   pada   dalang.   Adapun   yang nanggap  itu  selamanya  tak  akan  tahu.  Karena  ia  tanpa  bentuk  dan  ia berada  di  dalam  puri  /  rumah  /  istana.  Ia  tanpa  warna  itulah  dia  Hyang Sukma.
37.    Cara    Hyang    Premono    mendalang    /    menggerakkan    wayang. Mempercakapkan  tentang  dirimu.  Tanpa  memperbedakan  sesama  titah. Di  samping  itu  bukankahdia  tidak  terlibat  sebagai  pelaku?  Misalnya berada dalam tubuh? Atau yang ibarat minyak di dalam susu. Atau api di dalam  kayu?  Berhasrat  sekali  karena  belum  diberi  petunjuk  sehingga menggelar  do’a  di  kayu,  dakon  dan  gesekan.  Dengan  beralatkan  sesma batang pohon.
38.   Gesekan   itu   disebabkan   oleh   angin.   Hangusnya   kayu,   keluarlah kukusnya. Tak lama kemudian apinya. Apai dan asapnya. Keluardari kayu itu. Bermula dari ingat pada saat. Awal mulanya. Semua yang tergelar ini. Berasal  dari  tiada,  manusia  diciptakan  lebih  dari  makhluk  yang  lain. Bukankah itu yang disebut rahsa.
39.  Manusia  itu  tidak  paling  mulia  daripada  ciptaan  yang  lain.  Maka  dari itu  janganl
ah  mudah  terpengaruh  oleh  buah  pikirmu  yang  bulat.  Bulat atas  segala  gerak  dan  kehendak.  Adapun  isi  jagad  itu  jangan  mengira hanya manusia saja. Tetapi berisi segala macam titah, hanya saja manusia itu.    Penguasanya    satu.    Yang    menghidupi    seluruh    jagad    seisinya. Demikianlah tekad yang sempurna itu.

40. Hai Syeh Melaya segeralahkan menyudahi. Kembalilah kamu ke pulau Jawa!   Bukankah   sebenarnya   kau   mencari   dirimu   juga?   Syeh   Melaya bergegas.    Bersembah    dan    berkata    dengan    beriba    kasih    untuk memenuhinya. Yang disebut Kalingga Murda. Hamba setia dan taat. Nabi Khidir  lalu  musnah  lenyap.  Syeh  Melaya  tampak  berdo’a  di  samudera. Tapi tidak tersentuh air.
41. Syeh Melaya sangat berjanji dalam hati. Atas peringatan / ajaran sang guru  yang  sempurna.  Bukankah  ia  masih  sangat  ingat?  Hasrat  hati  yang telah  memiliki  /  mengetahui  ilmu  kawekas.  Isinya  jagad  telah  terkuasai dalam  hati. Merasa  mantap  dan  disimpan  baik  dalam  ingatan.  Sehingga serba  mengetahui  dan  tak  akan  keliru  /  salah  lagi.  Diresapi  dalam  jiwa dan dijunjung tinggi sampai mati. Ia telah lulus dari sumber aroma Kasturi yang sebenarnya. Sehingga sifat panasnya hati lenyap.
42. Sesudah  itu  Syeh  Melaya  pulang.  Hatinya  sudah  tidak  goyah  lagi karena segala ajaran itu tampak jelas dalam batin. Ia tidak salah lagi lihat dirinya    siapa  sebenarnya.  Penjelmaan  jiwanya    menyatu  dalam  satu wujud. Walaupun secara lahiriah dirahasiakan. Norma tatacara / perilaku jiwa   satria.   Berhasil   dikuasai.   Bukan   ia   sudah   menggunakan   mata batinnya yang tajam / peka? Ibarat hewan dengan bebannya!.
43.  Sudah  tak  akan  ada  /  terjadi,  kematian  dalam  kehidupan.  Setelah bagaimana  ia  menerima  ajaran  gurunya.  Sama  sekali  tidak  diragukan lagi. Seluruh ajaran gurunya. Sudah tamat dan dikuasai dengan tersimpan dalam  hati.  Serta  diimankan  dengan  cermat.  Mematuhi  semua  ajaranguru.  Perbuatan  pikiran  dan  rasa.  Bukankah  diuji  dalam  hati  yang  suci dan bening? Benar-benar terasa sebagai anugrah Tuha.
44.  Sesungguhnya  sang  guru  benar-benar.  Yang  sudah  hilang  raganya tidak   ada.   Selalu   terbayang   dalam   hatinya.   Dan   sudah   duterapkan sebagai   kekasihnya.   Adapun   segala   ketercelaan   hati   sudah   lenyap. Rasanya tenanglah. Adapun segala ketercelaan hati sudah lenyap. Rasnya tenanglah dunia dan akhirat. Karena kebersihan dan kesucian jiwa sudah diketemukan.  Sukma  suci  dalam segala  tingkah  lakunya  itu  memahami sepaham-pahamnya.
45.  Bukankah  sudah  memahami  buah  pikir  lewat  petunjuk?  Sehingga tidak  takut  akan  kematian.  Yang  sering  timbul  dalam  buah  pikiran?  Ia sudah mengaharapkan bahwa raganya boleh kalau kematian yang mulia. Yang  diridhoi  oleh  Tuhan  /  Hyang  Widi.  Namun  sebenarnya  tak  ada anggapan  perasan.  Yaitu  rasa  seperti  itu.  Tiadanya  pandang  /  wawasan seperti  itu.  Bukankah  sudah  lenyap  selamanya.  Tinggal  jiwa  suci  yang terpuji mulia? Mulia seperti zaman kunanya / awalnya.
46. Tidak meragukan kematian yang sebenarnya. Yang menjelmput maut setiap saat. Tidak merasa akan kematiannya. Toh yang rusak itu nafsunya dan.  Badan,  jiwa  hidup  abadi  dan  aman  sejahtera.  Senang,  mulia  dan merdeka.    Semuanya    itu    sudah    diterapkan    dalam    hati. Sehingga berpegang pad dan kuasa-Nya. Semuanya bersih, abadi, suci dan merata sama    posisinya.    Sudah    mengetahui    akan    makna    kematian    yang sebenarnya.
47. Ia tidak takut kapan pun maut menjemput. Yang sempurna ialah yang diterima oleh Tuhan. Tak akan tampak wujudnya. Adapun kesempurnaan mati  ini.  Sekali  lagi  ialah  sudah  aman,  sejahtera,  mulia.  Itulah  maknakematian  yang  sempurna.  Yaitu  tidak  meninggalkan  hak-Nya  Ketujuh alam  sudah  lenyap.  Bukankah  lenyapnya  alam  ini  sudah  jelas?  Kini  yang lain ibarat kau sajalaha!
48. Pengusa  alam  bukankah  sudah  kita  ketahui?  Yang  bernawa  Abirawa artinya  yang  berkuasa  dan  berkehendak.  Adapun  tentang  alam  yang keenam,  artinya  ialah  yang  telah  lenyap:  1.  timur,  2.  barat,  3.  utara,  4. selatan,  5.  atas.  6.  bawah  serta  kayu  dan  batu  dan  diri  kita  sendiri.  Bila kita telah mati. Yang ada awang uwung kosong dan sepi. Yang terdengar hanya deru angin, debur air da kobaran api di alam dahana.
49.  matahari,  bulan,  bukankah  yaitu  masuk  alam  juga?  Dua  puluh  tiga alam  yang  serba  nafsu  itu.  Semuanya  baru  kadis  belaka.  Walaupun bukankah sama dahulunya? Syeh Melaya sudah memahami hal itu semua? Kalau  itu  semuanya  adalah  alam  serba  nafsu.  Dan  alam  yang  sebenar-benarnya     sudah     jelas?     Penguasa     alam     semua.     Sedang     yangmenyelaraskan  hanyalah  alam  anbiyak  ini.  Alam  anbiyak  itu  baunya harum wewangi.
50. Dan alam berarti itu ialah tempat jiwa suci, terang, bersih. Itulah alam malakut.   Artinya   ialah   sudah   tiba   menjelang   alam   kemuliaan.   Ibarat ruangan,  sekat  sebagai  pemisah.  Adapun  alam  anbiyak  ialah  alam mulia yang masih akan digapai. Sifat hidup itulah kehidupannya. Tentang mana mirah  mana  intan.  Sudah  jelas  nilai  dari  Kumala  Adi.  Yaitu  sebagus-bagusnya warna dari intan itu sendiri. Lenyapnya bukankah sama dengan lainnya? Itulah alam anbiya.        

Alkhamdulillah selesai sudah menulis suluk linglung semoga bermanfaat.